Tangis Haru Mengiringi Calon Jemaah Haji Cirebon Menuju Tanah Suci
Pelepasan calon jemaah haji di Kota Cirebon, Jawa Barat, diwarnai tangis haru keluarga. Mereka berharap, perjalanan para tamu Allah SWT lancar dan kembali pulang dengan selamat.
Siti Rokmah (34) tak henti meneteskan air mata saat memeluk suaminya, Ari Mario Sakti (35), di Markas Komando Resor Militer 063/Sunan Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (28/6/2022). Tangis haru turut mengiringi kepergian suaminya ke Tanah Suci, Mekkah.
”Rasanya terharu, bahagia, dan enggak nyangka. Sedih juga pasti karena mau ditinggal (suami). Tapi, karena ini untuk ibadah haji, enggak apa-apa,” ucap Siti sambil menggendong anaknya yang berusia empat tahun. Isak tangisnya kian menjadi ketika suaminya menaiki bus.
Bukan hanya perpisahan sementara, sekitar 40 hari, yang membuatnya sedih, melainkan juga cara Tuhan memberi jalan suaminya menjadi calon jemaah haji. Tidak pernah sedikit pun terpikir suaminya terpilih sebagai tamu Allah. Sebab, ia dan suaminya belum mendaftar calon haji.
Seharusnya, mertua Siti yang terbang ke Mekkah, Arab Saudi. Selain telah mencatatkan namanya dalam calon jemaah haji, mertuanya juga telah menanti bertahun-tahun. ”Seharusnya, mama suami berangkat tahun 2020. Tapi, mama meninggal karena kena Covid-19,” kenangnya.
Lihat juga : Setelah 20 Tahun, Taliban Bersiap Ibadah Haji
Ibu mertuanya, Oni Saonih, yang berusia 64 tahun, merupakan salah satu dari 567 warga Kota Cirebon yang meninggal dunia akibat Covid-19 dalam dua tahun terakhir. Virus korona baru tak kasatmata itu telah menjangkiti 16.066 warga di kota berpenduduk 340.000-an jiwa tersebut.
Akibat pandemi Covid-19, almarhumah ibu mertuanya tak bisa berangkat haji. Suaminya lalu menggantikan posisi Oni sebagai calon jemaah haji. Itu sebabnya, perasaan Siti campur aduk, antara bahagia dan sedih. ”Semoga (Ari) dimudahkan dan pulang dalam keadaan selamat,” harapnya.
Rasa bahagia juga menyelimuti calon jemaah haji asal Cirebon lainnya. “Ma... ma... ma,” ucap Haikal (3,5), yang duduk di bahu ayahnya, Johan (42), sambil mengetuk jendela bus. Bocah laki-laki itu menyapa neneknya, Arini (61), yang bersiap menuju ke embarkasi haji di Bekasi.
”Dia (Haikal) dekat banget sama Mbah-nya (Arini), makanya dipanggil mama. Hampir setiap hari sama-sama, sih,” ucap Johan. Di sampingnya, Gaisan (4), sepupu Haikal, juga duduk di bahu ayahnya, Alfian. Gaisan turut memanggil neneknya sambil melambaikan tangannya.
Johan bersyukur, mertuanya bisa naik haji. Apalagi, rencana keberangkatan Arini sempat tertunda dua tahun akibat wabah Covid-19. Sayangnya, Arini hanya berangkat seorang diri, tanpa suaminya, Didi Kasnadi, yang telah berusia 70 tahun atau di atas persyaratan 65 tahun.
Meski tak bisa mendampingi istrinya, kakek tiga anak dan enam cucu ini tetap berlega hati. ”Saya sudah mendaftar haji sejak 2012. Enggak apa-apa, belum berangkat. Istri saja dulu. Nanti, saya menyusul. Amin,” ucap Didi, pensiunan penilik pendidikan di Cirebon.
Ari Mario dan Arini merupakan salah satu dari 162 calon jemaah haji asal Cirebon yang tergabung dalam kloter 38. Calon jemaah haji kloter ini totalnya berjumlah 410 orang. Selain dari Cirebon, ada juga dari Subang 133 orang, Bandung 109 orang, dan 6 orang pendamping.
Persaudaraan ini menjadi penolong kala jauh dari keluarga. Sampai di sana (Madinah dan Mekkah) harus tolong-menolong, gotong royong. Mudah-mudahan selamat sampai Cirebon.
Pelepasan calon jemaah haji asal Cirebon siang itu berlangsung meriah. Ratusan keluarga calon jemaah memadati Markas Korem 063/SGJ. Bahkan, dua tenda tentara dipenuhi para pengantar. Tidak hanya naik sepeda motor, mereka juga menumpang angkot hingga mobil bak terbuka. Para peserta mengenakan seragam batik dan syal Megamendung, motif batik khas Cirebon.
Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati mengimbau calon jemaah haji tetap menerapkan protokol kesehatan dan pola hidup sehat meskipun telah menjalani vaksinasi Covid-19. ”Covid-19 masih ada dan sangat nyata. Apalagi mengingat usia calon jemaah sudah lanjut,” ujarnya.
Eti juga meminta calon jemaah haji mengutamakan persaudaraan antar-umat Islam di Tanah Suci. ”Persaudaraan ini menjadi penolong kala jauh dari keluarga. Sampai di sana (Madinah dan Mekkah) harus tolong-menolong, gotong royong. Mudah-mudahan selamat sampai Cirebon,” pesannya.
Pemerhati budaya Cirebon, Akbarudin Sucipto, menilai ibadah haji punya makna tersendiri bagi masyarakat Cirebon. Warga kerap menyebut haji dengan ziarah atau silaturahmi ke makam Nabi Muhammad SAW. Itu sebabnya, pelepasan haji kerap semarak oleh keluarga dan disertai doa.
”Jauh sebelum model keberangkatan haji seperti travel untuk ziarah, orang Cirebon sudah mengenal ziarah,” ucap Akbar. Cirebon juga acap kali menjadi destinasi ziarah karena terdapat makam Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Sanga atau sembilan ulama besar penyebar Islam di Jawa.
Masyarakat Cirebon juga punya tradisi yang berhubungan dengan naik haji. Salah satunya gentong haji, yakni penempatan gentong berisi air di depan rumah calon jemaah haji. Siapa pun boleh minum air itu, gratis. Tradisi ini konon berlangsung lebih dari 100 tahun untuk berbagi.
”Diharapkan orang yang berangkat haji merasa adem di sana,” ucap Akbar. Saat ini, rata-rata suhu udara di Tanah Suci berkisar 40 derajat celsius, bahkan lebih. Hingga pekan lalu, ada 14 anggota jemaah asal Indonesia yang wafat. Sebagian besar akibat masalah jantung.
Tangis haru keluarga calon jemaah haji, lanjut Akbar, juga terkait perjalanan tamu Allah yang tidak mudah. Puluhan tahun lalu, calon jemaah bahkan harus menempuh tiga bulan lebih menggunakan kapal laut dengan risiko kesehatan hingga kematian. Itu sebabnya, orang yang pulang haji punya status khusus.
Mereka kerap disapa kaji dalam bahasa Cirebon yang berarti haji. Bahkan, katanya, ada juga yang beranggapan telah naik haji jika telah menunaikan shalat Jumat 40 kali berturut-turut di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, depan Keraton Kasepuhan, yang berusia ratusan tahun. Masjid itu dibangun atas inisiasi Sunan Gunung Jati.
”Terlepas dari syariat, saya melihat (anggapan) itu sebagai inklusivitas. Artinya, semua bisa menjangkau naik haji. Siapa saja walaupun statusnya berbeda,” ucap Akbar. Pelepasan calon jemaah haji juga menjadi motivasi agar keluarga bisa menyusul ke Tanah Suci. Dari Cirebon, tangis haru mengantar tamu Allah.
Baca juga : Wapres: Penyelenggaraan Haji Tahun Ini Jadi Penilaian