Belajar Keberagaman dari Kehangatan Rahim Pancasila di Ende
Merayakan Hari Lahir Pancasila di Ende serasa membawa Pancasila kembali ke rahimnya.
Upacara Hari Lahir Pancasila tahun ini kembali digelar di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Peringatan hari lahir Pancasila di Ende sebelumnya pernah dilakukan pada 1 Juni 2013 oleh Wakil Presiden Boediono. Kemeriahan hari lahir Pancasila tahun ini terasa semakin bermakna ketika Presiden Joko Widodo mengunjungi beragam tempat yang menjadi bagian sejarah terkait lahirnya Pancasila di Ende, bumi lahirnya Pancasila.
Pagi-pagi sebelum memimpin Upacara Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila, Presiden Jokowi beserta Ibu Iriana Jokowi berkunjung ke Rumah Pengasingan Bung Karno di Kabupaten Ende, Rabu (1/6/2022). Jejak perjuangan Bung Karno masih terlukis jelas di rumah tersebut. Seolah ingin menghirup kembali nostalgia kehadiran Bung Karno, Presiden Jokowi lantas membasuh mukanya dengan air yang ditimba di sumur halaman belakang rumah.
Kesederhanaan Bung Karno di pengasingan kentara dari berbagai macam barang-barang peninggalan Bung Karno bersama keluarga. Presiden Jokowi menyaksikan lukisan tangan Bung Karno hingga naskah drama sandiwara. Presiden Jokowi pun tertegun melihat piring yang dulu digunakan Presiden Soekarno.
”Kayak dikrikitin (digigit) tikus,” ujar Presiden Jokowi yang, antara lain, didampingi Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Gubernur NTT Viktor Laiskodat.
Rumah tersebut menjadi bagian dari sejarah yang merekam aktivitas keseharian Bung Karno dalam menggali Pancasila dan menyebarkan nilai-nilai perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan.
”Saya rasa bangga, pada tahun 2022 hari ini, juga tepatnya 1 Juni lahirnya Pancasila, Bapak Presiden Joko Widodo sudah berkenan hadir di acara lahirnya Pancasila, di bumi lahirnya Pancasila, dan sempat berkunjung ke rumah Presiden pertama kita, yaitu Ir Soekarno,” ucap juru pelihara tempat bersejarah tersebut, Syarifudin.
Hari ini 1 Juni 2022, kita memperingati hari lahir Pancasila di Kota Ende, Nusa Tenggara Timur. Di kota yang sangat bersejarah ini, Bung Karno, proklamator kemerdekaan, Bapak Pendiri Bangsa, merenungkan dan merumuskan Pancasila.
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menjelaskan bahwa saat diasingkan, Bung Karno pernah menyebut tempat ini sebagai ”ujung dunia”. Pada waktu itu tidak pernah terbayangkan bangsa Indonesia dapat merdeka. Namun, dengan jiwa cinta Tanah Air yang sangat besar, Bung Karno mampu mengubah situasi tersebut menjadi semangat dalam memerdekakan Tanah Air.
Di rumah sederhana itu, pemerintah kolonial Belanda mengucilkan kehidupan Bung Karno dan keluarga dari keramaian.
”Di situlah beliau (Bung Karno) bisa memanfaatkan dari situasi yang sangat menekan itu menjadi semangat pembebas lebih lanjut. Oleh karena itu, Ende ini menjadi salah satu titik utama dalam perjalanan Bung Karno, Pancasila, dan akhirnya kemerdekaan,” ucap Yudian.
Selepas memimpin upacara, Presiden Jokowi juga mengunjungi Taman Renungan Bung Karno. Selama menjalani masa pengasingan di Ende dari 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938, Bung Karno banyak merenung di bawah pohon sukun di taman tersebut. Menurut pengakuan Bung Karno dalam otobiografinya, Taman Renungan Bung Karno adalah tempat di mana Bung Karno mendapatkan inspirasi tentang Pancasila.
Kehangatan rumah
”Sebagai seorang Presiden Republik Indonesia dan di hadapan ribuan penduduk Ende, ketika itu beliau mengungkapkan bahwa ’Di kota ini aku temukan lima butir mutiara dan di bawah pohon sukun ini kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila’,” ujar Noncent W Noi ketika memberikan penjelasan kepada Presiden Jokowi di bawah pohon sukun.
Bung Karno saat itu juga berpesan bahwa apabila di suatu masa pohon sukun tersebut mati, hendaklah ditanam kembali dengan pohon sukun yang baru. Dalam sejarahnya, pohon sukun yang pertama itu mati pada 1972. Pemerintah ketika itu sudah mencoba untuk menanam, tetapi tidak tumbuh.
Selanjutnya, pada masa kepemimpinan Bupati Ende periode 1973-1983, Herman Joseph Gadi Djou, ia meminta kepada sahabat-sahabat Bung Karno yang masih hidup ketika itu untuk menanam kembali pohon sukun tersebut. Peristiwa penanaman kembali itu terjadi pada 17 Agustus 1980 dan pohon sukun itu pun tumbuh hingga saat ini.
”Uniknya, Bapak Presiden, pohon sukun ini tumbuh dengan lima cabang. Bagi orang Ende, Bapak Presiden, ini membuktikan bahwa Ende memang benar-benar rahimnya Pancasila,” ucapnya.
Selama di Ende pula, Bung Karno banyak belajar tentang pluralisme dan bertransformasi dari seorang individu menjadi seorang tokoh bangsa. Keberagaman itu pula yang disuguhkan ketika Presiden Jokowi menerima penganugerahan gelar tua adat Ende disaksikan oleh para pemuka agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Buddha di Rumah Tenun Ende. Presiden juga diagendakan mengunjungi Serambi Bung Karno di Gereja Katedral Kristus Raja.
”Pertama-tama saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada masyarakat NTT, khususnya masyarakat Ende yang telah menerima saya, Ibu Iriana dan semua rombongan sejak awal datang sampai sekarang diterima dengan penuh kehangatan,” ujar Presiden Jokowi seusai menerima gelar tua adat Ende.
Menurut Presiden Jokowi, kehangatan masyarakat Ende ini pula yang menginspirasi Bung Karno.
”Inilah yang, menurut saya, kenapa Bung Karno memiliki pemikiran dan renungan-renungan mengenai pancasila yang dimulai dari Ende. Karena, saya merasa beliau berada dalam sebuah kehangatan masyarakat yang selalu dekat dengan pemimpinnya. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada masyarakat NTT,” kata Presiden.
Baca juga: Dari Ende, Presiden Ajak Semua Anak Bangsa Membumikan Pancasila
Ketika bertindak sebagai inspektur Upacara Peringatan Hari Kelahiran Pancasila Tahun 2022 di Lapangan Pancasila, Presiden Jokowi tampak mengenakan pakaian adat Ende bernama Ragi Lambu Luka Lesu, dengan kain motif perpaduan warna merah dan hitam. Ibu Iriana mengenakan perpaduan kain motif berwarna coklat dan ungu tua.
Dalam amanatnya, Presiden Jokowi mengajak semua komponen bangsa untuk membumikan Pancasila.
”Hari ini, 1 Juni 2022, kita memperingati hari lahir Pancasila di Kota Ende, Nusa Tenggara Timur. Di kota yang sangat bersejarah ini, Bung Karno, proklamator kemerdekaan, Bapak Pendiri Bangsa, merenungkan dan merumuskan Pancasila,” kata Presiden Jokowi.
Titik pemersatu
Kepala Negara menjelaskan bahwa selain sebagai pemersatu, Pancasila juga telah menjadi bintang penuntun ketika bangsa Indonesia menghadapi tantangan dan ujian. ”Dari kota Ende, saya mengajak seluruh anak-anak bangsa di mana pun berada untuk bersama-sama membumikan Pancasila, mengaktualisasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Presiden.
Dalam sambutan secara daring tentang hari lahir Pancasila, Presiden kelima sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menegaskan bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, sebagai titik kesepakatan para pendiri bangsa. Pancasila harus menjadi roh pada setiap sendi kehidupan anak bangsa.
Nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila berasal dari nilai luhur nenek moyang sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. ”Perjalanan kelahiran Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak lepas dari dialog di antara para pendiri bangsa dari berbagai macam latar belakang golongan, agama, suku, dan budaya,” ujar Megawati.
Meskipun berbeda-beda, dengan kebesaran hati dan didasari semangat kebangsaan untuk menuju Indonesia merdeka, berdaulat, adil dan makmur, para pendiri bangsa bisa duduk bersama dan mendiskusikan dasar negara.
”Semangat pendiri bangsa ini harus tetap kita tanamkan sampai kapan pun dengan semangat gotong royong dijiwai semangat persatuan demi bangsa dan negara,” ujar Megawati.
Kembali ke rumah
Masyarakat Ende dan NTT pada umumnya mengapresiasi keputusan Presiden yang menggelar perayaan hari lahir Pancasila di Ende. Dalam catatan sejarah, gagasan dasar negara Pancasila muncul dalam benak Soekarno saat dirinya diasingkan Belanda ke Ende antara tahun 1934 dan 1938. Soekarno kemudian menjadi salah satu proklamator kemerdekaan hingga dipilih menjadi presiden pertama Indonesia.
”Kami merasa Pancasila kembali rumahnya, ke rumah di mana Soekarno menemukan ide itu. Pancasila kembali ke tanah tempat dilahirkan gagasan ini. Perayaan ini sekaligus sebagai bentuk pengakuan negara bahwa Pancasila lahir dari permenungan Soekarno di Ende,” kata Agus Hermanus Riwu (33), toko muda asal Ende.
Ia berharap agar perayaan kali ini menjadi momentum untuk semakin membumikan nilai Pancasila, terutama mengenai kemajemukan bangsa yang akhir-akhir ini sering diuji. Munculnya kelompok radikal yang ingin menyingkirkan kelompok yang berbeda aliran hingga politisasi agama dalam kontestasi politik.
Ia mencontohkan, Ende yang merupakan daerah mayoritas pemeluk Katolik kini dipimpin oleh Djafar Achmad, seorang Muslim.
”Apakah orang Ende menolak Djafar karena dia bukan Katolik? Tidak. Ini yang perlu semua orang di Indonesia tahu bahwa orang Ende tidak hanya hafal sila-sila Pancasila, tapi mengamalkannya,” kata Agung.
Sementara itu, antropolog dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Pater Gregor Noenbasu SVD, berpandangan, pemilihan Ende sebagai tempat perayaan itu menunjukkan Presiden Jokowi adalah seorng pemimpin yang menghargai sejarah. Hakikat sejarah adalah inti martabat manusia. Karena itu, kunjungan ini adalah kunjungan sangat bermartabat, di mana sebuah perjumpaan historis yang mengalir dari kedalaman refleksi yang sangat cerdas.
”Apalagi kunjungan Presiden kali ini masuk Biara Santo Yosef Ende, tempat Soekarno bertukar pendapat dengan imam-imam SVD, khususnya Pater Huijtink SVD. Kunjungan Presiden ke Kota Pancasila ini menjadi sebuah kontemplasi mengenai Pancasila sebagai elan vital bangsa Indonesia,” ucapnya.
Menurut Gregor, masyarakat Ende selalu melihat Pancasila sebagai harta karun bangsa Indonesia yang ditemukan Soekarno di Ende. Warga Ende hingga hari ini selalu mengaplikasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan mereka setiap hari, seperti mendukung pemimpin dari kelompok minoritas di daerah itu.
”Ende kini jadi contoh. Bangsa dan negara hendaknya berbesar hati dan selalu mencari ruang belajar untuk mengkaji dan terus merenungkan berbagai peristiwa setiap hari, termasuk partai politik untuk selalu concerned terhadap nilai-nilai Pancasila. Pada perspektif antropologi, Pancasila adalah the flow of life yang senantiasa memberi air segar bagi bangsa Indonesia tercinta,” ujarnya.
Menurut dia, Indonesia akan tetap jaya dengan dasar pijak yang kuat, yakni Pancasila. Indonesia tak mudah diprovokasi dengan ajaran-ajaran sesat sebab Pancasila tetap kokoh. Indonesia sulit digoyang berbagai gerakan terorisme dan aneka radikalisme sebab Pancasila telah lama hidup dalam benak masyarakat.
Apakah orang Ende menolak Djafar karena dia bukan Katolik? Tidak. Ini yang perlu semua orang di Indonesia tahu bahwa orang Ende tidak hanya hafal sila-sila Pancasila, tetapi mengamalkannya.
Presiden Jokowi dan Ibu Iriana datang ke biara itu untuk meninjau Serambi Soekarno. Sebagaimana tertulis dalam prasasti di rumah biara tersebut, Bung Karno, selama masa pembuangannya di Ende, mengisi waktu untuk membaca berbagai buku dan majalah. Bung Karno juga berkonsultasi tentang rencana dan jadwal pementasan tonil hasil karyanya.
Bung Karno kerap bertukar pikiran dengan para biarawan, khususnya dua misionaris asal Belanda, Pater Geradus Huijtink dan Pater Joannes Bouma. ”Sebagai teman diskusi, lalu meminjam buku kepada pastor. Sampai-sampai kalau pastor berhalangan, kunci kamarnya diserahkan kepada Soekarno,” ujar Uskup Agung Keuskupan Agung Ende, Mgr Vincentius Sensi Potokota, ketika memberikan penjelasan kepada Presiden Jokowi.
Keakraban dan persahabatan Bung Karno dengan kedua biarawan tersebut juga tampak pada sebuah lukisan tempat ketiganya digambarkan sedang berbincang sambil berjalan. Menurut Vincentius, kedua biarawan tersebut sangat menghormati Bung Karno dan memanggilnya dengan sapaan ”Tuan Presiden”, bahkan sebelum Bung Karno menjadi Presiden Republik Indonesia.
”Keduanya kalau jalan dengan Soekarno, tahun 1930-an, itu selalu menyapa Soekarno dengan ’Tuan Presiden’, ’Bapak jalan sebelah kanan karena Bapak Tuan Presiden’,” ucapnya menirukan dialog para biarawan dengan Bung Karno.
Merayakan Hari Lahir Pancasila di Ende serasa membawa Pancasila kembali ke rahimnya. Rahim lahirnya gagasan itu. Semoga momentum ini semakin meneguhkan semangat anak bangsa untuk terus membumikan Pancasila.
Baca juga: Presiden Jokowi Disambut Hangat Warga ”Kota Pancasila”