Imigrasi Atambua Siap Hadapi Lonjakan Pergerakan WNA dari Timor Leste
Sebanyak 60 petugas Kantor Imigrasi Atambua disiapkan untuk mengantisipasi lonjakan pelaku perjalanan dari Timor Leste. Arus mobilitas mulai meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KANTOR IMIGRASI ATAMBUA
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Atambua KA Halim (kanan) memantau persiapan petugas imigrasi di Pos Lintas Batas Negara Terpadu (PLBNT) Motaain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, pada Kamis (7/4/2022).
ATAMBUA, KOMPAS — Kantor Imigrasi Atambua, Nusa Tenggara Timur, menyiapkan personel serta fasilitas pendukung untuk menghadapi lonjakan pergerakan warga negara asing dari Timor Leste. Langkah itu diambil setelah pemerintah negara Timor Leste membuka kembali secara penuh pelintasan ke Indonesia menyusul semakin membaiknya pengendalian pandemi Covid-19.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Atambua KA Halim pada Kamis (7/4/2022) mengatakan, pelintasan dimaksud adalah Pos Lintas Batas Negara Terpadu Motaain (PLBNT) di Kabupaten Belu, PLBNT Motamasin di Kabupaten Malaka, dan PLBNT Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara. Sebelumnya, hanya PLBNT Motaain yang dibuka secara terbatas.
”Untuk PLBNT Motaain, ada sekitar 30 petugas, sedangkan Motamasin dan Wini masing-masing 15 orang. (Petugas di) Motaain terbanyak dengan alasan menjadi jalur pelintasan paling ramai karena langsung terhubung ke Dili, ibu kota negara Timor Leste,” kata Halim.
Rabu kemarin, Halim meninjau persiapan personel imigrasi di Motaain, dan nantinya akan dilanjutkan ke Motamasin dan Wini.
Visa sangat mudah diperoleh, cukup menunjukkan paspor yang masih berlaku minimal 6 bulan, tiket, dan sudah mendapatkan minimal vaksin dosis II atau vaksin booster.
Jarak antara Dili dan Motaain sejauh 113 kilometer dapat ditempuh dalam waktu 2 jam sampai 3 jam perjalanan darat. Adapun jarak Motaain ke Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, sejauh 21 kilometer, dan jarak Motaain ke Kota Kupang 295 kilometer. Waktu tempuh dari Kupang ke Dili sekitar 12 jam.
KOMPAS/FRANSISKUS PATI HERIN
Suasana jual beli di Pasar Motaain, Pos Lintas Batas Negara Indonesia-Timor Leste, di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa (18/2/2020). Pasar yang melibatkan warga dua negara itu semakin menggairahkan ekonomi di perbatasan.
Menurut Halim, kesiapan tersebut juga untuk mendukung kebijakan pemerintah pusat mengenai pariwisata berkelanjutan selama masa pandemi Covid-19. Pihaknya melayani pemberlakuan visa on arrival (VoA) bagi pelaku perjalanan warga negara asing (WNA), khususnya dalam melakukan kunjungan wisata. Visa diberikan kepada WNA setibanya di bagian imigrasi di PLBNT.
Sangat mudah
Dikatakan, VoA diberikan kepada 43 negara termasuk Timor Leste dengan hanya membayar Rp 500.000 per visa, yang akan masuk sebagai pendapatan negara bukan pajak.
”Visa sangat mudah diperoleh, cukup menunjukkan paspor yang masih berlaku minimal 6 bulan, tiket, dan sudah mendapatkan minimal vaksin dosis II atau booster,” kata Halim.
Koordinator PLBNT Motaain Badan Nasional Pengelola Perbatasan Engelberthus Klau mengatakan, pihaknya menyiapkan sejumlah fasilitas yang dibutuhkan untuk memperlacar pergerakan WNA masuk dari Timor Leste.
Selain imigrasi, pengamanan dari Polri dan TNI juga diperkuat. Pelayanan perbankan juga hadir di sana. Sejauh ini, lanjut Engerbertus, pergerakan WNA dari Timor Leste melalui Motaain mulai meningkat, tetapi belum sebanyak sebelum era pandemi Covid-19 yang mencapai 300 orang per hari.
Pada 6 April kemarin, misalnya, pergerakan warga di pelintasan itu mencapai 120 orang. Sebelum pelintasan itu dibuka penuh, Timor Leste hanya mengizinkan waktu operasionalnya sekali dalam satu pekan.
Banyak orang menyambut baik dibukanya pelintasan itu secara penuh oleh Pemerintah Timor Leste. Warga negara Indonesia yang lahir dan besar di Timor Leste (dulu Provinsi Timor Timur) mempunyai kerinduan untuk pulang menengok keluarga di sana. Timor Leste menutup pelintasan itu sejak awal Maret 2020.
Selain pergerakan orang, mobilitas barang dari Indonesia akan kembali bergerak. Perekonomian yang lesu dapat bangkit kembali. Banyak bahan kebutuhan pokok warga Timor Leste dipasok dari Indonesia. Barang dimaksud sebagian dibawa dari Pulau Jawa, dan juga hasil pertanian dari kabupaten/kota di NTT.
”Ini menjadi kabar gembira bagi kami setelah tidak beroperasi selama dua tahun. Berharap, tidak ada halangan atau aturan yang menghambat ekspor barang ke Timor Leste,” kata Genny Da Cruz (32), penyedia jasa angkutan logistik Indonesia-Timor Leste.