Desa Wisata Cikakak Banyumas Kembangkan Wisata Alam
Wisata alam berupa hutan pinus dikembangkan oleh Desa Wisata Cikakak di Banyumas, Jawa Tengah. Wisata ini kian melengkapi wisata religi Masjid Saka Tunggal yang telah jadi ikon desa ini.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Desa Wisata Cikakak di Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang selama ini dikenal dengan wisata religi dan budaya lewat Masjid Saka Tunggal terus mengembangkan destinasi berbasis keindahan alam.
Wisata hutan pinus Antap di Desa Cikakak yang dirintis sejak 2019 terus dikembangkan dengan menawarkan kekayaan alam berupa air terjun serta taman bunga di lereng bukit.
”Di kawasan Masjid Saka Tunggal itu kan tempat yang sakral untuk ritual dan budaya, sedangkan di Antap ini pengunjung bisa lebih bebas bersantai menikmati keindahan alam,” kata Kepala Desa Cikakak Akim, Sabtu (11/6/2022).
Akim menyampaikan, perbukitan pinus di kawasan Perhutani ini berada di ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Di sini juga terdapat aliran Sungai Asahan dengan curug atau air terjun bernama Curug Rau.
Ketinggian curug rau mencapai 15 meter dan di bagian bawahnya bisa dipakai untuk bermain air oleh pengunjung. ”Tempat wisata ini dikelola kelompok sadar wisata dan di bawah naungan BUMDes,” ujarnya.
Menurut Akim, ada 35 pemuda-pemudi juga warga yang tergabung dalam kelompok sadar wisata untuk bersama-sama mengelola destinasi wisata di sana. ”Di Masjid Saka Tunggal, sebulan jumlah kunjungan sekitar 1.500 orang dan di Antap ini bisa mencapai 3.000 orang,” tuturnya.
Tempat wisata ini dikelola kelompok sadar wisata dan di bawah naungan BUMDes. (Akim)
Nama Antap, kata Akim, merupakan nama sebuah pohon besar yang tumbuh di kawasan perbukitan ini. Oleh karena itu, warga desa pun mengenal kawasan ini sebagai kawasan Antap.
Promosi
Dalam pengelolaannya, kelompok sadar wisata di sini mempromosikan wisata ini lewat media sosial, yaitu Instagram dengan akun @desawisata_cikakak.
Adapun untuk meningkatkan sumber daya manusia, kelompok ini mendapatkan pelatihan dari Tim Riset Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) terutama dalam penataan tempat wisata serta pengelolaan media sosial untuk promosi.
Ketua Tim Riset Unsoed Chusmeru memberikan masukan bahwa tempat wisata ini cukup berpotensi untuk dikembangkan karena sudah memiliki kelembagaan yang kuat serta aktif mempromosikan media sosial.
Namun, kelengkapan pendukung kebersihan seperti tempat sampah perlu ditambah serta kamar mandi atau toliet yang layak dan bersih perlu ditingkatkan.
Selain memiliki obyek wisata religi serta alam, Desa Cikakak juga menawarkan suvenir kerajinan kepala monyet yang terbuat dari limbah kelapa. Monyet jadi ikon unik di desa ini lantaran banyak monyet liar yang turun dari perbukitan untuk mendekati pengunjung di sekitar Masjid Saka Tunggal.