Keterhubungan Aglomerasi Mebidangro Perlu Ditingkatkan
Pembangunan kawasan aglomerasi Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo atau Mebidangro terus didorong. Keterhubungan kota di dalam kawasan bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
Pembangunan kawasan aglomerasi Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo atau Mebidangro terus didorong. Kawasan dengan populasi penduduk sekitar 5 juta orang itu bisa menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Keterhubungan antarkota pun masih perlu ditingkatkan dengan pengembangan jalan dan transportasi publik.
Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution, Senin (20/6/2022), mengatakan, pembangunan Kota Medan sebagai pusat aglomerasi akan bertumpu pada konsep pembangunan kota pintar. ”Konsep pembangunannya mempermudah semua layanan,” kata Bobby.
Pengembangan jalan dan angkutan umum untuk kawasan aglomerasi pun dinilai menjadi hal yang sangat penting untuk membangun keterhubungan Kota Medan dengan daerah satelitnya. ”Akan ada nanti pembangunan transportasi di Kota Medan. Tunggu saja,” kata Bobby.
Sekretaris Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI) Sumatera Utara Burhan Batubara mengatakan, pengembangan jalan dan pembangunan sistem transportasi menjadi urat nadi yang sangat penting untuk meningkatkan keterhubungan kota dan kabupaten di kawasan Mebidangro atau Sumut secara umum.
Medan adalah pusat ekonomi di kawasan Mebidangro, Sumut, bahkan beberapa kabupaten dari provinsi tetangga. Hubungan antarkota ini harus ditata dan direncanakan dengan matang.
”Medan adalah pusat ekonomi di kawasan Mebidangro, Sumut, bahkan beberapa kabupaten dari provinsi tetangga. Hubungan antar kota ini harus ditata dan direncanakan dengan matang,” kata Burhan.
Burhan menyebut, Medan dan sebagian Kabupaten Deli Serdang menjadi pusat aktivitas ekonomi di kawasan Mebidangro dengan fasilitas kawasan industri, Pelabuhan Belawan, dan Bandara Internasional Kualanamu. Daerah lainnya pun menjadi daerah satelit. Pengembangan jalan dan transportasi pun seharusnya ditata dengan baik dari sekarang.
Pengembangan jalan pun harus ditata mulai dari inti Kota Medan sampai ke daerah satelit. Kota Medan pun didesain memiliki tiga lapis jalan lingkar mulai dari lingkar dalam, lingkar luar, dan penghubung ke kabupaten/kota lain. Burhan menyebut, pembangunan jalan-jalan ini masih harus ditata agar sesuai dengan rencana awal.
Jalan lingkar luar yang meliputi Jalan Jenderal AH Nasution, Jalan Gagak Hitam/Ring Road, hingga ke Jalan Cemara, seharusnya dibangun dengan dua jalur, yakni jalur cepat dan jalur lambat. Namun, saat in hanya ada satu jalur saja sehingga kerap menjadi langganan macet.
Jalan penghubung ke arah Deli Serdang (arah timur) dan Binjai (barat) dinilai semakin baik dengan adanya pembangunan jalan tol yang cukup masif dalam beberapa tahun ini. ”Namun, jalan ke arah selatan atau Kabupaten Karo tidak berkembang. Padahal, jalur itu merupakan urat nadi perekonomian sejumlah kabupaten di Sumut bahkan Aceh bagian selatan,” kata Burhan.
Burhan menyebut, sebenarnya sudah ada jalur alternatif yang sangat berpotensi untuk dikembangkan, yakni Jalan Rawa Sering (Tanjung Morawa–Saribu Dolok–Merek) sepanjang 90 kilometer. Jika jalan itu dibangun, angkutan logistik bisa melewati jalur itu dan Jalan Medan–Berastagi difokuskan sebagai jalan pariwisata.
Transportasi publik
Pembangunan transportasi publik di kawasan aglomerasi Mebidangro pun sudah dimulai dalam beberapa tahun ini meskipun belum maksimal. Saat ini, misalnya, sudah ada sistem bus rapid transit (BRT) Medan-Binjai-Deli Serdang, yakni Trans Mebidang. Namun, angkutan ini belum cukup diminati penumpang.
BRT yang lebih berfokus melayani transportasi publik dalam kota pun sudah dirintis, yakni Trans Metro Deli yang kini sudah melayani lima koridor di dalam kota. Bus ini pun diharapkan bisa terus berkembang dan menjadi tulang punggung transportasi publik di dalam kota.
Suryanti (50), warga Medan Belawan, mengatakan, keberadaan bus Trans Metro Deli mengubah transportasi publik secara signifikan. ”Saya setiap hari harus menempuh perjalanan dari rumah saya di Belawan ke tempat kerja di Medan Amplas. Perjalanan dengan bus Trans Metro Deli jauh lebih aman dan nyaman dibandingkan angkot (angkutan kota/minibus),” katanya.
Suryanti menyebut, ia biasanya selalu dilingkupi rasa takut setiap kali naik angkot dari Belawan ke Amplas karena banyak penodong yang masuk ke dalam angkot. Naik bus Trans Metro Deli dinilai lebih aman.