Jalan Perubahan Meretas Keterisolasian Tiga Desa di Kalsel
Tiga desa di sekitar Waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mulai terhubung jalan darat setelah masuk program TNI Manunggal Membangun Desa ke-113 tahun 2022. Jalan itu pun meretas keterisolasian warga.
Berpuluh-puluh tahun lamanya keterisolasian membelenggu desa-desa yang ada di sekitar Waduk Riam Kanan, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Warga baru menikmati akses jalan darat yang memadai setelah masuk program TNI Manunggal Membangun Desa ke-113 tahun 2022. Jalan itu pun meretas keterisolasian warga di tiga desa.
Siti Adela (14), anak Desa Artain, turun dari sepeda motor tepat di depan sekolahnya, SMP Negeri 3 Aranio di Desa Benua Riam, Sabtu (28/5/2022). Siswi kelas VII itu bergegas masuk ke ruang kelas, menyusul beberapa temannya. Mereka duduk di bangkunya masing-masing menunggu kedatangan guru.
”Sekarang, hampir tidak pernah terlambat karena jalan dari Artain ke Benua Riam sudah enak. Tidak perlu lagi lewat air pakai kelotok (perahu bermotor),” ujarnya.
Menurut Siti, dari rumahnya ke sekolah tak sampai 10 menit dengan menggunakan sepeda motor. Kalau lewat waduk menggunakan kelotok bisa 30 menit karena harus jalan kaki dari rumah ke Dermaga Artain, kemudian jalan kaki lagi dari Dermaga Benua Riam ke sekolah. Berangkatnya juga harus bersama-sama karena kelotoknya terbatas.
Sebelumnya, jalan dari Artain ke Benua Riam belum memadai karena hanya berupa ”jalan tikus” di tengah hutan, semak-semak, dan perkebunan karet. Jalannya becek dan licin kalau sudah hujan. Tak heran bila jalur air menjadi pilihan utama. ”Dulu, agak takut juga lewat jalan tikus karena biasanya ketemu ular,” kata Norsyifa (13), siswi kelas VII yang juga berasal dari Artain.
Namun, sejak masuk program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-113 tahun 2022 pada 11 Mei 2022, jalan tikus dari Benua Riam ke Artain sepanjang 4 kilometer dibuka hingga selebar 6 meter. Selanjutnya pada badan jalan selebar 3,5 meter dilakukan pengerasan dengan timbunan batu kali.
Jalan penghubung Benua Riam-Artain tak hanya satu, tetapi dua ruas. Ruas pertama merupakan pelebaran dari jalan tikus dan khusus untuk sepeda motor karena jembatan kayu di antara kedua desa hanya muat untuk sepeda motor. Ruas kedua merupakan pembukaan jalan baru yang disiapkan untuk dilewati mobil. Pada ruas kedua sedang dibangun dua buah jembatan kayu selebar 4 meter.
Menurut Muhammad Thohir (48), warga Desa Benua Riam, jalan penghubung Benua Riam-Artain sangat memudahkan mobilitas warga dan anak-anak sekolah. Sebab, sekolah jenjang SMP hanya ada di Benua Riam. Warga dua desa bertetangga itu juga bisa saling mengunjungi ketika ada hajatan.
”Kalau mau ke kebun karet, jalannya sekarang juga sudah enak. Tidak susah lagi mengangkut karet dengan sepeda motor,” katanya.
Baca Juga: Mekar Harapan di Desa Karang Mekar Perbatasan Kalsel-Kalteng
Kepala Desa Benua Riam Hasan Basri mengatakan, kegiatan TMMD ke-113 Komando Distrik Militer 1006/Banjar tahun 2022 telah membuka keterisolasian Benua Riam dan dua desa tetangga, yakni Artain dan Apuai. Ketiga desa itu kini terhubung jalan darat yang cukup nyaman dilewati sepeda motor.
”Kegiatan TMMD sangat membantu masyarakat kami. Dulu, kami hanya bisa pakai kelotok lewat waduk kalau mau ke kota. Sekarang, sudah bisa pakai sepeda motor lewat jalan darat meskipun masih harus menyeberang pakai rakit di Apuai,” tuturnya.
Jika warga Benua Riam ingin ke Martapura, ibu kota Kabupaten Banjar, maka harus naik kelotok dari Dermaga Benua Riam ke Pelabuhan Riam Kanan di Desa Tiwingan Lama dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit. Kemudian naik sepeda motor ataupun mobil sekitar 45 menit.
”Dulu, kalau sudah ada kegiatan di kota, kami terpaksa harus bermalam karena biasanya hanya satu kelotok yang jalan setiap hari. Pukul 07.00 Wita berangkat dari Benua Riam, kemudian pukul 15.00 berangkat dari Tiwingan Lama,” katanya.
Jalan antardesa dari Apuai ke Benua Riam baru terbuka setelah ada program Karya Bakti TNI Kodim 1006/Banjar pada 2021
Kini, lanjut Hasan, dari Benua Riam ke Martapura sudah bisa lewat jalan darat dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Warga bisa berangkat kapan saja dengan menggunakan sepeda motor kalau mau ke kota. Pedagang keliling bersepeda motor yang menjajakan sayur, bakso, hingga pembeli karet juga sudah kerap masuk ke Benua Riam.
”Kami berharap pembukaan jalan sampai ke Artain bisa terus dilanjutkan karena masih ada tiga desa lagi yang belum terhubung, yaitu Kalaan, Paau, dan Belangian. Kami juga berharap jalan yang sudah terbuka ini nantinya bisa diaspal seperti jalan-jalan di kota,” tuturnya.
Tertinggal
Bintara Pembina Desa (Babinsa) Benua Riam dan Artain Kopral Satu Suyanto mengatakan, Benua Riam dan Artain termasuk desa tertinggal. Ketika ia menjadi babinsa di dua desa tersebut pada awal tahun 2020 belum ada jalan darat dan tidak ada jaringan telekomunikasi. Listrik juga hanya menyala pada malam hari selama 12 jam, dari pukul 18.00 sampai 06.00 Wita.
”Jalan antardesa dari Apuai ke Benua Riam baru terbuka setelah ada program Karya Bakti TNI Kodim 1006/Banjar pada 2021,” katanya.
Setelah jalan terbuka, infrastruktur listrik dan telekomunikasi juga dibangun. Mulai akhir 2021, warga desa akhirnya bisa menikmati listrik menyala 24 jam dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan kemudahan berkomunikasi melalui jaringan internet PT Global Media Data Prima.
”Tahun ini, pembangunan infrastruktur di Benua Riam dan Artain dilanjutkan melalui program TMMD ke-113 Kodim 1006/Banjar. Program ini benar-benar membantu warga,” ujarnya.
Menurut Suyanto, salah satu sasaran kegiatan TMMD ke-113 Kodim 1006/Banjar adalah melakukan bedah rumah tidak layak huni milik Marawiyah (71) di Artain. Rumah kayu yang ditempati Marawiyah bersama anak bungsunya itu sudah reyot dan hampir roboh. Sejak suaminya meninggal 10 tahun lalu, Marawiyah yang menderita stroke, tak punya biaya untuk merenovasi rumah.
”Nenek senang sekali karena dibuatkan rumah baru. Alhamdulillah, terima kasih karena bapak babinsa dan tentara sudah membantu nenek,” kata Marawiyah dengan mata berkaca-kaca.
Komandan Kodim 1006/Banjar Letnan Kolonel (Inf) Imam Muctarom selaku Komandan Satuan Tugas TMMD ke-113 Kodim 1006/Banjar menyampaikan, TMMD dilaksanakan selama 30 hari, dari 11 Mei sampai 9 Juni 2022. ”Kami didukung Pemerintah Kabupaten Banjar berupaya menghubungkan tiga desa, yaitu Benua Riam, Artain, dan Apuai,” katanya.
Baca Juga: Budidaya Ikan dalam Ember Dikembangkan di Desa Sasaran TMMD
Program TMMD tahun ini mengusung tema ”TMMD Dedikasi Terbaik Membangun Negeri”. Sasaran fisik TMMD ke-113 Kodim 1006/Banjar adalah pembukaan badan jalan sepanjang 4.000 meter x 6 meter, pengerasan jalan sepanjang 4.000 meter x 3,5 meter, pembuatan dua jembatan kayu kelas 1, renovasi rumah tidak layak huni, renovasi pos keamanan lingkungan, pembuatan tiga unit sarana mandi cuci kakus, dan pembuatan lapangan voli.
Komandan Satuan Setingkat Kompi Letnan Dua Marsudi Setiyawan mengatakan, kegiatan TMMD melibatkan 110 personel gabungan dari Korem 101/Antasari, Kodim 1006/Banjar, Batalyon Infanteri 623/Bhakti Wira Utama, Detasemen Zeni Tempur 8/Gawi Manuntung, Pangkalan TNI Angkatan Laut Banjarmasin, Pangkalan TNI Angkatan Udara Sjamsudin Noor, dan Kepolisian Resor Banjar.
”Dalam setiap pekerjaan, kami juga dibantu warga desa. Mereka selalu antusias membantu dan ikut bekerja tanpa pamrih bersama anggota satgas,” katanya.
Kemanunggalan
Kepala Penerangan Korem 101/Antasari Mayor (Inf) Maserani mengatakan, kegiatan TMMD ke-113 menjadi momentum untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan gotong royong di dalam kemanunggalan TNI dengan rakyat.
”Dengan selesainya kegiatan TMMD ini harapannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih maju dan menciptakan perekonomian melalui pertanian, perkebunan, dan perikanan, serta pemerataan penduduk yang seimbang dengan daerah perkotaan sehingga desa tersebut tidak menjadi desa yang tertinggal,” katanya.
Menurut Komandan Korem 101/Antasari Brigadir Jenderal TNI Rudi Puruwito, kegiatan TMMD merupakan wujud dari kemanunggalan TNI dan rakyat dalam bentuk operasi bakti yang dilaksanakan bersama-sama seluruh komponen masyarakat, termasuk pemerinah daerah. TMMD memiliki sasaran fisik dan sasaran non-fisik yang sangat memengaruhi hajat hidup orang banyak.
”Hasil dari sasaran fisik TMMD bisa dirasakan langsung oleh masyarakat. Sementara, sasaran non-fisik (penyuluhan dan sosialisasi) bertujuan untuk membangun karakter masyarakat yang Pancasilais dan mau bergotong royong antara TNI dengan masyarakat yang saling melengkapi,” kata Rudi.
Bupati Banjar Saidi Mansyur mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada jajaran TNI, khususnya Kodim 1006/Banjar yang telah membantu masyarakat Banjar melalui program TMMD ke-113 tahun 2022.
”TMMD sangat membantu dalam percepatan pembangunan desa sebagai upaya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta selaras dengan visi dan misi dalam mewujudkan masyarakat Banjar yang maju, mandiri, dan agamis (manis). TNI berkarya, rakyat sejahtera,” katanya.