Ikhtiar menguak faktor penyebab banjir dan rob di Surabaya Raya terus dilakukan demi memperkuat mitigasi dan menekan dampak kerugian yang lebih besar.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·6 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Banjir rob yang melanda jalan menuju Pelabuhan Ujung, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (16/5/2022). Rob yang melanda kawasan tersebut mencapai ketinggian 60 cm. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi rob yang kemungkinan terjadi pada 14-20 Mei.
Banjir dan rob atau pasang air laut diprediksi kembali melanda wilayah pesisir pantai utara Jawa Timur, terutama Surabaya Raya yang meliputi Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, pada 14 Juli dan akhir Desember 2022. Dampaknya terasa semakin signifikan dari tahun ke tahun. Ikhtiar menguak faktor penyebab pun terus dilakukan demi memperkuat upaya mitigasi dan menekan dampak kerugian lebih besar.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik melaporkan setidaknya terdapat 167 rumah warga dan 577 hektar (ha) tambak terendam akibat banjir dan rob bersamaan yang melanda selama hampir sepekan sejak Senin (13/6/2022). Total terdapat lima kecamatan terdampak, yakni Manyar, Kebomas, Ujungpangkah, Bungah, dan Kecamatan Tambak di Pulau Bawean.
”Banjir dan rob terparah terjadi di Kecamatan Ujungpangkah. Banyak rumah warga terendam dengan ketinggian diatas 50 sentimeter (cm),” kata Kepala BPBD Gresik Tarso Sugito, Senin (20/6/2022).
Pasang laut kembali terjadi pada Senin itu sekitar pukul 11.00 sampai pukul 15.00 dengan posisi puncak pukul 13.00. Namun, pasang laut tersebut lebih rendah ketimbang sehari sebelumnya, Minggu (19/6/2022), sehingga tidak mengakibatkan banjir di wilayah Gresik.
Sementara itu, sejumlah kawasan di pesisir utara Surabaya, terutama Kalimas dan Kalianak, kondisinya kembali normal. Sebelumnya, Senin (13/6/2022), kawasan ini tergenang rob dengan ketinggian hingga 40 cm. Secara bersamaan, sejumlah kawasan di Surabaya Selatan, seperti Wonorejo, Pandugo, Kedung Asem, Tenggilis, Mejoyo, Rungkut, Medokan Sawah, dan Medokan Semampir, juga terendam banjir setinggi 20-40 cm.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Warga melintasi rob yang melanda jalan menuju Pelabuhan Ujung, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (16/5/2022). Rob yang melanda kawasan tersebut mencapai ketinggian 60 cm.
Di Sidoarjo, rob menggenangi ratusan hektar tambak bandeng yang dibudidayakan oleh masyarakat di Kecamatan Sedati, Buduran, dan Jabon. Selain itu, rob yang terjadi bersamaan dengan banjir yang disebabkan oleh hujan merangsek melalui sungai-sungai menuju ke daratan sejauh 18 kilometer dari pesisir pantai.
Akibatnya, sejumlah permukiman di Kecamatan Waru turut tergenang banjir, seperti Perumahan Pondok Tjandra, Wisma Tropodo Waru, dan Tropodo Indah. Ketinggian air di jalan permukiman mencapai 50 cm, sedangkan di dalam rumah warga rata-rata sekitar 25 cm. Dari tahun ke tahun genangannya semakin meluas.
”Banjir kali ini merupakan yang terparah dibandingkan dengan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,” ujar Jenny (45), warga Pondok Tjandra.
Analis dan prakirawan dari Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Tanjung Perak, Surabaya, Fajar Setiawan, mengatakan, pasang air laut atau rob yang tinggi diprediksi kembali terjadi pada 14 Juli mendatang. Secara astronomi terjadi fenomena bulan super (supermoon) di mana posisi bulan purnama berjarak paling dekat dengan bumi atau perigee sehingga gravitasinya kuat.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Pengendara menerobos banjir rob yang melanda jalan menuju Pelabuhan Ujung, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (16/5/2022). Rob yang melanda kawasan tersebut mencapai ketinggian 60 cm.
Pada saat bersamaan, diprediksi terjadi angin kencang yang menyebabkan gelombang laut menjadi lebih tinggi. Hal itu berpotensi memperparah kondisi banjir rob di wilayah pesisir. Untuk Surabaya dan sekitarnya, faktor astronomi jauh lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh meteorologinya. ”Jadi, bisa dipastikan pada 14 Juli mendatang akan terjadi rob yang tinggi,” ujar Fajar Setiawan.
Menurut Fajar, ada tiga hal yang memengaruhi banjir rob, yakni pasang air laut, gelombang tinggi, dan morfologi wilayah pesisir atau kawasan pantai. Jika pantainya landai, air laut lebih mudah masuk. Selain itu, limpahan air hujan dari daratan yang mengalir ke sungai bisa memperburuk banjir rob.
Penurunan tanah
Dosen Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya, Ira Mutiara Anjasmara mengatakan, banjir rob yang melanda ibu kota Provinsi Jatim juga disebabkan oleh penurunan muka tanah atau landsubsidence. Hal itu diperoleh berdasarkan hasil pemantauan menggunakan GPS atau GNSS survei sejak 2007 dan dilakukan secara periodik.
”Penurunan muka tanah terjadi hampir di seluruh wilayah Surabaya dengan catatan di titik-titik yang dilakukan survei dengan teknologi GNSS,” ucap Ira dalam webinar bertajuk Banjir Rob dan Penurunan Muka Tanah yang diselenggarakan oleh Teknik Geofisika ITS, Sabtu (18/6/2022).
Pemantauan dengan metode time-series analysis interferometric synthetic aperture radar (InSAR) menunjukkan wilayah Surabaya utara dan Surabaya timur mengalami penurunan muka tanah lebih signifikan daripada wilayah lain. Penurunan muka tanah itu bisa dilihat dari sejumlah ruas jalan yang ambles, seperti Jalan Arif Rahman Hakim, Kalianak, dan Kenjeran.
”Di Surabaya utara penurunan tanahnya 40 milimeter atau 4 cm per tahun. Penurunan muka tanah di Surabaya ini tidak sesignifikan di Jakarta dan Semarang,” ucap Ira.
Ira tidak bisa menyebutkan penyebab terbesar penurunan muka tanah di Surabaya dengan alasan kurangnya data dan masih diperlukannya penelitian lanjutan. Menurut dia, ada empat faktor, yakni pengambilan air tanah secara berlebihan dan beban konstruksi akibat masifnya pembangunan infrastruktur. Selain itu, konsolidasi alami dari tanah alluvial dan aktivitas tektonik, seperti pergerakan lempeng bumi.
ITS tidak memiliki data pemakaian air tanah di Surabaya. Pembangunan infrastruktur di Surabaya sangat masif, terutama wilayah timur yang tecermin dari banyaknya permukiman baru. Kota-kota di sepanjang pantai utara Jawa, termasuk Surabaya, tumbuh dan berkembang di atas endapan alluvium yang saat ini mengalami kompaksi alamiah sehingga menyebabkan penurunan tanah.
Ira menambahkan, penurunan muka tanah yang menjadi penyebab banjir rob juga dipengaruhi oleh perubahan iklim yang terjadi secara global sehingga menyebabkan kenaikan muka laut. Pencairan es di wilayah kutub dampaknya dirasakan oleh negara-negara yang berada di kawasan ekuator, seperti Indonesia.
Restorasi mangrove
Pemerintah Kota Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik masih mengandalkan mesin pompa dan pengaturan pintu air untuk mengatasi banjir dan rob yang semakin tinggi. Selain itu, membersihkan daerah di sepanjang aliran sungai dari sampah rumah tangga untuk menambah daya tampung sungai. Belum ada rencana membangun tanggul laut, seperti di Jakarta dan Semarang.
RUNIK SRI ASTUTI
Ada 17 jenis mangrove yang dikembangkan di pusat pembibitan di Banyuurip Mangrove Center, Gresik, Jumat (11/6/2021).
Sementara itu, upaya jangka panjang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jatim dengan menggencarkan penanaman mangrove dan merestorasi hutan di kawasan pesisir pantai. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan telah menanam mangrove seluas 42,75 hektar atau 136.600 batang selama 2021.
Penanaman dilakukan, antara lain, di Kabupaten Gresik, Pasuruan, Probolinggo, dan Bangkalan. Tahun ini rehabilitasi ekosistem mangrove ditargetkan seluas 95 hektar yang didanai oleh Pemprov Jatim dan 1.250 ha yang didanai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
”Ini menjadi Langkah mitigasi perubahan iklim dan pemanasan global. Restorasi juga salah satu cara merevitalisasi kembali kawasan mangrove sebagai salah satu destinasi wisata unggulan ekowisata dan eduwisata Jatim,” ujar Khofifah.
Komitmen perbaikan lingkungan tersebut dituangkan dalam Surat Edaran Gubernur Jatim yang ditujukan kepada masyarakat, bupati dan wali kota, serta BUMN dan BUMD. Semua pihak diminta turut andil dalam kegiatan rehabilitasi lahan kritis dan ekosistem mangrove di wilayah Jatim.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)
Warga menikmati rindang hutan mangrove di Kawasan Ekowisata Mangrove Gununganyar, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (16/2/2020). Pemkot Surabaya kini sedang mengembangkan Kebun Raya mangrove di Wonorejo, Keputih, Sukolilo, dan Gunung Anyar seluas 46 hektar.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional (PMN) 2021, luas hutan mangrove di Jatim 27.221 ha atau 48 persen dari total mangrove yang eksis di Pulau Jawa. Luasan mangrove ditargetkan bertambah menjadi 34.000 ha tahun ini dengan peran dari berbagai pihak, termasuk pemerintah kabupaten dan kota. Adapun potensi kawasan pesisir yang bisa dikembangkan menjadi habitat mangrove di Jatim adalah 51.577 ha.
Untuk mempercepat pencapaian target tersebut digelorakan gerakan ”Nandur Mangrove” di sejumlah daerah, seperti Wana Wisata Pantai Sowan Tuban dan Banyuurip Mangrove Center Gresik. Gerakan ini akan lebih dimasifkan lagi mengingat peran mangrove yang sangat penting dalam mengatasi dampak perubahan iklim dan pemanasan global.
Kepala Pusat Air Tanah Dan Geologi Tata Lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Siti Jumilah Rita Susilowati merekomendasikan kepada pemerintah daerah di wilayah risiko banjir rob agar memetakan sebaran tanah lunak dan mengidentifikasi kedalamannya. Mengukur dan memonitoring laju penurunan muka tanah.
Selain itu, mengutamakan pemanfaatan sumber air permukaan dan mengendalikan pemakaian air tanah sesuai zona konservasi. Dia juga merekomendasikan pengaturan tata ruang dan perencanaan pembangunan infrastruktur berdasarkan pertimbangan kondisi geologi teknik bawah permukaan daerah tanah lunak.
”Jika diperlukan pembuatan tanggul, harus mempertimbangkan laju penurunan muka tanah di kawasan sekitarnya,” ucap Rita.