Tenggelamnya KM Ladang Pertiwi Terkait Kelalaian, Polisi Periksa 11 Orang
Selain kru dan nakhoda KM Ladang Pertiwi, warga dan penumpang juga dimintai keterangan. Selanjutnya, pemeriksaan juga akan dilakukan pada syahbandar.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Direktorat Kriminal Khusus Polda Sulawesi Sekatan memeriksa 11 orang terkait insiden tenggelamnya KM Ladang Pertiwi di Selat Makassar, Kamis (26/5/2022). Polisi menyebut terjadi kelalaian yang menyebabkan insiden ini.
Hal ini dikatakan Direktur Krimsus Polda Sulsel Kombes Widony Fedri saat jumpa pers di KN Kamajaya, Selasa (31/5/2022). Ke-11 orang yang diperiksa, di antaranya, nakhoda dan pemilik kapal serta penumpang dan warga Pulau Pammantauan.
”Sejauh ini sudah 11 orang yang kami periksa atau kami mintai keterangan. Baru pemilik dan nakhoda serta penumpang. Warga dan kepala desa juga kami mintai keterangan. Setelah ini baru ke pihak syahbandar,” katanya.
Widony mengatakan, sejauh ini polisi melihat ada unsur kelalaian dalam insiden kapal tenggelam ini. Dugaan kelalaian ini terkait Undang-Undang tentang Pelayaran Nomor 17 Tahun 2007 Pasal 324 dan 302. ”Pasal 324 menyebut pelayaran harus seizin syahbandar. Adapun pasal 302 terkait kelaikan kapal untuk jalan. Soal pengawasan di pelabuhan juga menjadi perhatian kami. Pemeriksaan ini kami tuntaskan dulu baru ke syahbandar,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama Makassar Brigjen (Pol) Capt Hermanta mengatakan, KM Ladang Petiwi adalah kapal ikan, bukan kapal barang, apalagi kapal penumpang. Ditanya soal pengawasan, ia mengatakan bahwa hal tersebut menjadi tanggung jawab syahbandar perikanan.
”Itu adalah kapal ikan dan yang tanggung jawab di syahbandar perikanan. Kami juga mengimbau maayarakat menggunakan kapal penumpang, seperti KM Sabuk Nusantara, dan tidak menggunakan kapal ikan,” katanya.
Meskipun disebut kapal perikanan, kapal tersebut sandar dan berangkat dari Pelabuhan Paotere, salah satu pelabuhan rakyat di Makassar. Pelabuhan ini menjadi tempat berlabuh dan berangkat kapal-kapal pengangkut penumpang dan barang yang melayani warga pulau di Selat Makassar.
Supriadi (40), nakhoda kapal, mengakui berangkat dari Pelabuhan Paotere pada Rabu (25/5/2022) sore. Dia mengatakan, awalnya cuaca tak terlalu buruk. Namun, sekitar 8 mil laut dari Pulau Pammatauan, cuaca berubah buruk. ”Saat mesin kapal tidak bisa diperbaiki dan cuaca semakin buruk, saya sudah meminta penumpang mengambil pelampung atau apa saja yang bisa dipakai untuk melompat. Soal jumlah penumpang ini awalnya hanya 30-an, tetapi biasanya mereka bilang satu, tapi ada empat yang ikut di belakang,” katanya.
Penumpang lain yang selamat, Aco Marendeng, mengatakan, kapal ini sudah lama berlayar dengan rute Paotere dan Liukang Kalmas. ”Yang saya tahu bukan kapal ikan karena kapal ini rutin membawa barang campuran dan penumpang. Kami selalu naik dan turun di Pelabuhan Paotere,” katanya.