Lestarikan Bahasa Daerah, Terjemahan Al-Quran Bahasa Cirebon Disusun
Kementerian Agama, LPPM Syekh Nurjati Cirebon, dan beberapa pihak tengah menyusun Al-Quran terjemahan bahasa Cirebon. Upaya ini untuk melestarikan bahasa daerah.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Suasana validasi penyusunan terjemahan Al-Quran ke bahasa Cirebon di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis (30/6/2022). Kemenag bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, tokoh agama, hingga budayawan tengah menyusun terjemahan Al-Quran berbahasa Cirebon.
KUNINGAN, KOMPAS — Kementerian Agama bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat atau LP2M Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, tokoh agama, hingga budayawan menyusun terjemahan Al-Quran berbahasa Cirebon. Program tersebut untuk melestarikan bahasa Cirebon yang kian terancam.
Proses alih bahasa yang dimulai sejak 2021 itu kini memasuki tahap validasi. Perwakilan Kementerian Agama, LP2M Syekh Nurjati, kiai, filolog, hingga budayawan hadir memvalidasi terjemahan Al-Quran berbahasa Cirebon itu pada Selasa-Kamis (28-30/6/2022) di Kuningan, Jawa Barat. Proses validasi dilakukan untuk mengecek kesesuaian kata dan kalimat dengan bahasa Cirebon.
Ketua LP2M Syekh Nurjati Cirebon Ahmad Yani mengatakan, tim bertugas mengalihbahasakan terjemahan Al-Quran dari bahasa Indonesia ke bahasa Cirebon. ”Tujuannya bukan semata-mata dakwah Al-Quran dengan kearfian lokal, tetapi juga mengonservasi bahasa daerah. Apalagi di era sekarang, globalisasi, bahasa ibu mulai ditinggalkan,” ujarnya.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Ketua LP2M Syekh Nurjati Cirebon Ahmad Yani saat diwawancarai di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis (30/6/2022). Kemenag bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, tokoh agama, hingga budayawan tengah menyusun terjemahan Al-Quran berbahasa Cirebon.
Penggunaan bahasa Indonesia hingga mobilitas warga menjadi tantangan dalam pelestarian bahasa Cirebon. Padahal, katanya, Cirebon menjadi bahasa daerah kedua setelah bahasa Sunda di Jabar. Adapun penutur bahasa Cirebon, lanjutnya, berkisar 6 juta orang. Mereka tersebar di Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, hingga Karawang.
Pegiat naskah kuno Cirebon, Muhamad Mukhtar Zaedin, mengatakan, penyusunan terjemahan Al-Quran tersebut menggunakan bahasa Cirebon tingkat madya atau pertengahan. ”Artinya, bahasanya tidak pasaran seperti umum, tetapi tidak juga bebasan atau bahasanya halus. Itu tujuannya agar masyarakat umum, semua kalangan, bisa membacanya,” ujarnya.
Meski demikian, anggota tim penyusunan terjemahan Al-Quran bahasa Cirebon ini mengakui, proses alih bahasa tersebut tidak mudah. Bahkan, anggota tim kerap berdebat untuk menentukan makna satu ayat kitab suci tersebut. ”Belum ada kamus standar bahasa Cirebon yang dibutuhkan untuk menerjemahkan. Salah satu rujukan adalah kamus sastra Jawa yang populer,” ujarnya.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Pegiat naskah kuno Cirebon, Muhamad Mukhtar Zaedin, saat diwawancarai di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Kamis (30/6/2022). Kemenag bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, tokoh agama, hingga budayawan tengah menyusun terjemahan Al-Quran berbahasa Cirebon.
KH Mahsun Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Dar Al Tauhid Arjawinangun Cirebon, menyambut baik penyusunan terjemahan Al-Quran berbahasa Cirebon. ”Bagi pesantren, (terjemahan) ini sangat membantu karena kajian kitab kami di desa menggunakan bahasa Cirebon. Ini bagian dari pendidikan kepada masyarakat,” katanya.
Bahari, Koordinator Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajamen Organisasi Kemenag, mengatakan, penyusunan terjemahan Al-Quran berbahasa Cirebon menurut rencana rampung Oktober tahun ini. Menurut dia, penyusunan terjemahan itu merupakan salah satu tugas Kemenag dalam menjaga agama dan budaya lokal.
Hingga kini, lanjutnya, Kemenag telah memfasilitasi penyusunan terjemahan Al-Quran ke dalam 24 bahasa, mulai dari bahasa Sunda, Palembang, Banyumasan, hingga Batak. ”Tahun ini, kami targetkan (terjemahan Al-Quran) bahasa Cirebon, Banyuwangi, Jambi, dan Gayo, Aceh. Kami berharap pemerintah daerah juga mendukung program ini,” katanya.