Antrean Biosolar Mengular di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo
Antrean kendaraan, terutama truk, mengular di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik akibat kelangkaan biosolar. Pertamina mengklaim pasokan aman dan cukup.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Antrean kendaraan berbahan bakar solar bersubsidi atau biosolar mengular di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di wilayah Surabaya Raya yang meliputi Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo. Pertamina mengklaim pasokan cukup meski terjadi peningkatan konsumsi biosolar. Antrean terjadi hanya karena persoalan waktu proses pendistribusian barang.
Pantauan pada Selasa (5/4/2022), antrean truk mengular antara lain di SPBU di Jalan Diponegoro, Sidoarjo, Jatim. Panjang antrean kendaraan itu lebih dari 1,5 kilometer atau hingga ke luar dari kawasan SPBU, tepatnya berada di ruas Jalan Diponegoro hingga sebelah barat Jalan Sisingamangaraja.
Kendaraan yang mengantre didominasi oleh truk boks dan truk angkutan barang lainnya. Selain itu, ada sejumlah truk sampah milik Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo, serta kendaraan kecil seperti mobil pribadi berbahan bakar biosolar. Antrean terjadi sejak pukul 07.00.
Kusnadi (45), sopir truk pengangkut minyak goreng kemasan, mengatakan, dirinya mengantre sekitar 1,5 jam untuk mendapatkan biosolar. Pembelian dibatasi maksimal Rp 200.000 per kendaraan atau sekitar 39 liter dengan asumsi harganya 5.150 per liter.
”Saya berangkat dari Gresik untuk mengirim barang ke Porong di Sidoarjo dan setelah itu harus ke Surabaya untuk mengambil barang lainnya. Tadi pagi sempat antre di SPBU yang berlokasi di Jalan Arteri Porong tetapi kehabisan stok dan baru berhasil dapat solar di sini,” ujar Kusnadi.
Di Sidoarjo, antrean kendaraan pengguna biosolar juga terjadi di SPBU Berbek Industri Waru, SPBU Jalan Arteri Porong, dan SPBU Rest Area Tol Sidoarjo. Di areal istirahat Sidoarjo, para sopir truk bertahan mengantre meski biosolar sedang kosong. Mereka memilih menunggu hingga pasokan solar datang karena stok BBM ditangki truk menipis.
”Lebih baik menunggu disini daripada mencari biosolar ke SPBU lain juga belum tentu dapat. Menunggu memang rugi waktu, tetapi mau bagaimana lagi daripada mencari yang tidak pasti juga rugi waktu, tenaga, dan biaya. Bahkan berisiko mogok di tengah jalan,” kata Karyanto (40), sopir truk tronton.
Ajun Inspektur Satu Amin dari Satuan Lalu Lintas Polresta Sidoarjo mengatakan, agar antrean kendaraan di sejumlah SPBU di wilayahnya tidak mengganggu arus lalu lintas, pihaknya telah mengatur kendaraan-kendaraan tersebut berbaris tertib dan berada di lajur paling pinggir. Patroli lalu lintas juga terus dilakukan untuk memantau perkembangan kondisi di lapangan.
Selain di Sidoarjo, antrean kendaraan pengguna biosolar juga terjadi di Surabaya, antara lain di SPBU Jalan Jakarta, SPBU Margomulyo, SPBU Pakal, dan rest area JalanTol Tandes. Adapun di Gresik, antrean kendaraan memadati antara lain SPBU Roomo, SPBU Jalan Osowilangun, dan Jalan Kalianak.
Krisna, karyawan SPBU di Jalan Diponegoro Sidoarjo, mengatakan, pasokan biosolar mengalami keterlambatan. Hal itu telah berlangsung selama tiga hari belakangan. Namun, pihaknya tidak tahu penyebab keterlambatan pengiriman tersebut karena merupakan kewenangan PT Pertamina.
Konsumsi meningkat
Area Manager Communication and CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Deden Mochamad Idhani mengatakan, PT Pertamina (Persero) melalui Sub-Holding Commercial and Trading, yaitu PT Pertamina Patra Niaga, terus memastikan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) RON 90, yaitu pertalite serta solar bersubsidi, berjalan lancar di tengah permintaan yang meningkat.
”Semenjak 1 April 2022 telah terjadi peningkatan konsumsi produk BBM jenis pertalite dan biosolar masing-masing sebesar 15 persen dan 10 persen,” ujar Deden Mochamad Idhani.
Adapun penyaluran pertalite untuk wilayah Jawa Timur sebesar 280.000 kiloliterper bulan dan biolar sebanyak 182.000 kiloliter per bulan. Harga kedua produk tersebut tidak mengalami kenaikan. Pertalite seharga Rp 7.650 per liter dan solar subsidi Rp 5.150 per liter.
Pihaknya memastikan stok BBM di seluruh terminal BBM saat ini dalam kondisi aman dan cukup. Namun, karena proses penyaluran dari terminal BBM ke SPBU menggunakan mobil tangki dan membutuhkan waktu perjalanan, maka apabila ada SPBU yang butuh suplai, ada jeda waktu untuk pengisian.
Hal tersebut akan segera diantisipasi dengan optimalisasi armada mobil tangki dalam menyalurkan BBM ke seluruh SPBU. (Deden Mochamad Idhani)
Terkait dugaan peralihan konsumsi masyarakat dari pertamax ke pertalite menyusul kenaikan harga pertamax per 1 April, Deden menambahkan bahwa hal tersebut dikembalikan kepada konsumen sebagai pemilik kendaraan. Pengisian jenis BBM merupakan hak konsumen yang disesuaikan dengan kemampuan dan spesifikasi kendaraan.
”Namun, jika konsumen yang sebelumnya telah menggunakan pertamax dan terus menggunakan produk tersebut kami sangat mengapresiasi karena dengan penggunaan pertamax artinya mendukung terciptanya udara yang lebih bersih,” ujar Deden.
Deden menambahkan, konsumen diharapkan dapat menghubungi Pertamina Contact Center 135 jika menemukan kendala ketersediaan produk di SPBU. ”Kami memohon maaf jika konsumen mengalami kendala ketersediaan produk BBM di SPBU. Namun, dipastikan hal tersebut akan segera diantisipasi dengan optimalisasi armada mobil tangki kami dalam menyalurkan BBM ke seluruh SPBU,” kata Deden.