Gotong Royong Membuat Kampung di Kota Jambi Lebih Berdaya
Pemberdayaan masyarakat di Kota Jambi membuahkan hasil. Pemerintah dan warga bersama membuat kota menjadi lebih nyaman dihuni.
Semangat gotong royong membawa kampung-kampung di Kota Jambi semakin berdaya. Hasilnya membanggakan dan memberikan pelajaran penting untuk semua. Partisipasi pembangunan bisa makin cepat berguna saat dilakukan bersama-sama.
Tidak ada lagi pemandangan suram di hamparan lahan kosong tepi jalan RT 011 di Pasir Putih, Kota Jambi. Tumpukan sampah berganti menjadi taman obat dan sayuran. Setiap warga boleh memanfaatkan hasilnya secara cuma-cuma.
Beberapa tahun lalu, kondisinya tidak seperti itu. Kawasan itu menjadi tempat warga membuang sampah. Sampah yang telah ditumpuk biasanya langsung dibakar begitu saja.
Belakangan, Pemerintah Kota Jambi mengampanyekan gerakan membuang sampah hanya di tempatnya. Gerakan itu mulai mengetuk warga. Bahkan, muncul inisiatif mengubah lahan telantar itu menjadi kebun obat dan sayuran.
Kini, warga di RT 011 Pasir Putih bergotong royong setiap akhir pekan. Beragam jenis sayuran mulai ditanam. Ada terung, tomat, cabai, kangkung, sawi, hingga empon-empon. Untuk mempercantik, warga menghiasi tempat itu dengan beragam bunga.
Akan tetapi, bukan pekerjaan mudah mewujudkannya. Beragam jenis sampah, mulai dari plastik mikro hingga pecahan beling, ikut tertanam. Jika mata tidak awas, beling itu siap menggores jari jemari kapan saja.
”Akhirnya, terwujud juga taman obat dan sayuran di kampung ini. Semua berkat gotong royong warga,” ujar Samiran, Ketua RT 011, Selasa (28/6/2022).
Baca juga : Desa Berdaya lewat Budidaya Ikan dalam Keramba
Kota sehat
Taman obat dan sayuran hanyalah salah satu kerja bareng warga mewujudkan kampung nyaman huni. Tak hanya itu, dibangun pula pojok baca. ”Anak-anak bisa memanfaatkan waktu senggang membaca buku. Begitu pula ibu-ibu yang menunggu anak sekolah bisa istirahat sembari membaca,” ujar Eva, salah seorang guru di kampung itu.
Sistem keamanan kampung turut diperkuat. Ronda keliling berjalan rutin. Bapak-bapak bergiliran jaga. Mereka yang berhalangan akan digantikan warga lain.
Inisiatif lain yang kini dibangun adalah pengembangan usaha rumah tangga. Para ibu mulai belajar menganyam resam (tanaman paku-pakuan).
Ada pula usaha kerajinan menata bunga dan usaha kerupuk. Semuanya usaha sederhana yang diharapkan bisa menambah pemasukan rumah tangga.
Seluruh upaya menghidupkan kampung itu berjalan swadaya. Saat gotong royong digelar Minggu pagi, ada warga datang membawa gorengan dan camilan lainnya. Selepas bekerja, mereka menikmati sajian sembari bersilaturahmi.
Menjelang pemilihan penghargaan Kampung Bantar di Kota Jambi, masyarakat makin antusias. Selasa, mereka berkumpul menyambut para juri dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kota Jambi dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Jambi. Tarian disuguhkan menyambut para juri. Ada pula pameran mini yang menyuguhkan hasil kerajinan tangan warga.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di DPPPA Kota Jambi Nining Maryani mengapresiasi upaya warga untuk berdaya. Semangat itu sesuai dengan program Kampung Bantar yang diusung Pemkot Jambi untuk menghadirkan identitas baru kampung yang bersih, aman, dan pintar.
”Semoga semangat gotong royong ini tidak berjalan sesaat saja, tetapi berkelanjutan,” ujarnya.
Lihat juga : Warna-warni Kampung Sentra Kreatif Budaya Betawi
Kampung Bantar merupakan program yang diinisiasi Wali Kota Syarif Fasha di awal masa jabatannya. Menjabat sejak 2013, Fasha melihat ketertinggalan Kota Jambi dibandingkan daerah tetangga.
Kota Jambi butuh 20 tahun mengejar ketertinggalan dari Palembang, sedangkan untuk mengejar ketertinggalan dari Pekanbaru butuh waktu 15 tahun. Karena itu, diperlukan terobosan percepatan pembangunan tanpa terhadang persoalan dana.
Tidak ingin patah semangat, Fasha menggerakkan sejumlah program untuk kampung. Pembangunan dijalankan dengan cara menghidupkan semangat gotong royong. Jika masyarakat digerakkan untuk turut serta membangun, percepatan pembangunan akan tercapai.
Program itu rupanya menuai antusiasme masyarakat. Tiap-tiap kampung ingin menyandang predikat sebagai Kampung Bantar atau Bersih, Aman, dan Pintar. Untuk mendapatkan predikat itu, kampung harus menunjukkan semangatnya membangun swadaya dan bergotong royong. Sejumlah indikator wajib dipenuhi sehingga mencerminkan kampung bersih, aman, dan pintar.
Jika dinilai berhasil, kampung akan mendapatkan piagam penghargaan dan predikat Kampung Bantar. Ada juga uang insentif, Rp 5 juta-Rp 10 juta. ”Memang nilai uangnya tidak seberapa, tetapi meraih predikat Kampung Bantar menjadi kebanggaan dan gengsi buat masyarakatnya,” kata Fasha.
Saat ini, Kota Jambi memiliki 1.686 rukun tetangga. Dari jumlah tersebut, 500 di antaranya telah meraih predikat Kampung Bantar.
Untuk tahun ini, ditargetkan 300 Kampung Bantar baru. Ia berharap, hingga akhir kepemimpinannya pada tahun 2023, sudah akan tercetak sekitar 1.000 kampung.
Program tersebut, lanjut Fasha, membuat pemkot tak lagi bekerja sendirian. Partisipasi warga berperan sangat besar. Bisa dibayangkan jika program itu dikerjakan pemkot sendiri, biaya yang harus keluar begitu besar. Misalnya saja untuk merekrut tenaga kebersihan, tenaga keamanan, dan tenaga pemberdayaan warga. Bisa jadi bakal menghabiskan ratusan juta rupiah per kampung.
Beda halnya jika melibatkan partisipasi masyarakat, penghematan bisa dilakukan sehingga pemkot bisa menjalankan program-program pembangunan lainnya.
”Artinya, kami jadi berhemat miliaran rupiah dengan menghidupkan semangat gotong royong di kampung-kampung,” lanjutnya.
Lebih lanjut, pemkot memberi tantangan bagi kampung yang berhasil merawat pencapaiannya akan mendapatkan penghargaan lebih tinggi lagi lewat predikat Kampung Bantar Kencana.
Penghargaan
Selain Kampung Bantar, program lain yang mengedepankan partisipasi masyarakat adalan Bangkit Berdaya atau Bangun Kecamatan secara Intensif Berasaskan Swadaya.
Wujudnya berupa pembangunan infrastruktur di kampung. Namun, untuk membangun infrastrukturnya, lagi-lagi dituntut partisipasi warga kampung.
Bangkit Berdaya kini telah mendapatkan penghargaan 30 Deserving Cities Award 2016 Guangzhou, China, dan menjadi 30 Kota Dunia dalam ajang Best Citizen Participation dari International Observatory on Participation Democracy (IOPD) di Montreal, Kanada, 2016. Penghargaan itu menempatkan Jambi sebagai 30 besar kota terbaik dari 7.000 kabupaten/kota di dunia yang memiliki inovasi sosial inspiratif dan mengedepankan partisipasi masyarakat.
Selain itu, Kota Jambi juga menjadi Nomine Peace Prize for Local Government United Cities and Local Governments di Bogota pada 2016. Hal itu merujuk program inisiatif lokal dalam menjaga keharmonisan dan kerukunan warga masyarakat.
Inovasi pemerintah daerah dibutuhkan untuk membangun kesejahteraan warga. Namun, partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk memuluskannya menjadi lebih berguna.
Baca juga : Berdaya dan Memberi Makna dari Desa