Antusiasme Publik Paris Respons Pameran Produk Kreatif Surakarta
Pameran produk kreatif asal Kota Surakarta di Paris, Perancis, mendapat respons positif dari publik setempat. Aspek budaya yang ditonjolkan menjadi daya tarik utama.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pameran produk kreatif asal Kota Surakarta di Paris, Perancis, mendapat respons positif dari publik setempat. Aspek budaya yang ditonjolkan menjadi daya tarik utama. Ajang berupa pelatihan singkat hingga pertunjukan turut ditampilkan guna memberi pengalaman lebih bagi pengunjung dalam pameran tersebut.
Pameran tersebut bertajuk ”Java in Paris” yang berlangsung dari 8 Juni hingga 17 Juli 2022 di Le BHV Marais, Paris, Perancis. Lokasi penyelenggaraan merupakan salah satu pusat perbelanjaan tertua di Paris yang berusia sekitar 160 tahun. Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka ikut hadir dan meninjau langsung pelaksanaan pameran tersebut.
”Respons dari pamerannya bagus. Cukup ramai peminatnya. Saya, kan, di malnya terus. Banyak sekali yang datang,” kata Gibran di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (13/6/2022).
Meskipun demikian, Gibran mengaku tak bisa memastikan jumlah pengunjung yang mendatangi pameran tersebut per harinya. Diperkirakan, setiap harinya, ada ratusan orang yang berkunjung ke pameran tersebut. Untuk transaksi yang sudah berhasil dibukukan, juga belum bisa dilaporkan. Ia sudah menitipkan jalannya pameran tersebut kepada sejumlah perwakilan.
Ada sekitar 1.200 item produk kreatif yang dipamerkan dalam gelaran tersebut. Produk yang dipamerkan mulai dari sektor busana, alat rumah tangga, dekorasi rumah, kesenian, hingga kerajinan tangan. Semua produk mempunyai unsur budaya kental. Salah satunya ialah batik. Harga batik yang dipamerkan terentang dari Rp 500.000 hingga Rp 20 juta.
Selain pameran, warga juga disuguhi hiburan berupa pawai budaya yang menampilkan tarian kontemporer berunsur budaya Jawa dan Bali saat pembukaan pameran. Penyanyi Anggun C Sasmi diajak berkolaborasi dalam pertunjukan kontemporer tersebut. Jalan di sekitar tempat pameran ditutup untuk menggelar pertunjukan tersebut. Para penonton menyaksikan pertunjukan dari pinggir jalan.
Penambah daya tarik lainnya ialah workshop batik. Kegiatan tersebut diadakan setiap akhir pekan selama berlangsungnya pameran. Tujuannya untuk semakin mendekatkan pengunjung lewat produk-produk yang dipamerkan dengan pengalaman langsung.
”Ada juga keroncongan. Jadi, kemarin, waktu saya tinggal (pulang ke Kota Surakarta), ada keroncongan juga. Malah tambah ramai (pengunjungnya) waktu saya tinggal. Jadi tidak hanya ramai pas pembukaan saja, ya,” kata Gibran.
Gibran menjelaskan, produk kreatif budaya menjadi item yang dipamerkan karena muatan nilainya yang tinggi. Misalnya, batik selalu mempunyai cerita di balik setiap motifnya. Kisah mengenai tiap-tiap motif batik akan diceritakan kepada pengunjung pameran.
”Itu yang membuat batik menjadi kaya. Terlebih batik ini sudah diakui oleh warisan budaya dunia dari UNESCO. Kami pengin sekali batik ini semakin dikenal di mata dunia,” ucap Gibran.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Perancis. Andorra, Monako, dan UNESCO Mohammad Oemar menyatakan, tak mudah untuk menggelar pameran di pusat perbelanjaan tersebut. Sebab, pengelola pusat perbelanjaan itu mempunyai standar tinggi. Hanya produk-produk berkualitas unggul yang bisa mejeng di pusat tujuan belanja warga Paris tersebut.
Oemar menambahkan, proses yang dilalui juga cukup panjang. Ia perlu menjajaki hubungan dengan pengelola pusat perbelanjaan tersebut sejak dua tahun yang lalu. Statusnya sebagai salah satu pusat perbelanjaan tertua menjadi dasar dipilihnya tempat tersebut.
”Ini bukan hanya soal gengsi yang naik. Karena, kita bisa menembus pasar yang sophisticated. Pasar yang canggih dan tidak mudah untuk setiap orang masuk. Tetapi, juga mengangkat ranking dari karya anak bangsa masuk ke pusat mode dunia,” kata Oemar.
Di sisi lain, Oemar mengungkapkan, produk-produk kreatif yang dipamerkan mempunyai daya tarik tinggi. Sebab, produk tersebut menonjolkan unsur budaya. Ini sesuai dengan karakter warga Perancis yang sangat mengapresiasi kultur negara lain. Mereka juga mempunyai ketertarikan tinggi untuk mengetahui lebih dalam hal-hal tersebut.
”Konsumen di Perancis tidak sekadar perlu visual. Mereka juga perlu pengalaman sensoriknya. Apalagi untuk produk fesyen atau produk kreatif. Selain perlu melihat, dia juga ingin perlu menyentuh. Dan, yang juga esensial, dia ada keinginan untuk tahu soal cerita mengenai produk tersebut,” kata Oemar.