Jenazah Ipda Imam Diterbangkan ke Sumut, Unsur Kelalaian Diselidiki
Jenazah Ipda Imam Agus Husein, perwira Brimob Polda Sultra yang meninggal dalam pengamanan aksi, diterbangkan ke kampung halamannya di Sumatera Utara. Imam sebelumnya mengalami kecelakaan saat pengamanan aksi di Kendari.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Jenazah Ipda Imam Agus Husein, perwira Brimob Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara, yang meninggal dalam pengamanan aksi di Kendari, diterbangkan ke kampung halamannya di Sumatera Utara. Ipda Imam tergencet pintu kendaraan lapis baja setelah membubarkan massa. Pihak kepolisian akan menelusuri unsur kelalaian dalam kejadian dalam kejadian ini.
Upacara pelepasan jenazah Ipda Imam (27) berlangsung di halaman Brimob Polda Sultra di Kendari, Selasa (12/4/2022). Upacara ini dipimpin oleh Kapolda Sultra Inspektur Jenderal Teguh Prisrtiwanto.
Kepala Bidang Operasi Satbrimobda Sultra Ajun Komisaris Asri Dini menuturkan, jenazah akan dibawa ke kampung halaman di Mandailing Natal, Sumatera Utara. Menggunakan maskapai komersial, jenazah diterbangkan dengan beberapa kali persinggahan.
”Rutenya itu Kendari ke Makassar, Jakarta, lalu ke Padang. Dari Padang menggunakan jalur darat menuju Mandailing Natal. Prediksi tiba pukul 16.45 Wita,” kata Asri.
Menurut Asri, Ipda Imam merupakan sosok yang hangat dan periang. Almarhum dikenal mudah bergaul dan cepat akrab dengan siapa saja. Ia juga pengayom bagi personelnya di Unit II Subden II Gegana Brimob Polda Sultra.
Beliau bertugas di dalam mobil selama pengamanan aksi. Kejadiannya juga setelah aksi yang sempat ricuh beberapa waktu.
Meninggalnya Ipda Imam, tambah Asri, merupakan kehilangan besar bagi satuan Brimob pada khususnya, dan kepolisian pada umumnya. Terlebih lagi, almarhum baru dua tahun bertugas setelah menjalani pendidikan.
Ipda Imam (27) meninggal dunia di RS Bhayangkara pada Senin (4/11/2022) sekitar pukul 17.30 Wita. Ia dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami sesak napas sekitar pukul 15.30 Wita.
Kepala Bidang Humas Polda Sultra Komisaris Besar Ferry Walintukan, Selasa siang, menjelaskan, Ipda Imam yang bertugas sebagai Panit Escape melakukan patroli pembubaran massa. Ia berkeliling membubarkan massa bersama satuan antianarki. Situasi demonstrasi memang berujung bentrok selama beberapa jam sejak pukul 13.30 Wita.
Menurut Ferry, pada pukul 15.40 Wita, Ipda Imam bersama personelnya kembali ke posko taktis di perempatan Jalan Edi Sabara dan Brigjen M Yoenoes dengan mengendarai mobil taktis multifungsi lapis baja. Saat mendekati posko, Ipda Imam bermaksud turun dari mobil rantis yang belum sepenuhnya berhenti dengan membuka pintu depan bagian kiri. Tiba-tiba, pintu mobil menghantam bak mobil truk yang sedang parkir sehingga pintu mobil rantis berbalik menghantam dada kiri korban.
Korban lalu merasa sesak dan segera dibawa ke rumah sakit. Akan tetapi, setelah sejumlah tindakan, nyawa Ipda Imam tidak tertolong.
”Jadi, memang tidak ada hubungannya dengan massa. Beliau bertugas di dalam mobil selama pengamanan aksi. Kejadiannya juga setelah aksi yang sempat ricuh beberapa waktu,” katanya.
Setelah kejadian ini, Ferry menyampaikan, pihak kepolisian masih akan menelusuri unsur kelalaian yang menyebabkan Ipda Imam meninggal dunia. ”Tentunya akan ditelusuri dan mengumpulkan keterangan terkait hal ini. Kita tunggu informasi hasil penelusuran dari Bid Propam (Polda Sultra) seperti apa,” ujarnya.
Sebelumnya, aksi ribuan mahasiswa dan masyarakat di Kendari berakhir bentrok. Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas di Kendari, Sulawesi Tenggara, menggelar aksi nasional pada Senin (4/11/2022). Mereka berkumpul di kantor DPRD Sultra sejak Senin pagi hingga siang.
Sejumlah perwakilan lembaga dan organisasi bergantian orasi menyuarakan pendapat. Mereka menolak wacana tiga periode, penundaan pemilu dan pilkada, kenaikan harga barang, hingga kenaikan pajak.
Aksi yang semula berlangsung damai lalu berubah drastis. Sejumlah lemparan terjadi pada pukul 13.30 Wita. Lemparan batu dari mahasiswa dibalas dengan tembakan gas air mata dari aparat. Bentrokan tidak terelakkan.
Situasi kacau terjadi di sekitar kantor DPRD Sultra dan lapangan eks-MTQ Kendari. Aparat lalu mendesak mahasiswa mundur dengan tembakan gas air mata beruntun. Aparat juga mengejar sejumlah mahasiswa dan menangkap beberapa di antaranya.