Penurunan Muka Tanah Perparah Banjir Rob di Pantura Jateng
Hingga Rabu (25/5/2022), banjir rob yang melanda pantura Jateng sejak Senin lalu masih merendam permukiman dan kawasan pelabuhan. Solusi jangka panjang diperlukan agar peristiwa serupa tak terulang.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Selain jebolnya tanggul, penurunan muka tanah membuat banjir rob di wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah semakin parah. Solusi jangka panjang diperlukan agar persoalan menahun itu teratasi. Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jateng merencanakan audit bangunan di wilayah pesisir.
Tiga hari terakhir, sejumlah wilayah di pesisir utara Jateng terendam banjir rob akibat pasang air laut. Di Kota Semarang dan Kota Pekalongan, banjir rob sulit dikendalikan lantaran adanya tanggul laut dan tanggul sungai yang jebol.
Di Kota Semarang, air dengan kedalaman lebih kurang 1 meter masih merendam kawasan Pelabuhan Tanjung Emas pada Rabu (25/5/2022). Banjir rob di kawasan itu terjadi sejak Senin (23/5/2022).
Masih tingginya air di kawasan pelabuhan membuat aktivitas bongkar muat dan naik turun penumpang terganggu. Sedikitnya 12 perusahaan di kawasan itu harus berhenti beroperasi. Ribuan kendaraan milik pekerja yang tak sempat diselamatkan saat banjir rob datang juga masih berada di kawasan tersebut.
Sementara itu, di Kota Pekalongan, permukiman warga di Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat terendam banjir dengan ketinggian hingga 60 sentimeter. Dalam bencana itu, 19.000 orang terdampak. Hingga Rabu malam, sedikitnya 364 orang terdampak banjir rob masih mengungsi di sejumlah titik.
Pakar hidrologi Universitas Diponegoro, Suripin, memaparkan, banjir rob yang melanda pesisir utara Jateng belakangan ini menjadi kian parah karena sebagian wilayah daratan berada di bawah permukaan laut. Hal itu lantaran penurunan muka tanah terus terjadi. Berdasarkan kajian yang dilakukan Suripin dan timnya pada 2012, penurunan muka tanah di Kota Semarang mencapai 10-13 sentimeter setiap tahun.
”Ini terjadi karena tanah yang airnya terus diambil berusaha memadatkan diri, jadi kondisinya terus menurun. Solusi menekan laju penurunan tanah bisa dilakukan dengan menghentikan pengambilan air tanah. Tetapi, hal itu juga tidak bisa serta-merta dilakukan karena kebutuhan air masyarakat belum bisa dicukupi sepenuhnya oleh perusahaan air minum daerah tanpa adanya pengambilan air tanah,” kata Suripin, Rabu.
Oleh karena melarang pengambilan air tanah tidak bisa dilakukan, menurut Suripin, ada dua alternatif solusi mengatasi banjir rob. Pertama, peninggian tanggul secara rutin, disesuaikan dengan kondisi penurunan tanah yang terjadi setiap tahun.
”Pilihan kedua adalah meninggikan daratannya. Cara ini sudah banyak dilakukan warga pesisir. Agar air tidak masuk ke dalam rumah, biasanya mereka rutin meninggikan rumah atau bangunan yang dikelolanya,” ujarnya.
Pemerintah terus berupaya mengendalikan air laut dengan cara menambal tanggul-tanggul laut dan tanggul sungai yang jebol. Di Kota Semarang, ada dua titik tanggul laut yang jebol, yakni di sekitar kawasan PT Lamicitra dan PT Fuji. Panjang tanggul yang jebol 20 meter dan 7 meter.
Tanggul yang jebol sepanjang 20 meter ditambal menggunakan 3.500 karung berisi pasir. Sementara itu, karung pasir sebanyak 1.500 unit digunakan untuk menambal tanggul yang jebol sepanjang 7 meter.
”Teknis pengerjaannya ada yang lewat jalur laut dan ada yang lewat jalur dalam atau pintu kawasan Pelabuhan Tanjung Emas. Selama masih bisa diangkut dengan truk, kita angkut karung pasirnya dengan truk. Kalau airnya semakin tinggi, kita langsir dengan perahu karet. Sampai di lokasi, baru disusun dengan tenaga manusia karena alat berat belum bisa masuk,” ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jateng Bergas C Penanggungan.
Sementara itu, di Kota Pekalongan, tanggul-tanggul Sungai Meduri yang jebol di gang 12 dan 16, Kelurahan Tirto, juga ditambal menggunakan karung berisi pasir. Di gang 16, tanggul yang jebol ditutup sementara menggunakan 300 karung pasir. Sementara di gang 12, sebanyak 1.200 karung berisi pasir digunakan menambal tanggul.
Selain menambal tanggul sebagai upaya jangka pendek, Pemerintah Provinsi Jateng juga berencana mengaudit bangunan di wilayah pesisir. Hasil audit itu akan menentukan langkah pemerintah selanjutnya.
”Ada ide dari Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana untuk mengaudit bangunan di sekitar sini. Kalau auditnya bagus, kami lanjut, tetapi kalau tidak, segera kami perbaiki,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat meninjau kondisi banjir rob di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Rabu.