Ekspor Masih Rendah, UMKM Indonesia Diminta Rambah Pasar Mesir
Upaya usaha mikro, kecil, dan menengah Indonesia masih rendah dalam memanfaatkan pangsa pasar Mesir. Padahal, Mesir mempunyai potensi yang besar. UMKM Indonesia perlu membangun terobosan penetrasi pasar ke Mesir.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·4 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan penggerak perekonomian Indonesia ataupun Mesir. Seperti diperlihatkan oleh data Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI untuk Mesir, sekitar 99 persen perekonomian Indonesia dikuasai UMKM atau sekitar 58 juta unit usaha UMKM. Hal yang sama juga terjadi di Mesir. Perekonomian negara itu juga digerakkan oleh UMKM. Sebanyak 97 persen perekonomian Mesir digerakkan oleh UMKM atau sekitar 25 juta unit UMKM.
Kedutaan Besar RI (KBRI) Kairo bekerja sama dengan komunitas Go Export yang berbasis di kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis (23/7/2020), menggelar webinar dengan tema ”Menjual Produk Indonesia ke Mancanegara” dalam upaya meningkatkan ekspor produk UMKM ke mancanegara, khususnya Mesir.
Go Export adalah komunitas eksportir yang memberikan pelatihan dan workshop serta membantu anggota-anggotanya dalam proses mengekspor produk-produk Indonesia ke mancanegara secara step by step dan mandiri.
Duta Besar RI untuk Mesir Helmy Fauzy dalam pidato pembukaan menyampaikan, Indonesia baru menguasai sekitar 1,48 persen pangsa pasar Mesir, berada pada urutan negara ke-19 dalam tingkatan besaran ekspor produknya ke Mesir.
”Jadi, pangsa pasar Mesir yang digarap Indonesia masih sangat kecil. Padahal, produk Indonesia di Mesir cukup populer dan memiliki citra yang bagus. Karena itu, kita harus melakukan terobosan untuk membangun penetrasi pasar di Mesir yang masih sangat lebar. Maka, produk Indonesia harus bisa bersaing dengan produk negara lain di pasar Mesir,” kata Helmy.
Helmy juga menegaskan, pemain bisnis digital juga bisa masuk pasar Mesir, bukan hanya pemain bisnis digital yang besar, melainkan juga pemain bisnis digital yang kecil dan menengah.
Helmy mengakui adanya penurunan ekspor produk Indonesia ke Mesir pada periode Januari-Mei 2020 sebanyak 5,4 persen atau senilai sekitar 481 juta dollar AS dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019 sebesar 509 juta dollar AS.
Menurut Helmy, produk yang diekspor ke Mesir di antaranya adalah benang, saus, kayu, kertas, alkohol, dan pupuk. Adapun produk yang nilai ekspornya naik adalah turunan minyak sawit, biji kopi, ban kendaraan, kakao, kelapa parut, dan makanan olahan.
Helmy menjelaskan, untuk kepentingan ekspansi produk Indonesia, posisi Mesir sangat strategis. Secara geografis negara itu berada di tengah kawasan. Selain itu, Mesir memiliki jaringan dan kesepakatan perdagangan bebas dengan beberapa negara di kawasan Arab, Afrika, Eropa, dan AS. Mesir bisa menjadi pintu masuk pemasaran produk-produk Indonesia ke Afrika, Eropa, dan dunia Arab.
Potensi besar
Atase Perdagangan KBRI Kairo Irman Adi Purwanto Moefthi, yang berbicara setelah Dubes Helmy Fauzy, menyampaikan bahwa kontribusi UMKM atas ekspor Indonesia masih sangat rendah, sekitar 15,8 persen atau sekitar 23 miliar dollar AS dari keseluruhan total ekspor nonmigas Indonesia.
Menurut Moefthi, potensi masih sangat besar bagi UMKM untuk meningkatkan perannya dalam ekspor ke mancanegara, termasuk Mesir. Ia menyebut upaya Indonesia masih kecil dalam memanfaatkan pangsa pasar Mesir, yakni hanya 1,48 persen, jauh di bawah China yang sudah lebih dari 15 persen pangsa pasar Mesir.
Dalam strategi pemasaran, lanjut Moefthi, UMKM perlu mempertimbangkan menempuh model bisnis digital yang ternyata sangat ampuh dalam menembus pasar yang sangat luas. ”Apalagi, dalam situasi sulit seperti sekarang ini akibat Covid-19, perlu dipertimbangkan teknik-teknik pemasaran melalui platform digital. Banyak para ahli yang memprediksi, omzet UMKM pada tahun 2020 ini bisa meningkat tajam jika menggunakan teknik pemasaraan melalui digital,” tuturnya.
Senada dengan Helmy, ia juga mengatakan, Mesir sangat strategis sebagai pintu masuk ke Afrika, dunia Arab dan Eropa, bahkan AS, karena Mesir mempunyai perjanjian perdagangan bebas dengan Eropa dan AS. ”Maka, sangat potensial sekali kalau kita memasarkan produk Indonesia ke Mesir karena akan bisa masuk juga ke Eropa dan AS,” ujarnya menambahkan.
Selain itu, kata Moefthi, Mesir juga mempunyai penduduk lebih dari 100 juta jiwa yang merupakan pasar besar, dengan angkatan kerja muda sebanyak 41 persen dengan usia di bawah 25 tahun.
Ia melanjutkan, ada sekitar 10.000 WNI di Mesir yang bisa menjadi pasar produk UMKM Indonesia. Mereka sekaligus bisa juga digunakan untuk pemasaran produk UMKM Indonesia ke rakyat Mesir. Ia mengimbau UMKM dan pelaku bisnis lainnya memanfaatkan fasilitas Inaexport yang ada di Kementerian Perdagangan RI. Fasilitas Inaexport memberi akses pada katalog produk, daftar permintaan produk, jadwal pameran, pelatihan ekspor, dan informasi produk tertentu.
Perwakilan dari komunitas Go Export, Usman Syarif, mengatakan bahwa Go Export siap bekerja sama dengan KBRI Kairo untuk mencari data pembeli berbagai produk di Mesir serta berkoordinasi dalam proses pelaksanaan ekspor ke Mesir.