Jelang Ramadhan, Kendalikan Harga dan Rantai Pasok Komoditas di Surabaya
Pemkot Surabaya didorong merancang kebijakan intervensi pengendalian harga bahan pangan yang mulai naik mendekati Ramadhan. Selain itu, kelancaran rantai pasokan komoditas juga mesti dijamin agar tak menyulitkan warga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mesti menyiapkan kebijakan antisipasi dan intervensi pengendalian harga bahan pangan. Pengendalian harga dan jaminan kelancaran rantai pasok komoditas penting karena harga sejumlah bahan pangan terus naik mendekati Ramadhan awal April 2022.
Pantauan di Pasar Keputran dan Pasar Wonokromo, Surabaya, Jumat (25/3/2022), kenaikan harga terjadi pada komoditas daging ayam broiler dan ayam kampung. Kenaikan harga berkisar Rp 1.000-Rp 2.000 dibandingkan hari sebelumnya. Daging ayam broiler dijual Rp 33.000-Rp 34.000 per kilogram (kg), sedangkan daging ayam kampung Rp 65.000-Rp 66.000 per kg.
Kenaikan harga juga terjadi pada daging sapi, yakni berkisar Rp 3.000-Rp 5.000. Harga komoditas ini rata-rata Rp 115.000-Rp 120.000 per kg. Selain itu, harga ikan kembung dan cakalang juga naik Rp 1.000 per kg dari hari sebelumnya. Harga ikan kembung Rp 36.000-Rp 37.000 per kg, sedangkan cakalang Rp 38.000-Rp 39.000 per kg.
Adapun harga minyak goreng nabati (kelapa sawit) dalam kemasan Rp 27.500-Rp 30.000 per liter. Minyak goreng curah menyentuh Rp 17.000-Rp 18.000 per kg atau di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter. Harga minyak goreng curah turun dari sebelumnya Rp 19.000-Rp 20.000 per kg, tetapi penurunan masih di atas HET.
”Mendekati bulan puasa, harga menjadi sensitif karena naik semua. Saya berharap ada kebijakan yang tepat untuk pengendalian harga agar tidak memberatkan masyarakat,” kata Sutami, warga Wonokromo.
Dari pengalaman kelangkaan stok dan lonjakan harga minyak goreng, lanjut Sutami, ujung-ujungnya warga yang menerima dampak, yakni kenaikan harga. Warga harus mengubah pengeluaran dan pola konsumsi yang sulit dilakukan dalam waktu singkat.
Dari pengalaman kelangkaan stok dan lonjakan harga minyak goreng, ujung-ujungnya warga yang menerima dampak, yakni kenaikan harga.
Sutami melanjutkan, kenaikan harga jelang bulan puasa masih bisa ditoleransi dengan catatan tidak terlalu tinggi. Pemerintah diminta memperbaiki tata niaga bahan pangan terutama yang bergantung pada impor. Salah satu contohnya terkait komoditas tahu tempe yang beberapa pekan lalu sulit dicari di pasar karena harga kedelai melonjak. Padahal, tahu tempe adalah lauk dengan harga paling terjangkau.
”Kalau lauk yang harganya murah susah didapat, terus makan dengan lauk apa? Tidak mungkin dengan yang lebih mahal untuk masyarakat terbatas seperti saya,” ujar ibu rumah tangga yang bersuami pengemudi ojek daring itu.
Abdullah, pedagang daging di Pasar Keputran, mengatakan, perubahan harga terjadi sesuai pasokan. ”Pedagang enggak mungkin menahan harga kalau pasokan dari peternak harganya naik. Daging tidak mungkin disimpan lama, apalagi oleh pedagang eceran seperti saya yang enggak punya penyimpanan. Jadi, harga daging bergantung dari asalnya dan sudah biasa menjelang puasa pasti naik,” tuturnya.
Secara terpisah, Direktur Utama Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Surabaya Fajar Arifianto mengatakan sedang menyiapkan stok 8 ton daging sapi untuk kebutuhan warga selama bulan puasa. Setiap hari, RPH berupaya memotong hingga 160 sapi demi menjaga stok daging untuk mengantisipasi potensi lonjakan harga.
Menurut Fajar, ketika ada indikasi kenaikan harga daging, RPH segera terlibat dalam operasi pasar di setidaknya 50 lokasi. Di setiap lokasi, RPH menjual minimal 50 kg daging sapi. Operasi memang menyasar kalangan warga kurang mampu, tetapi diharapkan membantu mereka mendapatkan komoditas berkualitas dengan harga stabil.
”Kami akan terus terlibat dalam operasi pasar untuk menjamin ketersediaan sekaligus pengendalian harga,” kata Fajar.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan Surabaya Fauzie Mustaqim mengatakan, pengendalian harga komoditas ditempuh dengan operasi pasar, pengawasan, dan intervensi. Jika terpantau ada komoditas dengan rantai pasokan terganggu, akan ditempuh kebijakan intervensi yang hampir selalu berupa operasi pasar. ”Untuk pengawasan, kami berkoordinasi dengan Satuan Tugas Pangan guna mengecek perjalanan harga-harga komoditas di pasar,” kata Fauzie.
Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Akhmad Yusep Gunawan mengatakan, anggota Satgas Pangan akan terus mengawasi harga-harga komoditas di pasar. Selain itu, pihaknya juga mengawasi produsen, terutama produsen minyak goreng, untuk menjamin ketersediaan di pasar dengan harga wajar. Petugas juga menerima dan akan menindaklanjuti laporan dugaan, misalnya penimbunan, kenaikan harga tidak wajar, dan kelangkaan komoditas.