Ribuan Orang Melintasi Perbatasan Indonesia-Timor Leste
Jumlah pelintas melampaui 2.000 orang dalam satu pekan terakhir, terbanyak selama era pandemi Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
ATAMBUA, KOMPAS — Selama lebih kurang satu pekan terakhir, sebanyak 2.379 orang masuk dan keluar perbatasan Indonesia-Timor Leste melalui pelintasan Motaain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Inilah jumlah pelintas terbanyak sejak pandemi Covid-19. Mobilitas yang kian meningkat ini diharapkan ikut menggerakkan kembali roda ekonomi setempat.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Pos Lintas Batas Negara Terpadu Motaain pada Selasa (10/5/2022), pelintas yang keluar dari Indonesia sebanyak 1.121 orang yang terdiri dari 876 warga negara Indonesia dan 245 warga negara asing. Sementara pelintas yang masuk ke Indonesia sebanyak 1.258 orang yang terdiri atas 918 warga negara Indonesia dan warga negara asing sebanyak 340 orang.
Administrator Pos Lintas Batas Negara Terpadu (PLBNT) Motaain Badan Nasional Pengelola Perbatasan Engelberthus Klau mengatakan, jumlah pelintas kali ini merupakan yang terbanyak selama pandemi Covid-19. ”Petugas kami sudah mengantisipasi hal ini. Tidak ada kendala yang berarti selama lonjakan di pos perbatasan,” ujarnya.
Lonjakan pelintas ini terjadi setelah Pemerintah Timor Leste menormalkan kembali jalur tersebut sejak bulan lalu. Pertimbangannya, penularan Covid-19 kini sudah reda seiring dengan meningkatnya capaian vaksinasi di kedua negara. Kini pelintasan dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00 waktu setempat.
Sebelumnya, kegiatan pelintasan itu hanya sekali dalam seminggu. Titik pelintasan yang diperbolehkan pun hanya satu, yakni PLBNT Motaain. Padahal, di NTT terdapat tiga PLBNT. Dua yang lain adalah PLBNT Motamasin di Kabupaten Malaka dan PLBNT Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara. Semua PLBNT kini beroperasi normal.
Pelayanan
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Atambua KA Halim mengatakan, untuk memperlancar pelayanan, petugas imigrasi di PLBNT Motaain ditambah menjadi 30 orang. ”Untuk Pos Motamasin dan Wini hanya 15 orang karena tidak banyak dilewati pelintas,” ujarnya. Pelintasan Motaain ramai lantaran jalur itu terhubung langsung ke Dili, ibu kota Timor Leste.
Dili dan Motaain terpaut jarak lebih kurang 113 kilometer yang dapat ditempuh dalam waktu dua sampai tiga jam perjalanan menggunakan mobil. Adapun jarak Motaain ke Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, sejauh 21 kilometer, sedangkan jarak Motaain ke Kota Kupang, ibu kota NTT, sejauh 295 kilometer. Waktu tempuh dari Kupang ke Dili sekitar 12 jam.
Ini secara otomatis hotel dan penginapan akan terisi lagi. Jasa mobil travel juga semakin ramai ke perbatasan. (Tuti Lawalu)
Menurut Halim, tingginya pelintas itu juga berpengaruh pada peningkatan pendapatan negara bukan pajak. Pihak imigrasi melayani pemberlakuan visa on arrival (VoA) bagi pelaku perjalanan warga negara asing. Visa diberikan kepada WNA setibanya di bagian imigrasi di PLBNT dengan tarif Rp 500.000 per visa.
Visa sangat mudah diperoleh dengan hanya menunjukkan paspor yang masih berlaku minimal enam bulan, tiket, dan sudah mendapatkan minimal vaksin dosis II atau vaksin booster. Visa dapat diperpanjang dengan biaya yang sama dengan pengajuan awal. VoA diberikan kepada 43 negara termasuk Timor Leste.
Tuti Lawalu, pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, mengatakan, lonjakan pelintas dapat membangkitkan kembali roda perekonomian di perbatasan daerah itu. ”Secara otomatis hotel dan penginapan akan terisi lagi. Jasa mobil travel juga semakin ramai ke perbatasan,” katanya.
Ia juga mendorong pasar perbatasan di Motaain kembali beroperasi agar warga negara Indonesia kembali berjualan di sana. Banyak warga Timor Leste datang membeli beras, pakaian, dan peralatan elektronik di pasar tersebut. Selama pandemi Covid-19, pasar tersebut ditutup.