Peternak di Sumut Keluhkan Minimnya Sosialisasi Penyakit Mulut dan Kuku
Penyakit mulut dan kuku meluas ke sembilan kabupaten/kota di Sumut dengan 2.600 ternak terjangkit, tetapi belum ditemukan kasus kematian. Peternak mengeluhkan sosialisasi pencegahan dan penanganan yang minim.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Penyakit mulut dan kuku meluas ke sembilan kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sudah lebih dari 2.600 ternak terjangkit penyakit itu, tetapi belum ditemukan kasus kematian. Peternak mengeluhkan sosialisasi pencegahan dan penanganan PMK yang masih minim.
”Kami menonton di televisi penyakit mulut dan kuku sudah meluas ke daerah kami di Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang. Kami belum tahu bagaimana melihat gejala dan mencegah penularannya,” kata Maryoto (40), peternak sapi di Desa Sampali, Kamis (26/5/2022).
Pantauan Kompas, ternak-ternak di Desa Sampali masih digembalakan. Padahal, salah satu media penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang paling masif adalah kontak antarternak sewaktu digembalakan. Mereka pun berhenti memberikan konsentrat pakan karena menganggap penularan PMK melalui pakan pabrik.
”Kami hanya memberikan rumput karena takut nanti ada penularan dari pakan. Kami tidak tahu kalau penularannya bisa dari ternak yang digembalakan,” kata Maryoto.
Maryoto menyebut, hingga saat ini belum ada petugas dari pemerintahan yang datang ke daerah sentra ternak sapi itu. Namun, isu PMK menjadi pembicaraan hangat di kalangan peternak karena mendengar penyakit sudah masuk ke Percut Sei Tuan.
Buang (50), peternak di Desa Sampali, mengatakan, harga ternak sapi menjelang Idul Adha sudah mulai naik. Meskipun ada isu PMK, sudah banyak tauke yang masuk ke desa mereka untuk mencari ternak. “Kami berharap PMK tidak membuat harga ternak anjlok. Peternak di daerah kami ini hanya menjual ternak untuk Idul Adha. Hasilnya untuk kehidupan kami selama setahun,” kata Buang.
Hingga saat ini, kejadian PMK sudah ditemukan di sembilan kabupaten/kota di Sumut, yakni Deli Serdang, Langkat, Medan, Batubara, Asahan, Binjai, Serdang Bedagai, Simalungun, dan Labuhanbatu Selatan. Tiga kabupaten terakhir baru pekan ini terjangkit PMK. Namun, hingga kini Sumut belum ditetapkan menjadi daerah wabah PMK.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Azhar Harahap mengatakan, hanya 48 desa yang terjangkit PMK di sembilan kabupaten/kota itu. Penutupan lalu lintas ternak pun dilakukan di tingkat desa itu. Tidak boleh ada ternak yang masuk atau keluar dari desa-desa tersebut.
”Namun, hingga saat ini tidak ada ditemukan ternak yang mati karena PMK. Semua kasus PMK yang ditemukan ditangani dengan baik. Kami minta peternak jangan panik,” kata Azhar.
Azhar mengatakan, mereka juga sudah meminta pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan sosialisasi kepada para peternak. Namun, tidak semua peternak bisa dijangkau langsung. Mereka pun meminta agar peternak tidak menggembalakan ternak, tidak saling mengunjungi kandang, dan melaporkan serta mengobati ternak yang mengalami gejala PMK.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sumut Komisaris Besar Hadi Wahyudi mengatakan, mereka berfokus untuk menutup lalu lintas ternak antarprovinsi. Selain itu, ternak dari desa-desa yang sudah ditemukan kejadian PMK juga dilarang untuk menjual ternak.
Kendaraan-kendaraan yang membawa ternak dari Aceh ke Sumut diminta untuk kembali ke daerah asal. Aceh Tamiang pun sudah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian sebagai daerah wabah PMK. Kabupaten itu berbatasan langsung dengan Langkat, Sumut.