Sejumlah Program untuk Flores Timur Sedang Diperjuangkan ke Pusat
”Saya tidak membawa warna mana pun. Warna saya adalah warna pelayanan,” kata Doris.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Sejumlah program pembangunan di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah diusulkan dan kini sedang diperjuangkan agar disetujui pemerintah pusat. Program dimaksud mulai dari penataan ibu kota kabupaten, pembangunan sarana air bersih, fasilitas kesehatan, perhubungan, hingga jaringan telekomunikasi.
”Kami sudah bertemu dengan sejumlah pejabat di Jakarta untuk menyampaikan usulan ini, dan direspons secara baik. Ini butuh proses karena itu perlu dukungan dari semua pihak serta kesabaran menunggu hingga rencana ini benar-benar terwujud,” kata Doris Alexander Rihi Penjabat Bupati Flores Timur pada Minggu (19/6/2022).
Sebagaimana pantauan Kompas beberapa waktu lalu, Larantuka sebagai ibu kota kabupaten tersebut mendesak ditata. Sebagai contoh, hampir sepanjang jalan utama di sana tidak terdapat lampu penerangan jalan. Selain itu, sampah masih berserakan di mana-mana lantaran kurangnya kesadaran sebagian masyarakat serta minimnya penempatan kotak sampah di pinggir jalan.
Terkait persoalan sampah, kata Doris, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk pengadaan insenerator dan truk pengangkut sampah. Kebersihan Larantuka menjadi prioritas utama mengingat ibu kota kabupaten merupakan etalase daerah itu. Larantuka juga menjadi destinasi wisata rohani Samana Santa.
Untuk sektor kesehatan, lanjutnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin setuju untuk pembangunan rumah sakit pratama di Pulau Solor. Solor merupakan salah satu pulau di Flores Timur yang masih membutuhkan perhatian serius untuk sektor kesehatan. Di pulau itu terdapat tiga kecamatan. Warga yang sakit kebanyakan diangkut dengan kapal ke Larantuka.
Untuk sektor transportasi, proposal untuk menghadirkan angkutan kapal feri yang melayani daerah kepulauan itu juga direspons baik oleh Kementerian Perhubungan. Dibutuhkan feri untuk melayani angkutan kendaraan ke Pulau Flores, Solor, dan Adonara, secara rutin setiap hari. Selama ini, kapal feri melintasi tiga pulau itu dengan jadwal tidak menentu.
”Kehadiran feri nantinya akan mempercepat distribusi barang. Contohnya, hasil bumi dari Adonara bisa langsung diangkut dengan mobil bak terbuka kemudian diseberangkan menggunakan feri ke Larantuka. Selama ini, mereka mengandalkan kapal kayu yang tidak bisa angkut kendaraan. Banyak masyarakat mendambakan hal ini,” kata Doris.
Sementara itu, untuk sektor telekomunikasi, di beberapa daerah yang susah sinyal internet akan dibangun menara. Salah satunya Desa Lamatutu. Pemerintah desa setempat sudah menyiapkan lahan untuk pembangunan menara dimaksud. Bulan depan, menara di desa itu sudah bisa beroperasi. Desa-desa terisolir lainnya sedang dalam perencanaan.
Penempatan tower sinyal minimal setiap enam kilometer. Dari 25 titik yang diusulkan, 5 di antaranya disetujui oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk dikerjakan tahun ini. Hingga kini, penetrasi layanan jaringan internet di Flores Timur sudah menembus 90 persen.
Menurut Doris, dukungan pemerintah pusat sangat dibutuhkan untuk mempercepat akselerasi pembangunan di sana. Pasalnya, anggaran daerah tidak mencukupi untuk membiayai semua itu. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tersebut sekitar Rp 1,1 triliun, yang sebagian besar untuk membiayai pengeluaran rutin seperti gaji pegawai dan operasional pemerintahan.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tersebut sekitar Rp 1,1 triliun, yang sebagian besar untuk membiayai pengeluaran rutin seperti gaji pegawai dan operasional pemerintahan.
Ketua DPRD Kabupaten Flores Timur Robertus Rebon Kereta menilai, belum ada terobosan yang luar biasa dari Doris yang belum genap satu bulan menjadi Penjabat Bupati Flores Timur. Dalam waktu dekat, langkah Doris akan terbaca ketika pembahasan hingga penetapan APBD perubahan.
Menurut Robert, pada prinsipnya, setiap langkah eksekutif demi kemajuan daerah akan didukung penuh oleh legislatif. ”Kedua lembaga ini bersinergi untuk memajukan daerah,” kata politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.
Laurensius Demon (45), warga Pulau Adonara berharap kehadiran Doris memberi perubahan bagi Kabupaten Flores Timur. Doris diminta fokus membangun daerah tanpa terlibat dalam tarik menarik kepentingan politik. Dalam catatan warga setempat, kehadiran penjabat selalu membawa kepentingan politik tertentu.
”Kami berharap, penjabat sekarang berbeda dengan yang dulu-dulu. Kita juga jangan berpikir negatif dengan penjabat. Beri dia kesempatan, dan nanti kita akan menilainya seperti apa. Biar waktu yang akan membuktikan,” kata Demon.
Doris menegaskan, ia tidak membawa warna politik tertentu sebagaimana kekhawatiran sejumlah pihak di Flores Timur. ”Saya tidak membawa warna mana pun. Warna saya adalah warna pelayanan,” kata Kepala Biro Pemerintahan Provinsi NTT yang merupakan putra Sabu Raijua.