Pemprov NTT Siapkan Vitamin untuk Jaga Kekebalan Ternak Sapi
NTT kini siaga menghadapi kondisi terburuk jika wabah penyakit mulut dan kuku menyerang ternak sapi di daerah itu. Salah satunya adalah menyiapkan vitamin yang akan disuntikkan untuk menjaga kekebalan tubuh ternak.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur kini siaga menghadapi kondisi terburuk jika wabah penyakit mulut dan kuku atau PMK menyerang ternak sapi di daerah itu. Salah satunya adalah menyiapkan vitamin yang akan disuntikkan untuk menjaga kekebalan tubuh ternak. Di sisi lain, peternak gelisah lantaran trauma dengan kasus kematian ratusan ribu ternak tahun 2021.
”Vitamin sudah kami siapkan untuk menambah pasokan yang dikirim rutin tiap awal tahun ke setiap kabupaten dan kota. Bagi peternak yang membutuhkan, bisa menghubungi dinas peternakan di daerah masing-masing,” kata Melky Angsar, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan NTT, Kamis (12/5/2022).
Selain itu, pihaknya juga sudah menyampaikan permintaan kepada Kementerian Pertanian untuk pengadaan vaksin bagi ternak yang berpotensi terjangkit PMK. ”Untuk mencegah PMK lebih baik divaksinasi ternak. Sayangnya untuk vaksin itu harus diimpor dulu,” ujar Melky yang juga dokter hewan itu.
Di sisi lain, koordinasi untuk pengawasan terus ditingkatkan ke sejumlah pemangku kepentingan. Pada Kamis pagi, pihaknya menemui beberapa perwira menengah di Markas Polda NTT untuk meminta dukungan pengamanan. Pengamanan dimaksud demi mencegah masuknya ternak dari daerah yang terdampak PMK. Saat ini, belum ada laporan temuan kasus PMK di NTT.
Menurut informasi yang dihimpun Kompas, potensi pengiriman sapi dari luar daerah ke NTT masih tinggi. Pengiriman sapi ilegal biasa dilakukan dari negara Timor Leste melalui sejumlah jalur. Salah satunya dari wilayah Oecusse yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Timor Tengah Utara.
Menurut data Badan Pusat Statistik, populasi sapi di NTT pada tahun 2021 sebanyak 1.248.930 ekor yang tersebar di 22 kabupaten/kota. NTT merupakan daerah penghasil sapi terbanyak kelima secara nasional setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
Sementara itu, para peternak di sejumlah wilayah di NTT resah dengan wabah PMK. Mereka masih trauma dengan wabah demam babi Afrika yang terjadi tahun 2021. Wabah tersebut awalnya ditemukan di Timor Leste, kemudian merebak ke NTT. Kala itu, ratusan ribu babi di hampir seluruh wilayah NTT mati akibat wabah tersebut.
”Wabah mulut dan kuku ini membuat kami sangat gelisah. Kami takut apa yang terjadi tahun lalu terjadi tahun ini juga. Dulu lima babi saya mati. Satu ekor sekitar Rp 5 juta,” kata Mekos Fanggidae (45), peternak. Ia beternak babi dan sapi di Noelbaki, Kabupaten Kupang.
Edo Neno (33), peternak di Desa Neomuti, Kabupaten Timor Tengah Utara, berharap pemerintah serius melakukan pencegahan. Sejak menjadi peternak sekitar sepuluh tahun lalu, hingga kini ia belum menerima vitamin untuk ternak. Bantuan bagi peternak diduganya hanya untuk kelompok tertentu saja. Penyaluran bantuan juga, menurut dia, terkesan politis.
Ia menilai, pemerintah daerah minim perhatian kepada peternak. Selama wabah demam babi Afrika tahun 2021, tidak ada satu petugas pun yang turun memberi bantuan obat kepada peternak. Usai wabah itu, tidak ada pula bantuan kepada peternak yang menderita kerugian seperti pengadaan bibit gratis.
”Pejabat kita hanya bicara dengan seenaknya bahwa akan membantu peternak. Kenyataannya tidak. Padahal, banyak orang bergantung pada usaha ternak. Hasil penjualan digunakan untuk membiayai pengobatan dan pendidikan anak-anak mereka,” kata Edo.