Kematian akibat Penyakit Mulut dan Kuku Mulai Terjadi di Sumut
Penyakit mulut dan kuku ternak di Sumut mulai menyebabkan kematian. Daerah kehabisan obat-obatan dan kini mengandalkan obat swadaya dari peternak. Tenaga kesehatan dari pemerintah membantu pemberian obat.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kasus kematian ternak akibat penyakit mulut dan kuku atau PMK muncul di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang, Sumatera Utara. Banyak daerah kehabisan obat-obatan dan kini mengandalkan obat swadaya dari peternak.
”Di Kabupaten Langkat sudah ditemukan lima ternak sapi mati akibat PMK. Kami sekarang berfokus menangani ternak yang terinfeksi agar bisa diobati,” kata dokter hewan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Langkat Chalikul Bahri, Kamis (2/6/2022).
Chalikul mengatakan, sudah lebih dari 1.100 ternak sapi terinfeksi PMK di Langkat. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Aceh Tamiang itu menjadi daerah dengan penularan PMK terbesar di Sumut.
Di daerah perbatasan, ternak dari Langkat dan Aceh Tamiang pun dilepas di hamparan padang penggembalaan yang sama. Aceh Tamiang sudah lebih dulu terpapar dan ditetapkan menjadi daerah wabah PMK oleh Kementerian Pertanian.
Sejauh ini, Aceh Tamiang menjadi daerah dengan penularan PMK terbesar di Aceh hingga 7.000 kasus. Sebanyak 41 ekor mati dan 2.135 ekor sembuh.
Chalikul mengatakan, salah satu kendala pengobatan PMK adalah obat-obatan yang terbatas, sementara infeksi terus meluas. Pengadaan obat dalam jumlah terbatas pun kini dilakukan Pemkab Langkat karena bantuan obat dari Pemerintah Provinsi Sumut dan Kementerian Pertanian belum masuk.
”Pengobatan itu sangat penting untuk mengatasi infeksi sekunder yang diakibatkan PMK. Obat-obatan yang paling dibutuhkan adalah antibiotik, penurun panas tubuh, dan vitamin,” kata Chalikul.
Chalikul mengatakan, saat ini pengadaan obat diutamakan swadaya dari peternak yang memerlukan sekitar Rp 50.000 per ekor untuk sekali pengobatan. Pengobatan pun langsung dilakukan tenaga kesehatan hewan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Langkat.
Jual-beli ternak
Hal serupa terjadi di Deli Serdang yang menjadi daerah terbesar kedua yang terpapar PMK di Sumut dengan lebih dari 430 ternak terinfeksi. Dinas Pertanian Deli Serdang pun sudah kehabisan pasokan obat-obatan untuk penanganan PMK.
”Kami sudah mengajukan permohonan obat PMK ke Pemprov Sumut dan Kementerian Pertanian,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Rahman Saleh Dongaran.
Rahman mengatakan, ada dua ternak mati karena PMK yang dilaporkan peternak dari daerah Pondok Rowo, Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan. Sentra ternak di Sampali menjadi yang paling banyak terpapar PMK di Deli Serdang.
”Di Pondok Rowo itu tidak hanya peternak, tetapi banyak juga pedagang ternak. Mereka mendatangkan ternak dari Aceh Tamiang, padahal di sana sudah terjangkit PMK lebih dulu,” kata Rahman.
Rahman mengatakan juga meminta para peternak membeli obat-obatan secara swadaya karena pasokan mereka sudah habis. Menurut Rahman, obat-obatan di toko obat hewan masih mencukupi. Mereka pun membantu dengan menyediakan tenaga kesehatan hewan secara gratis.
Di Medan, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengklaim PMK di Sumut masih terkendali meski ditemukan 10 kematian. Menurut Edy, sudah 4.002 ternak yang terinfeksi PMK. Namun, 3.683 ekor di antaranya sudah sembuh.
”Artinya, tinggal 400 ekor yang belum sembuh dan saat ini masih dilakukan isolasi,” kata Edy.
Edy mengatakan, sebagian ternak yang mati merupakan pedet atau anakan sapi. Kematian pun didorong oleh kondisi kandang yang tidak memadai.
Meskipun infeksi meluas dan ditemukan kasus kematian, Edy menyatakan Sumut belum ditetapkan menjadi daerah wabah PMK oleh Kementerian Pertanian. ”Banyak yang mau ini dinyatakan wabah sehingga semua ditanggung pemerintah. Wabah itu kalau tidak ada obat, mati begitu banyak. Itulah wabah,” kata Edy.
Penularan PMK di Sumut meningkat pesat dalam tiga pekan terakhir. Pada 13 Mei, Edy menyebut ada 598 ternak tertular PMK di dua kabupaten di Sumut. Dua pekan berikutnya, sudah lebih dari 2.600 ternak yang disebut terpapar dan menyebar ke sembilan kabupaten/kota. Saat ini, sudah 4.002 ternak yang terjangkit PMK.
Maryoto (40), peternak sapi di Desa Sampali, mengatakan, sangat waswas karena PMK semakin meluas. Sebagian besar warga di desa itu menggantungkan hidup dari peternakan. Meskipun bisa sembuh, kata Maryoto, berat badan ternak merosot tajam sehingga peternak merugi.
Mereka juga harus mengeluarkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. ”Kami sangat berharap pemerintah membantu kami mengatasi wabah penyakit ini,” kata Maryoto.