Di tengah upaya Pemerintah Kota Makassar memulihkan ekonomi dan kian bergeliatnya aktivitas warga, kejahatan begal malah marak. Warga kini diliputi keresahan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Aksi pembegalan oleh geng motor dan penyerangan menggunakan anak panah marak selama lebih dua bulan terakhir di Kota Makassar dan sekitarnya. Situasi tersebut meresahkan warga. Serangan yang dilakukan secara acak itu sudah menimbulkan sejumlah korban luka hingga meninggal.
Gangguan keamanan ini terjadi di tengah upaya pemulihan ekonomi yang gencar dilakukan Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Penyerangan tak hanya dilakukan di tempat sepi dan malam hari, tetapi juga pada siang hari.
”Kalau begini terus, saya jadi khawatir pulang malam. Padahal, kadang aktivitas membuat saya harus pulang malam. Tempat kerja saya dan tempat tinggal cukup jauh dan melewati beberapa titik rawan,” kata M Rifai (47), warga Makassar, Jumat (13/5/2032). Dia bekerja di bilangan utara kota dan tinggal di Jalan Malengkeri, di sisi selatan kota.
Hal sama dikatakan Syamsuriah (42) yang bekerja di bilangan Jalan Ratulangi di tengah kota dan tinggal di perbatasan Makassar-Gowa. Walau jam kerjanya hanya sampai pukul 17.00 Wita, dia kerap lembur sehingga harus pulang di atas pukul 20.00 Wita. ”Saya pakai kendaraan roda dua untuk transportasi rumah ke kantor. Sekarang pulang malam seperti jadi horor. Kadang saya harus memutar jauh sekadar cari jalan yang lebih ramai,” katanya.
Kasus pembegalan yang dilakukan geng motor setidaknya mulai terjadi Maret lalu. Saat itu penyerangan terhadap rumah warga atau pada orang terjadi di Kabupaten Takalar. Lalu, penyerangan kemudian mulai marak di Kabupaten Gowa dan sejak April lalu terjadi di Makassar. Takalar dan Gowa merupakan wilayah aglomerasi Makassar.
Kasus penyerangan disertai pembusuran di Makassar dalam beberapa pekan terakhir di antaranya terjadi di Jalan Ahmad Yani, Jembatan Barombong, Pampang, Sudiang, dan Daeng Tata. Korban umumnya adalah orang yang tidak terlibat masalah. Ada yang kena panah, ditebas parang, dan sebagian barangnya dirampas.
Pelaku biasanya berombongan dan menyerang siapa saja. Sejumlah penyerangan juga dilakukan dengan melempari rumah warga. Sebenarnya aparat kepolisian berupaya mengatasi masalah ini dengan memburu pelaku begal. Beberapa geng motor di Gowa dan Makassar sudah ditangkap. Namun, hingga kini kejahatan itu belum juga reda.
Wali Kota Makassar M Ramdhan Pomanto mengakui persoalan ini jadi rumit karena penyerang sebagian besar datang dari luar Makassar. Saat ini pemkot dan kepolisian bekerja sama untuk mencegah hal ini meluas dengan ikut melibatkan warga menjaga lingkungan masing-masing.
”Ini seperti orang iseng yang main busur, tapi sangat membahayakan jiwa orang lain. Tidak ada persoalan mendasar di Makassar yang menjadi alasan hal-hal seperti ini harus terjadi. Kita sedang fokus pemulihan ekonomi. Makanya kami terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian,” kata Ramdhan.
Saat ini, katanya, ada banyak mantan begal yang dihimpun dalam kelompok yang dilibatkan untuk menjaga lingkungan. Setidaknya mantan begal ini bisa ikut mencegah atau mendeteksi penyerang. Pimpinan di tingkat kecamatan, kelurahan hingga RW dan RT juga sudah diminta mengaktifkan penjagaan keamanan lingkungan. ”Saya bahkan meminta penambahan kamera pengawas (CCTV) di berbagai lokasi, terutama titik rawan, untuk mempersempit ruang gerak mereka,” kata Ramdhan.
Sementara itu, kriminolog Universitas Negeri Makassar, Heri Tahir, mengatakan, dalam kondisi seperti saat ini, selain pelibatan masyarakat, patroli oleh aparat keamanan juga harus lebih rutin dilakukan. ”Petugas pasti sudah memetakan wilayah mana atau titik-titik yang rawan penyerangan,” ujarnya.
Menurut dia, sebaiknya patroli lebih diintensifkan di lokasi seperti ini. Tetapi, hal itu harus terukur, jangan sampai membuat warga merasa lebih khawatir. ”Artinya, patroli harus memberi rasa aman dan nyaman di satu sisi, tapi mempersempit ruang gerak pelaku di sisi lain,” kata Heri.