Urai Kemacetan, Jembatan Layang Dibangun di Palembang
Sebuah jembatan layang sepanjang 660 meter mulai dibangun di area Simpang Sekip Ujung, Palembang, Sumatera Selatan, untuk mengurai kemacetan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS - Sebuah jembatan layang sepanjang 660 meter mulai dibangun di area Simpang Sekip Ujung, Palembang, Sumatera Selatan. Infrastruktur itu untuk mengurai kemacetan di salah satu titik kemacetan di Palembang. Proyek ini ditargetkan selesai pada Desember 2023.
Hal ini disampaikan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) V Sumatera Selatan Budiamin saat peletakan batu pertama proyek tersebut, Selasa (7/6/2022). Hadir pula dalam acara itu Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru dan Wali Kota Palembang Harnojoyo.
Budiamin menjabarkan, pembangunan jembatan layang di Palembang merupakan upaya pemerintah untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi di ibu kota Sumsel itu. Di kawasan Simpang Sekip Ujung kerap terjadi kemacetan pada pagi dan sore hari. Pada waktu itu, kemacetan bisa mencapai 500 meter-1 kilometer.
Di sisi lain, pembangunan infrastruktur yang menelan biaya Rp 152,9 miliar ini diharapkan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Palembang. Menurut rencana, jembatan layang yang menghubungkan Jalan Basuki Rahmat dan Jalan R Soekamto itu akan dibangun sepanjang 660 meter dengan lebar 18,4 meter. Adapun lama pembangunan memakan waktu hingga 21 bulan atau ditargetkan selesai pada Desember 2023.
Herman Deru mengatakan, pembangunan jembatan layang merupakan jawaban dari keluhan masyarakat yang merasa lelah dengan kemacetan yang terjadi di sejumlah ruas jalan. Menurut dia, kemacetan itu dampak dari pertambahan volume kendaraan yang terus terjadi setiap tahun.
Sebenarnya pembangunan jembatan layang ini sudah direncanakan sejak sebelum pandemi Covid-19 pada 2019. Namun, pembangunan harus tertunda lantaran anggaran dari pemerintah pusat ataupun daerah dialokasikan untuk penanganan pandemi. ”Saat itu, pemerintah lebih memprioritaskan kesehatan masyarakat. Namun, kini pembangunan infrastruktur kembali digiatkan lagi,” ungkapnya.
Oleh karena pembangunan menelan waktu cukup lama, masyarakat diharapkan dapat memaklumi jika terjadi kemacetan di titik tersebut. Di sisi lain, Herman berharap kepolisian dan dinas perhubungan dapat mengatur sehingga lalu lintas dapat terkendali.
”Harus ada rekayasa lalu lintas jika terjadi kemacetan panjang. Jangan sampai warga mengeluh lagi,” ujarnya. Dia mencontohkan pembangunan infrastruktur kereta ringan (light rail transit/LRT) yang sempat membuat kemacetan di sejumlah titik.
Karena itu, Herman pun berharap agar pembangunan dapat diselesaikan lebih cepat. ”Jika di jadwal, waktu pembangunan flyover 21 bulan. Kalau bisa, diselesaikan 15 bulan saja agar manfaatnya bisa langsung dinikmati oleh masyarakat Palembang,” ucapnya.
Wali Kota Palembang Harnojoyo mengatakan, proyek infrastruktur ini menambah jumlah jembatan layang di Palembang yang sampai sekarang sudah berjumlah empat buah, yakni di Simpang Keramasan, Simpang Polda, Simpang Jakabaring, dan Simpang Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Ke depan, ujar Harnojoyo, akan ada pembangunan infrastruktur lain, seperti jalan melintang bawah tanah (underpass) di Simpang RS Charitas. Pembangunan tersebut tertunda lantaran pemkot meminta agar pembangunan underpass diperpanjang dari yang telah ditetapkan semula.