Situasi pandemi Covid-19 terindikasi memburuk di Surabaya, Jawa Timur, meski secara umum masih dalam kategori terkendali. Penerapan protokol kesehatan tetap amat penting dalam pengendalian penyakit ini.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS - Situasi pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) di Surabaya, Jawa Timur, terindikasi memburuk. Penambahan kasus harian berada di kisaran 18-22 kasus. Kembali terjadi kasus kematian pasien Covid-19 setelah tiga pekan nihil.
Indikasi memburuk itu terlihat dari pergerakan data kasus dalam laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id/ pada Minggu (12/6/2022). Enam hari terakhir, terjadi penambahan 20 kasus, 22 kasus, 19 kasus, 18 kasus, 19 kasus, dan 19 kasus. Kesembuhan 15 kasus, 17 kasus, 21 kasus, 21 kasus, 22 kasus, dan 23 kasus.
Selain itu, tercatat 1 kasus kematian yang terangkum pada Minggu petang. Kasus kematian terakhir tercatat pada 25 Mei 2022 atau hampir tiga pekan lalu. Dengan penambahan itu, kasus kematian kumulatif sejak 17 Maret 2020 mencapai 2.944 kasus. Situasi pada Minggu petang, ada 32 kasus aktif atau jumlah pasien Covid-19 yang ditangani melalui isolasi mandiri atau terpusat di rumah sakit.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina, peningkatan kasus Covid-19 mengindikasikan penurunan kesadaran publik terhadap penerapan protokol kesehatan. Di sisi lain, aparatur terpadu tidak mengendurkan kinerja dalam pengetesan, penelusuran, dan penanganan (testing, tracing, treatment/3T).
Nanik melanjutkan, penerapan protokol kesehatan yang kendur amat berkaitan dengan potensi penularan penyakit. Pencegahan itu meliputi kesadaran untuk selalu berpelindung minimal bermasker, rutin menjaga kebersihan dengan cuci tangan, dan menjaga jarak dengan orang lain. Protokol kesehatan amat berperan dalam pencegahan penularan sehingga ketika kesadaran menurun atau ada pengabaian, risiko penularan meningkat.
Namun, menurut Nanik, situasi pandemi Covid-19 masih dalam kategori terkendali. Meski ada peningkatan kasus harian, cepat terjadi kesembuhan. Fatalitas memang ada lagi, tetapi baru muncul setelah tiga pekan. Selain itu, Surabaya tetap berada dalam level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
”Kami mendorong kembali kesiapsiagaan warga untuk menghadapi risiko peningkatan kasus Covid-19,” kata Nanik.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya Ridwan Mubarun mengatakan, aparatur terpadu juga masih terus bersosialisasi agar penerapan protokol kesehatan tetap menjadi kesadaran kolektif masyarakat. Di permukiman, aparatur mendorong pengurus Gugus Tugas Kampung Tangguh Wani Jogo Surabaya tidak mengendurkan pengawasan.
Ridwan mengatakan terus meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19. Cakupan vaksinasi dosis 3 atau penguat di ibu kota Jatim ini sudah mendekati 924.000 jiwa atau 42 persen dari jumlah sasaran. ”Vaksinasi komplet diharapkan menekan risiko fatalitas Covid-19 terhadap seseorang,” katanya.
Kami mendorong kembali kesiapsiagaan warga untuk menghadapi risiko peningkatan kasus Covid-19.
Masih terkait penanganan Covid-19, Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih mengatakan, vaksin Merah Putih memperlihatkan perkembangan positif. Vaksin ini telah melewati fase 1 dan fase 2 uji klinis. Dalam waktu dekat, vaksin siap untuk melewati fase 3.
”Kami siap melaksanakan fase 3 uji klinis,” kata Nasih. Namun, fase 3 masih menunggu persetujuan pelaksanaan uji klinis dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Nasih melanjutkan, untuk fase 3, dibutuhkan sukarelawan 3.500-4.000 orang. Unair mengharapkan peran masyarakat yang belum pernah menerima vaksinasi Covid-19 untuk terlibat dalam fase 3 uji klinis. ”Agar vaksin Merah Putih segera dapat dirasakan manfaatnya,” ujarnya.