Pelaku Usaha Kalsel Jajaki Peluang Bisnis ke Mesir
Pelaku usaha di Kalimantan Selatan membuka peluang bisnis ke Mesir. Beberapa komoditas ataupun produk UMKM dari Kalsel berpotensi masuk ke pasar Mesir serta meningkatkan pangsa pasar Indonesia.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Pelaku usaha di Kalimantan Selatan menjajaki peluang bisnis ke Mesir. Beberapa komoditas ataupun produk usaha mikro, kecil, dan menengah dari Kalsel berpotensi masuk ke pasar Mesir dan diharapkan turut meningkatkan pangsa pasar Indonesia di Mesir yang saat ini masih di bawah 2 persen.
Sejumlah pelaku usaha di Kalsel melaksanakan temu bisnis dengan pebisnis dari Mesir di Banjarbaru, Senin (20/6/2022). Pebisnis Mesir datang ke Kalsel bersama rombongan Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Muhamad Aji Surya.
Aji Surya mengatakan, Mesir adalah sebuah negeri yang cukup besar di Timur Tengah dengan penduduk lebih dari 100 juta jiwa. Perkembangan perdagangan Indonesia-Mesir naik sangat pesat, bahkan meningkat lebih dari 56 persen di masa pandemi tahun 2021 jika dibandingkan dengan tahun 2020.
”Nilai perdagangan Indonesia dengan Mesir sudah hampir mencapai 2 miliar dollar AS. Apa saja yang dijual ke Mesir hampir pasti laku, tetapi tantangannya adalah bagaimana menjaga kualitas dan kesinambungan. Saya kira ini juga bisa dilakukan para pengusaha dari Kalsel,” katanya.
Atase Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo Irman Adi Purwanto Moefthi menambahkan, berbisnis dengan Mesir itu mudah karena Mesir merupakan negara yang sangat bergantung pada impor dari luar negeri. Negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara itu selalu kekurangan bahan baku ataupun bahan jadi.
Indonesia menangkap peluang dagang ke Mesir. Ekspor Indonesia ke Mesir terus meningkat, bahkan lebih dari 56 persen pada 2021 dibandingkan 2020 dengan surplus yang tinggi, yakni lebih dari 1 miliar dollar AS. Namun, nilai itu terbilang masih kecil karena pangsa pasar Indonesia di Mesir masih di bawah 2 persen, persisnya 1,7 persen. Sebagai perbandingan, pangsa pasar China di Mesir sudah lebih dari 15 persen dan pangsa pasar Arab Saudi di Mesir lebih dari 14 persen.
”Indonesia masih berada di urutan 20 besar. Namun, Indonesia masih bisa dibilang lumayan karena lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) lainnya. Mudah-mudahan Indonesia bisa terus melaju dan pangsa pasarnya bisa lebih dari 2 persen pada tahun-tahun selanjutnya,” ujarnya.
Menurut Irman, hampir 76 persen ekspor Indonesia ke Mesir adalah produk pangan. Produk seperti kopi, teh, rempah-rempah, cokelat, kelapa, dan makanan ringan termasuk yang banyak diminati. ”Sebagai upaya untuk menjemput bola dalam meningkatkan ekspor produk Indonesia ke Mesir, kami mengajak beberapa delegasi pengusaha Mesir untuk datang ke Indonesia,” katanya.
Chief Executive Officer (CEO) PT Ameera Mentaya Raya Fatma Julia Azzahra mengatakan, perusahaannya yang berada di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, telah membuat kontrak dagang dengan beberapa pebisnis di Mesir. ”Dengan bantuan KBRI di Kairo, kami bisa bekerja sama dengan pebisnis Mesir,” ujarnya.
Produk pertama yang diperkenalkan PT Ameera Mentaya Raya ke Mesir adalah pupuk herbal yang terbuat dari rempah-rempah dan tanpa bahan kimia. Produk pupuk herbal tersebut sebelumnya sudah diekspor ke Turki, Thailand, Malaysia, Singapura, Jordania, dan Oman.
”Setelah memperkenalkan produk pupuk herbal, kami pelan-pelan mulai memasarkan beras, jagung, kain sasirangan, produk kerajinan berbahan rotan, serta batubara dan kelapa sawit ke Mesir. Untuk kelapa sawit diambil dari Kalteng, sedangkan batubara dan yang lainnya dari Kalsel,” tuturnya.
Besar peminat
Menurut Fatma, peminat produk dan komoditas dari Kalsel di Mesir tergolong cukup besar. Hanya dalam tempo tujuh bulan, perusahaannya sudah bisa membuat lima kontrak dagang. ”Semoga bukan hanya kami yang bisa bekerja sama dengan Mesir, tetapi pelaku usaha Kalsel lainnya juga bisa bekerja sama dengan Mesir dan negara Afrika lainnya,” katanya.
Pemilik Biji Kopi Borneo, Dwi Putra Kurniawan, salah satu pengusaha kopi di Kalsel, menyampaikan, produksi biji kopi di tempatnya saat ini mencapai 12 ton per bulan dengan surplus 3-5 ton. ”Surplus produksi itu siap dikirim ke Mesir ataupun negara lain. Mudah-mudahan ada pembeli dari Mesir yang tertarik membeli kopi organik Borneo dari kami,” ucapnya.
CEO Hafez Fresh Produce Fruit Hafez Hussein, salah seorang pebisnis Mesir, mengatakan, hubungan dekat antara Indonesia dan Mesir jangan sampai hanya sebagai romantisme, tetapi sebaiknya bisa diisi dengan program-program kerja sama.
”Kami berharap Mesir dan Indonesia bisa bekerja sama dan saling melengkapi. Sebagai pelaku usaha di Mesir, kami membuka pintu untuk bekerja sama di berbagai bidang, terutama untuk produk minyak sawit dan turunannya serta beras,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor lewat sambutan tertulis yang disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Roy Rizali Anwar berharap pengusaha Mesir bisa berinvestasi sebesar-besarnya di Kalsel. Menurut dia, Kalsel memiliki potensi budaya dan alam yang luar biasa yang tecermin dari produk-produk lokal khas Kalsel.
”Peluang perdagangan dengan Mesir harus bisa diambil oleh pengusaha Kalsel. Kami berharap kerja sama perdagangan ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kalsel,” katanya.
Menurut Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel Birhasani, Mesir berpotensi menjadi pasar baru ekspor produk-produk dan komoditas dari Kalsel di Afrika. Selama ini, Kalsel sudah mengekspor karet ke Afrika Selatan serta teh gaharu ke Ghana dan Nigeria.
”Kami berharap pelaku usaha di Kalsel bisa menindaklanjuti pertemuan ini secara bisnis ke bisnis. Kami juga siap memfasilitasi dan membantu segala urusan dokumen ekspor-impor yang diperlukan agar produk-produk Kalsel bisa menembus pasar Mesir,” ujarnya.