Pasar Murah Ramadhan di Surabaya Didekatkan ke Warga
Pemerintah Kota Surabaya sejak pekan ini menggelar pasar murah untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok. Pasar murah sengaja didekatkan ke permukiman warga untuk membantu meringankan beban selama Ramadhan.
Oleh
AGNES BENEDIKTA SWETTA BR PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pasar murah masih menjadi salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok selama bulan Ramadhan. Pasar Gotong Royong Ramadhan digelar setiap akhir pekan mulai Jumat dan Sabtu dengan sasaran permukiman.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan Fauzie Mustaqiem Yos, Senin (4/4/2022), mengatakan, kegiatan pasar murah tersebut akan digelar mulai Jumat (8/4). Pekan ini, Pasar Gotong Royong Ramadhan digelar di lima lokasi, yaitu halaman parkir gedung YKP Penjaringansari, Kecamatan Rungkut; Balai RW 2 Kelurahan Karangpilang, Kecamatan Karangpilang; halaman Gedung Pandansari, Kecamatan Benowo, Sentra Wisata Kuliner (SWK) Tanahmerah, Kecamatan Kenjeran, dan halaman Gelanggang Remaja, Kecamatan Tambaksari.
Menurut Fauzie, lokasi pasar ini bermacam-macam tergantung kesiapan pemerintah kecamatan setempat. Pasar Gotong Royong Ramadhan digelar khusus untuk membantu warga Kota Surabaya yang terus berjibaku dengan pandemi Covid-19. Di samping itu, harga bahan pokok di pasaran mulai merangkak sehingga pemkot berinisiatif menggandeng distributor untuk menggelar pasar murah ini.
Dengan menggandeng distributor kebutuhan pokok, antara lain telur, beras, gula pasir, minyak goreng, termasuk daging sapi, dan daging ayam potong, harga diharapkan bisa terpangkas Rp 500-Rp 2.500 per kilogram dari harga pasaran. Menurut Fauzie, dengan kehadiran pasar murah, harga bahan pokok di pasaran mulai menurun dan stabil. Untuk itu pemkot melakukan pasar murah bukan di pasar tradisional, tetapi didekatkan kepada warga setempat.
Jadi ada kekurangan pasokan daging sapi domestik sekitar 250.000 ton dan ini kemudian dipenuhi dari impor. (Rossanto Dwi Handoyo)
Pada pelaksanaannya, distributor membawa produk masing-masing dan akan diatur untuk menjual produk berbeda-beda, tetapi fokus pada barang kebutuhan pokok dan barang penting atau (bapokting). Oleh karena itu, warga Kota Surabaya diharapkan memanfaatkan Pasar Gotong Royong Ramadhan ini karena diyakini membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Daging sapi
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Sapi Segar (PPDS) Jawa Timur Muthowif mengakui, mulai ada kenaikan harga daging sapi di pasaran memasuki awal Ramadhan. Saat ini, harga daging sapi di pasaran Kota Surabaya berkisar Rp 105.000-Rp 125.000 per kg.
Kenaikan harga daging sapi dipicu kenaikan harga sapi hidup siap potong sebesar Rp 45.000-Rp 49.500 per kg. Kenaikan itu menyebabkan harga daging segar berkisar Rp 120.000-Rp 125.000 per kg. Kenaikan harga daging sapi sudah terjadi sejak akhir Maret dipengaruhi kenaikan permintaan daging sapi.
Ketua Pengawas DPP Asosiasi Pengusaha daging dan Hewan Ternak (Aspednak) Welly Muljon mengungkapkan, untuk menghindari kenaikan harga daging sapi selama Ramadhan hingga Lebaran, stok sapi potong harus jelas. Apalagi, selama Ramadhan hingga Lebaran, permintaan daging sapi termasuk ayam potong bisa naik hingga 20 persen dari kondisi normal. Jika jumlah dan keberadaan stok sapi siap potong jelas, kemungkinan besar kenaikan harga daging sapi bisa ditekan.
Menurut dosen ekonomi Universitas Airlangga Rossanto Dwi Handoyo, pasokan sapi di Indonesia selama ini berasal dari sapi impor hidup bakalan. Dari sisi dalam negeri, stok daging sapi sekitar 473.000 ton, sedangkan kebutuhan hampir mencapai 700.000 ton. ”Jadi, ada kekurangan pasokan daging sapi domestik sekitar 250.000 ton dan ini kemudian dipenuhi dari impor,” tuturnya.
Dijelaskan, selama ini untuk impor sapi hidup bakalan, Indonesia mengimpor sapi dari Australia. Sejak 2022, Pemerintah Australia mengeluarkan kebijakan pengurangan ekspor sapi hidup bakalan dari 80 persen menjadi 44 persen. ”Dengan kebijakan tersebut, Australia akan mengurangi ekspor ke luar negeri sehingga pasokan kebutuhan daging sapi domestik Indonesia juga akan berkurang,” katanya.
Pasokan daging sapi berkurang karena selama ini Indonesia hanya mengimpor sapi bakalan dari Australia. ”Dari segi kebutuhan dalam negeri dan konsumsi daging dalam negeri, juga naik,” tuturnya.
Kebijakan ekspor tersebut juga menyebabkan harga sapi hidup bakalan dari Australia naik. Pada 2020, harga sapi hidup bakalan sekitar Rp 39.000 per kg, sedangkan pada 2021 menjadi Rp 52.000 per kg.