Sulut Bangun Pusat Kesehatan Ibu dan Anak demi Atasi Tengkes dan Kematian Bayi
Pemprov Sulut memulai pembangunan pusat kesehatan ibu dan anak untuk mengatasi berbagai masalah, seperti tengkes serta kematian neonatal. Fasilitas kesehatan itu juga diharapkan menjadi sumber pendapatan bagi daerah.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara memulai pembangunan pusat kesehatan ibu dan anak untuk mengatasi berbagai masalah, seperti tengkes serta kematian neonatal. Fasilitas kesehatan itu juga diharapkan menjadi sumber pendapatan bagi daerah.
Pembangunan pusat kesehatan ibu dan anak itu dimulai dengan seremoni peletakan batu pertama oleh Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw, Jumat (27/5/2022). Gedung akan dibangun di kompleks Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sulut di Kecamatan Sario, Manado.
Kepala Dinas Kesehatan Sulut Debie Kalalo mengatakan, pusat kesehatan ibu dan anak itu akan dilengkapi ruang rawat serta unit kajian dan pengembangan kesehatan anak dan ibu serta klinik dan laboratorium in vitro untuk bayi tabung. Di samping itu, disediakan pula ruang rawat intensif untuk bayi baru lahir (NICU) dan untuk anak (PICU).
”Kami menyediakan layanan yang terintegrasi dengan RSUD Provinsi Sulut, seperti kedaruratan ibu hamil, poliklinik, dan ruang bersalin. Ada juga ruang tumbuh kembang anak,” ujar Debie.
Fasilitas kesehatan lima lantai itu akan dibangun dalama waktu 245 hari, yaitu sejak 27 April hingga 27 Desember 2022. Debie tidak menyebut besaran dana yang digunakan, tetapi sumbernya adalah pinjaman dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Menurut Debie, pusat kesehatan ini dibangun dengan tujuan utama melengkapi fasilitas kesehatan yang sudah ada di Sulut, bukan semata-mata untuk mengatasi satu permasalahan kesehatan ibu dan anak. ”Kematian ibu dan anak di Sulut, misalnya, masih berada di posisi yang rendah. Kami akan upayakan tetap rendah dengan dukungan fasilitas ini,” katanya.
Menurut data Dana Internasional Kedaruratan Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unicef) pada 2015, angka kematian neonatal mencapai 23 per 1.000 kelahiran hidup, lebih tinggi daripada rerata nasional, yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun angka kematian anak balita mencapai 37 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini diperburuk oleh tingginya angka kelahiran dari remaja, yaitu 68 per 1.000 perempuan, jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata nasional yang di bawah 50 per 1.000 perempuan. Sekitar 26 persen persalinan di Sulut terjadi di luar fasilitas kesehatan.
Sementara itu, Wagub Sulut Steven Kandouw mengatakan, pembangunan pusat kesehatan ini akan memperkuat jaringan sistem kesehatan yang sudah ada. Ia bahkan optimistis Sulut akan menjadi destinasi wisata kesehatan untuk daerah timur Indonesia.
Ia pun berharap nantinya masalah seperti tengkes (stunting) bisa teratasi berkat pusat kesehatan ibu dan anak ini. ”Pencegahan dini sangat diperlukan, apalagi ini proyek nasional yang digagas Presiden (Joko Widodo). Ini wujud upaya kita untuk mengurangi stunting,” ujarnya.
Menurut data Unicef, angka malanutrisi anak di Sulut tergolong tinggi sekalipun masih di bawah rerata nasional. Stunting, misalnya, pada 2013 berada di angka 35 persen. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah juga menyentuh 14 persen.
Di Manado saja saat ini terdapat 146 kasus stunting. Kepala Dinkes Manado Steaven Daandel mengatakan mencoba mengatasi masalah ini dengan menyosialisasikan kesiapan menikah pada remaja di tingkat kelurahan demi mencegah munculnya anak-anak dengan gizi buruk.
”Ini menjadi pekerjaan rumah kami agar ke depan masalah ini tidak menjadi beban pemerintah di masa yang akan datang,” kata Steaven.
Di luar permasalahan itu, Wagub Steven meminta pengelola RSUD Sulut untuk bisa mencetak pendapatan bagi daerah melalui fasilitas yang telah dibangun. Apalagi, dana pinjaman PEN harus segera dikembalikan. Karena itu, manajemen rumah sakit juga harus memikirkan profit.
”Target APBD kami (dari RSUD Sulut) Rp 250 miliar. Untuk awalan, pendapatan kira-kira Rp 100 miliar. Tidak apa-apa, tetapi pelan-pelan perlu ditingkatkan. Jangan seperti yang lalu-lalu, malah minus. Alasannya jasa medik,” kata Steven.