Kisah Naas Perawat Harimau Serulingmas Banjarnegara
Seorang perawat satwa tewas diterkam harimau peliharaan di Taman Margasatwa Serulingmas, Banjarnegara. Insiden tragis itu jadi pengingat pentingnya prosedur kerja demi keamanan satwa peliharaan dan manusia di sekitar.
Tewasnya perawat satwa akibat diterkam harimau jantan di Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas, Banjarnegara, Jawa Tengah, menyisakan trauma bagi sejumlah rekannya. Insiden ini membuka mata semua pihak agar lebih serius memastikan peran kebun binatang mampu menjamin kesejahteraan satwa, sekaligus keselamatan karyawan dan pengunjung.
Tak ada tanda apa pun ketika perawat satwa Lulut Dwi Prasetya (35) tewas diterkam Darma, harimau jantan usia tujuh tahun yang telah sekitar empat tahun dirawat di Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas, Banjarnegara, Minggu (17/4/2022) pukul 14.30. Teriakan minta tolong justru terdengar dari perawat satwa lain yang melihat Lulut telentang berlumuran darah di kandang pamer atau displai,sementara Darma berputar-putar di sekelilingnya.
”Waktu itu saya sedang duduk-duduk di belakang kandang beruang, menunggu waktu pulang pukul 15.00. Tiba-tiba terdengar teriakan minta tolong dari teman saya, Harun, yang sedang berkeliling dan saya langsung lari ke kandang harimau,” kata Agus Maulana Nurcahyadi (27) mengisahkan kembali tragedi memilukan sehingga dia harus kehilangan rekan kerja, Kamis (21/4/2022).
Sontak, Maulana yang akrab dipanggil Lana berlari kencang sekitar 50 meter menuju kandang harimau dan mengamati apa yang terjadi. Lana langsung memeriksa pintu bagian dalam kandang harimau. Ternyata, tiga pintu pengaman kandang dalam kondisi terbuka. ”Saya langsung menutup pintu supaya aman dari harimau. Untung pintu paling luar (ke pengunjung) masih tertutup. Kalau tidak, harimau bisa lepas keluar kandang,” ungkapnya.
Baca juga : Karyawan Kebun Binatang Serulingmas Banjarnegara Tewas Diterkam Harimau
Kandang harimau benggala di Serulingmas ini terdiri atas dua kandang pamer atau outdoor yang ditujukan bagi pengunjung untuk melihat satwa lebih dekat, tetapi tetap aman. Satu di sisi utara dan lainnya di sisi selatan. Keduanya disatukan oleh kandang dalam utama atau indoor di tengah-tengah yang menjadi akses penjaga masuk untuk memberi makan satwa atau membersihkan kandang.
Saat kejadian, harimau Darma dan Lulut, sang penjaga, ada di kandang pamer sebelah utara. Menurut Lana, di kandang utama atau indoor sisi utara ini terdapat tiga harimau dari total tujuh harimau yang dipelihara di taman margasatwa ini.
”Saat itu, Upik sudah ada di dalam kandang, tidur depan sebelah kiri. Darmi (anak Darma dan Upik) ada di kandang atau kamar tidur belakang sebelah kiri. Tinggal Darma yang belum masuk kamar tidur,” ujarnya.
Melihat rekannya tak berdaya di kandang pamer, Lana segera memancing Darma dengan pakan berupa ayam supaya segera masuk ke dalam kandang tidurnya. Namun, hal itu tidak juga berhasil lantaran Darma hanya berhenti di lorong sebelum kandang tidur.
Dibantu dua rekan lain yang segera datang menolong, Lana pun membakar kain pada obor yang tersedia di kandang untuk menggiring Darma masuk ke dalam kandang tidur. ”Butuh waktu 10-15 menit untuk memasukkan harimau ke dalam. Harimaunya tidak takut sama air ataupun api waktu itu,” katanya.
Setelah ketiga harimau dalam kondisi aman di dalam kandang tidur, Lana dan rekan-rekannya kemudian menuju kandang pamer untuk menyelamatkan Lulut. ”Waktu itu Mas Lulut sudah tidak bergerak sama sekali,” kata Lana sambil bergetar.
Baca juga : Kebun Binatang Serulingmas Evaluasi Prosedur Perawatan Harimau
Tanpa pelatihan
Setelah kejadian itu, Lana yang juga perawat satwa dan bertanggung jawab di kandang beruang berharap perawat satwa yang bertugas di kandang binatang buas ditambah setidaknya dua orang. ”Perkiraan lupa dikunci. Ditutup, ya, ditutup (sama Mas Lulut), tapi lupa dikunci. Itu kuncinya pakai gembok,” paparnya.
Lana mengakui, tidak ada pelatihan ataupun persyaratan khusus seperti sertifikasi perawat satwa atau penjaga satwa buas untuk bekerja di Taman Margasatwa Serulingmas ini. Padahal, hal itu dirasa perlu untuk mencegah musibah yang telah terjadi dua kali di tempat ini. Kejadian pertama, yaitu pada 2011, seorang pawang harimau tewas diterkam harimau.
”(Sertifikat atau pelatihan) Itu perlu sebenarnya buat menambah pengalaman. Dulu saya diajari oleh pawang sebelumnya sekitar setengah tahun. Yang penting kalau seapes-apesnya, kalau berhadapan langsung jangan sampai membelakangi harimau,” katanya.
Tidak ada pelatihan ataupun persyaratan khusus seperti sertifikasi perawat satwa atau penjaga satwa buas untuk bekerja di Taman Margasatwa Serulingmas ini.
Tahun 2011 silam, seperti diberitakan harian Kompas, Rabu (14/12/2011), seorang pawang harimau di Serulingmas bernama Mahmud (52), Senin (12/12/2011) sekitar pukul 16.00, tewas diterkam peliharaannya. Ironis, peristiwa itu disaksikan pertama kali oleh para pengunjung. Awalnya, pawang sedang menyapu di halaman kandang harimau.
Sama seperti kasus yang menewaskan Lulut, saat itu kandang makan diduga belum terkunci rapat sehingga harimau keluar dan menuju ke area kandang besar dan langsung menerkam sang pawang dari belakang serta menggigit bagian tengkuknya. Hewan buas itu menarik korban masuk ke kandang makan.
Muhdi (52), rekan korban, mengaku, begitu mendengar jeritan pengunjung, dia dan beberapa rekan segera berupaya menarik tubuh sang pawang dari kandang makan ke kandang yang lebih besar. Di antara kandang makan dan kandang besar dipisahkan pintu yang diduga lupa dikunci oleh korban seusai memberi pakan ayam. Saat berhasil ditarik tubuhnya, Mahmud diketahui sudah tewas.
Wakil Bupati Banjarnegara saat itu, Hadi Supeno, mengatakan, pihaknya segera melakukan evaluasi mendetail, termasuk prosedur pemberian pakan terhadap hewan buas koleksi satu-satunya kebun binatang di wilayah tersebut. Selain itu, ukuran kandang juga akan dikaji kembali apakah masih layak dan sesuai standar.
Ditutup
Peristiwa tewasnya Lulut di Serulingmas itu masih dalam penyelidikan Kepolisian Resor Banjarnegara dan BKSDA Jawa Tengah. Hingga kini, taman margasatwa itu masih ditutup untuk kunjungan masyarakat. ”Dari manajemen belum ada pembahasan (kapan buka lagi) karena masih penyelidikan dari polres,” kata Nur Rohmah dari Marketing Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas.
Terhadap kasus ini, manajemen Perusahaan Umum Daerah Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas Banjarnegara akan mengevaluasi prosedur standar operasi perawatan harimau setelah meninggalnya seorang karyawan karena diterkam harimau, Minggu (17/4/2022). Tidak adanya kamera pengawas, detail langkah-langkah memasukkan harimau ke kandang, serta jumlah petugas di kandang jadi perhatian.
”Kronologi tidak ada yang tahu, di situ apakah ada SOP yang tidak dilaksanakan atau seperti apa, kita belum bisa memberi keterangan. Untuk ke depan, kami pasti akan memperbaiki kekurangan yang ada, baik itu sistem kandangnya maupun sistem perawatannya,” kata Direktur Perumda Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas Banjarnegara Lulut Yekti Adi, Senin (18/4/2022).
Lulut Yekti Adi menyampaikan, perawat satwa yang meninggal mengalami luka gigitan di leher dan cakaran di bagian punggung. Lulut Dwi Prasetya (35) meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri dan seorang anak laki-laki yang hendak duduk di bangku SD. ”Statusnya adalah keeper atau perawat satwa, jadi bukan pawang yang selalu bisa bersentuhan, tapi hanya membersihkan kandang, memberi makan, dan lain sebagainya dengan tidak bersentuhan langsung dengan satwa,” katanya.
Dikutip dari web Serulingmas.com, Taman Rekreasi Serulingmas ini dibangun pada 1996 oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara dengan bantuan dari Yayasan Serulingmas (Seruan Eling Banyumas). Taman ini dibangun dengan tujuan untuk memajukan sektor wisata Banjarnegara.
Kemudian, taman ini ditetapkan sebagai lembaga konservasi pada 21 Agustus 1997 dan disahkan oleh Menteri Koordinator Politik dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan IV (1993-1998) Jenderal (Purn) Soesilo Soedarman.
Sejak dibangun hingga 2018, taman ini dikelola oleh UPT Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara. Kemudian pada 2018, kepengurusan taman ini berganti menjadi badan usaha milik daerah (BUMD) sehingga berganti nama menjadi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Serulingmas Banjarnegara Interactive Zoo.
Dari catatan Kompas.id (16/10/2021), taman margasatwa ini bersama 19 lembaga serta kebun binatang lain se DIY-Jawa Tengah membuka donasi untuk meringankan beban hidup satwa lantaran pengunjung yang sepi akibat pandemi Covid-19. Penggalangan donasi itu dikoordinasi dalam Forum Kerja Sama Kebun Binatang dan Aquaria (FKKBA) Jawa Tengah dan DIY.
Selain kasus penerkaman karyawan oleh harimau, di Serulingmas juga pernah terjadi gajah mati akibat tersetrum dan keracunan. Dari catatan Kompas, Sabtu (1/12/2012), gajah betina bernama Dona, Rabu (28/11/2012), diduga mati setelah menggigit kabel listrik tegangan tinggi. Saat ditemukan, gajah itu tergeletak dengan mulut terbakar. Pada mulutnya terdapat kabel listrik.
Kabel listrik digunakan untuk mengelas besi-besi kandang yang beberapa hari terakhir sedang diperbaiki. Diduga, belalai gajah berusia 11 tahun tersebut saat itu menyambar kabel listrik yang menjuntai rendah, kemudian menggigitnya hingga mati tersetrum. Adapun pada 2010, seekor gajah dikabarkan mati akibat keracunan.
Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas ini menjadi satu-satunya kebun binatang di Jawa Tengah bagian selatan. Sementara kawasan peliharaan satwa lainnya berupa tempat konservasi, misalnya penyu di Cilacap dan Kebumen. Ada pula tempat penangkaran buaya di Dawuhan, Banyumas, juga taman reptil serta akuarium Pancuran Mas di Purbalingga.
Karena jadi satu-satunya kebun binatang di Jawa Tengah selatan yang relatif lengkap satwanya, mulai dari burung, orangutan, unta, singa, hingga harimau, perbaikan manajemen kandang serta perawatan satwa yang baik demi kesejahteraan satwa, juga keselamatan manusia, perlu segera dieksekusi oleh manajemen Serulingmas.
Harapannya, masyarakat khususnya anak-anak bisa belajar dan berkunjung ke tempat ini dengan aman. Sementara satwa-satwa bisa terjamin kesejahteraannya. Meski demikian, kedua hal itu tidak boleh melupakan keamanan para perawat satwa yang bekerja demi menghidupi keluarga mereka.