Waspadai Penyakit Mulut dan Kuku, Pemeriksaan Hewan Digencarkan di Purbalingga
Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, menurunkan tim pemeriksaan ternak untuk mencegah penyakit mulut dan kuku.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Menjelang Hari Raya Idul Adha, pemberian obat cacing serta pemeriksaan hewan, terutama sapi dan kambing, digencarkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga untuk mencegah merebaknya wabah penyakit mulut dan kuku. Pada Rabu (12/5/2022), dua tim diturunkan untuk memeriksa hewan di pasar hewan serta di kandang-kandang sapi Desa Mipiran, Kecamatan Padamara, Purbalingga.
”Sebagai persiapan menjelang Idul Adha, kami memberikan obat cacing hati, pemberian vitamin, dan sekaligus memonitor kesehatan sapi,” kata dokter hewan Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga Rikza Abdur Razak, di Purbalingga, Rabu.
Di Desa Mipiran, terdapat sekitar 300 sapi dan 100 kambing. Di kawasan RT 002 RW 001, tim menyuntikkan obat cacing hati dan vitamin, serta memantau kondisi sapi dengan melihat rongga mulut sapi. Secara umum, menurut Rikza, sapi di desa itu dalam kondisi baik dan sehat.
Kami masih menunggu konfirmasi dari laboratorium di Yogyakarta, ada beberapa sampel (dugaan indikasi PMK) yang sudah dikirimkan. (Rikza Abdur Razak)
”Kalau ada sapi yang terkena PMK, gejalanya sapi terlihat lesu, demam sampai 40 derajat celsius, ada hipersalifasi atau keluarnya ludah banyak hingga menetes, lalu di mulutnya dilihat apakah ada lepuh-lepuh atau sariawan atau tidak,” papar Rikza.
Selain kunjungan pemeriksaan hewan di lapangan, dinas juga mengeluarkan surat edaran terkait kewaspadaan terhadap penyakit yang sudah mewabah di Jawa Timur ini. Dalam surat edaran itu pedagang ternak dan pelaku pemotongan ternak dilarang memasukkan/memperdagangkan/memperjualbelikan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba), dan babi dari wilayah yang sedang ada kasus atau dugaan PMK.
Dalam surat itu juga disebutkan bahwa para peternak diimbau melakukan dekontaminasi atau desinfeksi rutin terhadap kandang dan lingkungan sebagai langkah pencegahan masuknya penyakit. Ternak pun hendaknya dimasukkan dalam kandang atau jangan dilepaskan supaya tidak terjadi penyebaran, serta peternak diimbau mengisolasi ternaknya jika ada yang sakit.
”Kami masih menunggu konfirmasi dari laboratorium di Yogyakarta, ada beberapa sampel (dugaan indikasi PMK) yang sudah dikirimkan,” tutur Rikza.
Di Purbalingga tercatat ada 12.431 sapi potong dan 77 sapi perah. Selain di Desa Mipiran, peternak sapi juga ada di Desa Kutasari, Bojongsari, Karangreja, dan Kemangkon.
Khawatir
Sanwiarji (75), salah satu pemilik sapi di Desa Mipiran, mengatakan, dirinya memelihara sapi lima tahun terakhir. Dia memiliki tiga sapi yang terdiri dari 2 jantan dan 1 betina.
Sanwiarji berharap penyakit kuku dan mulut tidak masuk ke Purbalingga karena khawatir jika sapi-sapi ini tidak laku dijual saat Idul Adha nanti. ”Rencananya nanti Idul Adha sapi akan saya jual, usianya sekitar 2 tahunan, harganya bisa sekitar Rp 20 juta,” tuturnya.
Disebutkan, dirinya rutin setiap pagi membersihkan kandang sapinya. Pemberian vitamin pun dilakukan rutin sebulan sekali supaya sapinya tetap sehat. ”Untuk obat cacing saya berikan 2-3 bulan sekali,” ujarnya.