200 Hektar Sawah di Baubau Terendam Banjir, Perambahan Hulu Sungai Jadi Pemicu
Meski intensitas hujan rendah, banjir merendam tiga kelurahan di Baubau, Sulawesi Tenggara. Ratusan warga dan 200 hektar sawah terdampak. Kerusakan wilayah hulu sungai diduga jadi penyebab.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Banjir dengan ketinggian hingga 2 meter merendam tiga kelurahan di Baubau, Sulawesi Tenggara. Ratusan warga harus dievakuasi dan sedikitnya 200 hektar sawah terendam banjir. Perambahan hutan di daerah hulu sungai ditengarai membuat limpasan air begitu cepat hingga meluap ke permukiman dan areal pertanian.
Banjir dengan ketinggian hingga 2 meter merendam tiga kelurahan di Baubau, Jumat (24/6/2022). Tiga kelurahan tersebut adalah Ngkaring-karing, Liabuku, dan Waliabuku, di Kecamatan Bungi. Air dari Sungai Loko meluap dan mengalir deras ke permukiman sehingga sejumlah warga yang terjebak harus dievakuasi tim penyelamat.
Koordinator Pos SAR Baubau Sandi mengungkapkan, dua warga terjebak banjir akibat air yang naik dengan cepat. Tim penyelamat dengan perahu karet mengevakuasi warga yang terjebak. ”Bersama Tim Pemadam Kebakaran, kami mengevakuasi warga yang terjebak di rumah sawah. Kondisi air cukup deras sehingga menyulitkan tim menuju lokasi. Saat ini, semua warga telah diungsikan ke tempat aman,” kata Sandi.
Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Baubau, sedikitnya 54 rumah dan 200 hektar sawah terendam. Dari sawah yang terendam itu, 70 hektar di antaranya gagal panen.
”Banjir terjadi pukul 04.00 Wita saat sebagian warga masih terlelap. Sebelumnya, hujan cukup deras terjadi selama kurang lebih 18 jam. Air cepat melimpas karena bendungan di dekat lokasi jebol,” kata Kepala BPBD Baubau Muslimin, dihubungi dari Kendari, Jumat siang.
Wilayah tiga kelurahan tersebut, lanjut Muslimin, berada di daerah lembah yang landai. Saat hujan turun dengan intensitas tinggi, air cepat meluap dan melimpas ke permukiman dan persawahan. Banjir juga merendam wilayah ini pekan lalu.
Cepatnya air melimpas diduga akibat perambahan hutan di bagian hulu. ”Di hulu Sungai Loko, banyak penebangan liar, di mana wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Buton. Saat curah hujan tinggi, wilayah Baubau ini yang kena dampaknya, termasuk lahan persawahan warga,” tuturnya.
Berdasarkan Catatan Stasiun Maritim BMKG Kendari, hujan di Baubau memang tergolong rendah. Pada Kamis (23/6/2022) curah hujan di wilayah ini paling tinggi 67,3 milimeter (mm), sedangkan pada Jumat ini hanya 1,5 mm. Ukuran milimeter berarti hujan yang turun di wilayah seluas 1 meter persegi akan memiliki ketinggian 1 milimeter jika tidak segera meresap.
Kepala Stasiun Maritim BMKG Kendari Sugeng Widarko menyampaikan, meski hujan di Baubau rendah, hujan di wilayah Buton memang tergolong tinggi. Di Kecamatan Pasarwajo, curah hujan mencapai 176 mm dan di Lasalimu 133 mm. Curah hujan ini tergolong sedang. ”Melihat data ini, hujan terjadi di daerah hulu sungai disertai permukaan sungai yang jenuh. Meski intensitas rendah, durasinya lama, air akan meluap,” kata Sugeng.
Kondisi hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi diprediksi akan terjadi selama beberapa hari ke depan. Masyarakat diimbau waspada dan menghindari daerah rawan bencana hidrometeorologi.
Wali Kota Baubau La Ode Ahmad Monianse menyampaikan, saat ini pihaknya fokus melakukan evakuasi dan pendataan masyarakat terdampak. Hal itu untuk mencegah jatuhnya korban jiwa dan segera memberi pertolongan bagi warga terdampak.
”Kami melakukan evakuasi dan identifikasi di lapangan seperti apa. Laporan awal, ketinggian air cukup tinggi, lebih dari 1 meter. Wilayah ini memang rendah, ditambah sejumlah permasalahan di lapangan. Penanganan banjir tidak bisa sekaligus, tetapi perlu waktu,” kata Monianse.