Akibat PMK, Sebagian Pedagang Ternak di Magelang Enggan Menjual Sapi
Di tengah maraknya penularan PMK, sejumlah pedagang ragu menjual sapi. Demi menghindari kerugian dalam jumlah besar, mereka memilih menjual kambing dan domba.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pedagang hewan ternak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ragu menjual sapi akibat maraknya penularan penyakit mulut dan kuku. Ketimbang sapi, mereka memilih menjual kambing atau domba.
Ny Tarom (49), pedagang asal Desa Salamkanci, Kecamatan Bandongan, mengatakan belum membeli persediaan sapi meski Idul Adha kurang dari sebulan lagi. Dia menyebut masih melihat situasi terkait penyakit kuku dan mulut (PMK).
”Jika tidak kunjung membaik dan semakin banyak hewan sakit, lebih baik saya tidak menjual sapi saja. Apabila sapi yang dibeli kena PMK, kerugiannya bisa puluhan juta,” ujarnya saat ditemui di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Minggu (19/6/2022).
Tahun lalu, Tarom menyiapkan 15 sapi untuk Idul Adha. Rata-rata seekor sapi dibeli Rp 23 juta.
Muhaimin (60), pedagang ternak asal Desa Kebonagung, Kecamatan Sawangan, mengatakan, penjualan ternak diperkirakan tidak mulus akibat PMK. Daya beli warga rentan terhambat wabah.
Kondisi itu, kata Muhaimin, memicu penurunan harga jual ternak. Harga domba jelang Idul Adha, misalnya, dari sebelumnya Rp 3 juta per ekor, kini hanya Rp 2,7 juta per ekor.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang Joni Indarto mengatakan, stok hewan kurban untuk Idul Adha dipastikan aman. Kini, tercatat ada 58.000 sapi. Sebanyak 15.000 ekor di antaranya layak sebagai hewan kurban.
Dia menyebut, rata-rata kebutuhan sapi sebagai hewan kurban mencapai kurang dari 5.000 ekor. Sementara itu, kambing dan domba mencapai sekitar 170.000 ekor. Rata-rata kebutuhan kambing dan domba untuk hewan kurban sebanyak 12.000 ekor.
Akan tetapi, dia mengatakan tetap mewaspadai penularan PMK. Dia meminta warga tidak membeli atau mendatangkan hewan dari luar kota.