Serangan KKB Tewaskan Prajurit TNI, Rindu Sekolah Anak-anak Nduga Bisa Kian Lama
KKB menyerang Satgas Marinir yang juga tengah merintis program literasi bagi anak-anak di Nduga, Papua. Dua prajurit gugur dan delapan orang lainnya luka-luka. Nduga menempati peringkat terendah nilai IPM di Indonesia.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
Serangan kelompok kriminal bersenjata menewaskan dua prajurit TNI di Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua, Sabtu (26/3/2022). Kepergian mereka lebih dari tentara yang melaksanakan tugas bagi negara.
Insiden itu juga menjadi pukulan berat bagi program literasi di sana. Bagi anak-anak korban konflik di Nduga, pendidikan masih menjadi hal sulit yang bisa mereka dapatkan.
Serangan kelompok kriminal bersenjata (KKB) ke Pos Satgas Muara dan Perairan Papua Korps Marinir pada Sabtu sore itu kembali mengusik Nduga. Akibat serangan yang dipimpin Egianus Kogoya, Letnan Dua Mohammad Iqbal dan Prajurit Satu Wilson Here gugur. Delapan anggota TNI lainnya mengalami luka-luka.
Sebelum diserang, Satgas Muara dan Perairan Papua Korps Marini, punya peran khas di Nduga. Mereka aktif memberikan sedikit banyak akses pendidikan bagi anak usia sekolah di Kenyam.
Tidak dengan senjata, akses pendidikan dijembatani dengan mobil pintar. Mobil ini adalah hasil modifikasi dari kendaraan tempur pelat baja menjadi kendaraan perpustakaan keliling.
Sejauh ini, kreativitas mobil itu efektif. Mereka bisa mengangkut 5.500 buku, mulai dari bacaan umum, budi pekerti, pengetahuan dan teknologi, hingga modul pelajaran. Keberadaan kendaraan segala medan ini juga memudahkan pembagian 1.000 buku tulis kepada warga yang membutuhkan hingga di pedalaman.
Wakil Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel Candra Kurniawan di Jayapura pada Minggu (27/3/2022) mengatakan, salah satu pengabdian Satgas Muara dan Perairan Papua Korps Marinir adalah menjalankan program literasi. Semua dilakukan agar anak-anak di Nduga tetap mendapat layanan pendidikan.
Setidaknya sejak 2018, layanan pendidikan sulit didapat di sana. Aksi KKB disebut menjadi penyebabnya. Akibatnya fatal. Nduga kini tercatat sebagai daerah dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terendah di Indonesia, 32,84.
”Serangan ini tidak akan menghentikan satgas untuk mencerdaskan anak-anak Nduga,” kata Candra.
Korban jiwa
Egianus Kogoya dan kelompoknya sudah berulang kali berulah di Nduga. Pada 2 Desember 2018, komplotan ini mulai dikenal setelah menyerang 28 pekerja PT Istaka Karya di Bukit Kabo, Distrik Yigi. Hanya tujuh orang yang selamat. Sebanyak 17 orang lainnya meninggal. Hingga kini, empat pekerja masih dinyatakan hilang.
Tahun ini, Egianus dan komplotan KKB lainnya tercatat sudah delapan kali menyerang aparat keamanan di Papua dan Papua Barat. Sementara serangan KKB terhadap warga sipil sebanyak empat kali.
Akibatnya, lima anggota TNI serta sembilan warga di Papua tewas. Selain itu, seorang anggota TNI di Papua Barat meninggal. Sementara 14 anggota TNI, 2 personel Polri, dan 2 warga luka-luka.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM), Sebby Sambon, menegaskan, pihaknya bertanggung jawab atas serangan anggota marinir di Distrik Kenyam pada Sabtu sore. Serangan itu dipimpin langsung Egianus Kogoya.
Ia menegaskan, OPM menolak dialog damai dengan Pemerintah Indonesia dan hanya menerima perundingan dengan opsi pengakuan atas kemerdekaan Papua di tempat yang netral. Apabila perundingan belum terealisasi, OPM akan terus menempuh perang gerilya menghadapi pemerintah.
”Selama tidak ada perundingan, konflik di Papua tidak akan berhenti. Kami akan terus berjuang dengan berperang menghadapi TNI/Polri,” ujar Sebby.
Juru bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, mengatakan, dialog antara Pemerintah Indonesia dan pihak OPM diperlukan untuk menghentikan konflik di tanah Papua. Dialog harus melibatkan pihak yang netral sehingga tercapai solusi di antara kedua belah pihak.