”Ngabuburit” dan Kampanye Antimesin-Antiplastik di Surabaya
Penutupan Jalan Raya Darmo dan Jalan Tunjungan di Surabaya, Jawa Timur, untuk ”car free day” juga dimanfaatkan untuk ”ngabuburit”, aktivitas UMKM, dan kampanye pelestarian lingkungan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·5 menit baca
Pukul 15.00-18.00, Minggu (10/4/2022), aparat terpadu menutup Jalan Raya Darmo di Surabaya, Jawa Timur, dari kendaraan bermotor sehingga masyarakat dapat ngabuburit atau menunggu buka puasa.
Masyarakat menikmati ruas utama yang sedang kosong dari kendaraan bermotor itu dengan bersepeda, sepatu roda, sepak bola, kejar-kejaran, duduk-duduk, mengobrol, jalan-jalan, dan atau menikmati hiburan pengamen dan topeng monyet.
Di Jalan Bintoro, Jalan Comal, dan Jalan Taman Bungkul di sisi timur Jalan Raya Darmo, sejak sebelum penutupan, pengelola usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menyiapkan penjualan. Ada makanan, minuman, bahan pangan, busana, sepatu, dan mainan.
Di Taman Bungkul juga dibuka kembali tenda vaksinasi Covid-19 (Coronavirus disease 2019). Biasanya, tenda buka pagi-siang untuk vaksinasi masyarakat umum. Minggu sore itu, vaksinasi kembali diberikan saat masyarakat menikmati penutupan. Juga ada mobil Palang Merah Indonesia Unit Transfusi Darah Surabaya yang membuka layanan donor darah.
Komunitas Nol Sampah turut memanfaatkan suasana untuk kampanye penggunaan kantong belanja ramah lingkungan. Mereka mendorong warga Surabaya tidak lagi berbelanja dengan kantong keresek untuk menekan limbah plastik.
Kampanye terutama bertujuan menyosialisasikan Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota Surabaya. Sehari sebelumnya, mereka berkegiatan serupa di beberapa supermarket.
Minggu petang yang cerah itu, Kompas datang ke Jalan Raya Darmo dengan bersepeda santai dari kantor di Jalan Raya Gubeng yang berjarak sekitar 1 kilometer (km). Sejumlah stan UMKM sempat didatangi karena melihat makanan-minuman yang menggugah selera atau produk yang menarik, terutama mainan. Menyapa warga yang sedang menikmati suasana dan aparatur yang sedang berjaga terasa menyenangkan.
Mendekati mobil PMI, ternyata baru seorang yang sedang donor alias tidak antre. Kebetulan sudah bertahun-tahun tidak donor darah dan tubuh sedang tidak bermasalah.
Setelah pengisian formulir, verifikasi data, dan pemeriksaan, akhirnya disedot juga 250 mililiter darah golongan O dari lengan kiri. Selepas donor, duduk sejenak di kursi Taman Bungkul. Menjelang buka puasa, sepeda dikayuh kembali ke Kantor Redaksi Kompas Biro Jawa Timur.
Sebelumnya, dalam kesempatan terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, situasi pandemi Covid-19 terus membaik sejak Indonesia, termasuk ibu kota Jatim ini, melewati gelombang ketiga. Situasi membaik dirasakan sejak awal bulan lalu sehingga saat ini Surabaya berada di level 1 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Dalam situasi yang membaik, Eri melanjutkan, kegiatan ekonomi warga perlu didorong. Serangan pandemi sejak Maret 2020 telah mengguncang dan melumpuhkan ekonomi keluarga, terutama kalangan masyarakat berpenghasilan rendah atau miskin. Juga tidak sedikit warga yang rentan akhirnya jatuh miskin karena kehilangan atau terpaksa beralih pekerjaan.
Selain itu, bulan puasa diharapkan menjadi momentum untuk kebangkitan kehidupan. Kegiatan yang sempat ada dan tertunda karena pandemi bisa dihidupkan lagi, termasuk penutupan jalan dari kendaraan bermotor (car free day/CFD). UMKM milik warga diperkenankan berjualan dengan harapan turut membantu ekonomi yang coba dipulihkan dari dampak pandemi.
”Pelaksanaan kegiatan CFD dengan pembatasan jumlah pengunjung agar memenuhi protokol kesehatan dan menekan risiko penularan Covid-19,” kata Eri.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Agus Hebi Djuniantoro menambahkan, penutupan kurun waktu yang sama juga berlaku di Jalan Tunjungan. Tujuannya serupa, yakni memberikan ruang kepada masyarakat menikmati penutupan prasarana dari kendaraan bermotor, menunggu buka puasa, dan menggerakkan ekonomi melalui aktivitas stan-stan UMKM.
Hebi melanjutkan, CFD dengan penutupan sejumlah ruas jalan sudah berlangsung sebelum serangan pandemi dan rutin diadakan setiap Minggu. Sebelum pandemi, Jalan Raya Darmo, Jalan Tunjungan, dan Jalan Pemuda ditutup pukul 06.00-12.00. CFD juga diperluas ke Jalan Kertajaya dan Jalan Kembang Jepun. Namun, selama pandemi, CFD hanya sempat dibuka dengan berbagai pembatasan di Jalan Kembang Jepun.
CFD bertujuan mendorong masyarakat mengurangi pemakaian kendaraan bermotor sehingga berkontribusi terhadap penurunan polusi udara. Lokasi CFD biasanya didatangi warga dengan bersepeda. Namun, ternyata banyak juga yang datang dengan sepeda motor atau mobil dan parkir memenuhi jalan-jalan sayap ruas CFD sehingga tujuan pengurangan emisi kendaraan kurang efektif.
Intinya, mendorong warga mengurangi pemakaian kantong plastik.
Dalam bulan puasa, Hebi melanjutkan, CFD di Jalan Raya Darmo dan Jalan Tunjungan akan kembali diadakan pada 17 dan 24 April 2022. Penutupan jalan akan kembali berlaku pukul 15.00-18.00. Selepas waktu itu, prasarana bisa kembali dilewati oleh kendaraan.
Koordinator Komunitas Nol Sampah Hermawan Some mengatakan turut memanfaatkan CFD di Jalan Raya Darmo untuk menggemakan gerakan pengurangan sampah plastik. Komunitas membagikan kantong belanja dari kain yang dapat digunakan berulang-ulang. Kantong dibagikan kepada warga dengan harapan benar-benar dibawa dan digunakan saat belanja dan tidak lagi memakai atau menerima kantong plastik (keresek) dari pengelola tempat belanja.
Some melanjutkan, selain kantong, wadah belanjaan yang juga disosialisasikan ialah kardus. Di sejumlah supermarket, sudah lazim pengelola menawarkan kardus kepada konsumen untuk membawa belanjaan. Kardus dapat digunakan beberapa kali untuk berbelanja. ”Intinya, mendorong warga mengurangi pemakaian kantong plastik,” ujarnya.
Menurut Some, kampanye pengurangan sampah plastik menjadi salah satu tahap untuk mendorong masyarakat benar-benar mengurangi komoditas berbahan plastik yang sulit didaur ulang. Selanjutnya, perlu dikampanyekan pengurangan pemakaian barang sekali pakai dari plastik, yakni sedotan, sumpit, alat makan dan kemasan, serta busa polistirena atau lebih akrab dengan merek dagang stirofoam.
Sebelumnya, beberapa kali Kompas menulis tentang potensi bahaya plastik terutama mikroplastik. Bahan ini telah terdeteksi dikonsumsi biota perairan di sungai, danau, dan laut yang kemudian masuk ke tubuh manusia. Seiring waktu, manusia harus menerima dampak negatif, yakni penurunan kesehatan akibat tubuh ”keracunan” mikroplastik.
Ngabuburit dan CFD kembali di Jalan Raya Darmo dan Jalan Tunjungan diharapkan turut membawa pencerahan bagi masyarakat yang sedang berpuasa. Jika puasa selaras dengan pengendalian atau setidaknya pengurangan, tepatlah jika masyarakat perlu diajak dan diingatkan untuk menekan polusi dengan mengurangi pemakaian kendaraan dan menekan penggunaan plastik.