Jalur Evakuasi Tujuh Desa Rawan Tsunami Anak Krakatau di Lampung Selatan Disiapkan
Aktivitas Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda masih fluktuatif. Semua pihak diminta meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan mitigasi bencana.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Jalur evakuasi di tujuh desa rawan tsunami di pesisir Lampung Selatan mulai disiapkan seiring meningkatnya status Gunung Anak Krakatau ke level Siaga. Pemerintah daerah juga membagikan masker kepada warga yang terdampak abu vulkanik dari aktivitas gunung api tersebut.
Pascatsunami Selat Sunda tahun 2018, pemerintah daerah telah menyiapkan jalur evakuasi di tujuh desa rawan tsunami. Ketujuh desa itu adalah Kunjir, Banding, Rajabasa, Sukaraja, Way Muli, Way Muli Timur, dan Tejang Pulau Sabesi.
”Jalur evakuasi tsunami ada di lokasi ketinggian yang tidak jauh dari permukiman warga. Kondisinya masih terawat,” kata Camat Rajabasa Sabtudin saat dihubungi dari Bandar Lampung, Selasa (26/4/2022).
Menurut dia, pemerintah desa telah diminta menyiapkan upaya mitigasi bencana menghadapi potensi tsunami. Dari pengalaman tsunami 2018, kecepatan informasi dan evakuasi menjadi kunci untuk mencegah korban jiwa.
Oleh karena itu, informasi kondisi darurat juga akan langsung disebarkan ke warga dengan memanfaatkan pengeras suara masjid, radio, hingga gawai. Namun, masyarakat tetap diminta memantau situasi laut secara bergantian saat Anak Krakatau erupsi.
”Sebagian besar kawasan pesisir yang rusak akibat tsunami 2018 tidak lagi dimanfaatkan sebagai lokasi hunian. Namun, masih ada beberapa warga yang menjadikan lokasi itu untuk tempat usaha dagang pada pagi hingga sore hari,” katanya.
Saat ini, aktivitas warga di pesisir Lampung Selatan masih berjalan normal. Nelayan tetap melaut dengan memperhatikan zona aman 5 kilometer dari kawah Anak Krakatau. Pelayaran dari Dermaga Canti menuju pulau-pulau terpencil di Lampung Selatan juga masih beroperasi secara normal. Aktivitas gunung yang aktif beberapa hari terakhir juga tidak mengganggu aktivitas pelayaran kapal di Selat Sunda dan penerbangan di Bandara Radin Inten II, Lampung Selatan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lampung Selatan Dulkahar meminta warga tetap waspada dengan ancaman tsunami sesuai imbauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Masyarakat juga diminta tidak mudah terpancing isu yang disebarkan oknum tidak bertanggung jawab. Informasi terkini terkait perkembangan Anak Krakatau akan diberikan langsung oleh BMKG serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
”Kami juga telah membagikan masker kepada warga di kawasan pesisir yang terdampak abu vulkanik,” katanya. Selain itu, tim Basarnas Lampung juga telah menyiagakan kapal negara SAR 224 Basudewa di Pulau Sebesi. Tim SAR juga memantau kondisi aktivitas GAK dan jalur evakuasi di pulau itu.
Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Andi Suardi, menyampaikan, aktivitas gunung pada Selasa mulai menurun. Dari pengamatan visual di pos pantau, asap kawah teramati berwarna putih tipis dengan ketinggian 25-50 meter dari atas puncak.
Berdasarkan data PVMBG, pukul 06-21.00, Anak Krakatau masih mengalami gempa embusan sebanyak tiga kali dengan durasi 17-78 detik. Sementara gempa vulkanik dangkal sebanyak 4 kali dan gempa vulkanik dalam sebanyak 3 kali.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami pada malam hari. Pemerintah daerah juga diminta menyiapkan mitigasi bencana dan mengecek jalur evakuasi di wilayah peisisir yang pernah terdampak tsunami pada 2018.
Menurut dia, erupsi Anak Krakatau yang masih berlangsung hingga saat ini membuat semua pihak harus meningkatkan kewaspadaan. Meski begitu, masyarakat tidak perlu panik karena situasi saat ini masih pada level kesiapsiagaan, bukan pada level krisis atau darurat.