Komoditas dan Angkutan Terhambat, Pelaku Usaha di Sumbar Merugi
Kelangkaan biosolar memicu terhambatnya pasokan cabai merah dan tersendatnya operasional angkutan darat lintas kabupaten dan provinsi di Sumatera Barat. Para pelaku usaha mengeluh dirugikan atas kondisi itu.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kelangkaan biosolar memicu terhambatnya pasokan cabai merah dan angkutan darat lintas kabupaten dan provinsi di Sumatera Barat. Pedagang cabai dan pengusaha transportasi mengaku pendapatannya menurun akibat kondisi ini.
Di Pasar Raya Padang, Sabtu (26/3/2022), sejumlah pedagang mengaku pasokan cabai merah dari Jawa Tengah terlambat datang. Kondisi ini membuat omzet para pedagang berkurang karena stok kerap kosong saat permintaan tinggi. Saat ini harga cabai Rp 36.000-Rp 40.000 per kilogram.
Nasril (50), pedagang di Pasar Raya Padang, mengatakan, sejak biosolar langka, pengiriman cabai dari Jawa Tengah terlambat setiap hari. Biasanya, pasokan cabai datang pukul 04.00-05.00. Namun, dalam sebulan terakhir, pasokan cabai baru tiba sore hari.
”Pasokan cabai terlambat. Biasanya pukul 04.00 atau 05.00, tetapi Sabtu ini cabai baru tiba pukul 13.00. Kadang bisa tiba sore hari, bahkan terlambat sehari. Sopir menghabiskan banyak waktu untuk antre solar,” kata Nasril, yang karib disapa Ujang itu.
Ujang menuturkan, keterlambatan itu sering membuat stok cabai kosong pada saat permintaan tinggi. Sebab, biasanya pembeli skala besar berbelanja pada pagi hari. Stok yang tipis pada waktu padat itu juga berdampak pada kenaikan harga. ”Harga cabai jadi naik. Sebulan lalu harganya Rp 30.000 per kilogram ke bawah. Sekarang Rp 38.000-Rp 40.000. Ini terjadi sejak solar bermasalah. Omzet pun turun,” ujarnya.
Anto (60), pedagang lainnya, juga mengaku kelangkaan biosolar memicu keterlambatan pasokan cabai dari Jawa Tengah setidaknya setengah bulan terakhir. Cabai yang biasanya tiba pagi hari saat permintaan tinggi justru tiba pada siang hingga sore hari.
”Dampaknya, cabai tak terserap pasar sehingga menumpuk. Sebagian kualitas barang kurang segar karena terlambat datang,” kata Anto.
Menurut Anto, keterlambatan dan penurunan mutu cabai membuat omzetnya menurun 30 persen. ”Saya berharap akses mendapatkan solar diperlancar sehingga arus pengiriman barang tidak terhambat,” ujarnya.
Selain cabai merah, komoditas lain yang juga terdampak kelangkaan biosolar adalah bawang putih yang dipasok dari Sumatera Utara. Dalam dua pekan terakhir, harganya naik dari Rp 22.000 per kilogram menjadi Rp 25.000 per kilogram.
Kelangkaan biosolar memicu keterlambatan pasokan cabai dari Jawa Tengah setidaknya setengah bulan terakhir. Cabai yang biasanya tiba pagi hari saat permintaan tinggi justru tiba pada siang hingga sore hari.
Transportasi
Kelangkaan biosolar di wilayah Pulau Sumatera dikeluhkan pengusaha transportasi. Indra (47), agen tiket Perusahaan Otobus (PO) Sinamar, mengatakan, kelangkaan biosolar menghambat operasional bus antarkota dalam provinsi (AKDP) itu. Sopir bus bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengantre mendapatkan biosolar.
”Biasanya satu bus bisa tiga kali jalan dalam sehari. Sekarang cuma dua kali, bahkan sekali karena solar langka. Pendapatan tentu jadi berkurang. Ini sudah berlangsung sejak akhir Januari,” kata Indra.
Selain berkurangnya frekuensi keberangkatan bus, lanjut Indra, antrean panjang mobil saat mengisi bahan bakar akibat kelangkaan solar juga mengganggu kelancaran lalu lintas. Perjalanan bus jadi tersendat dan riskan terlambat dari jadwal.
Adapun dari segi tiket, kata Indra, sejauh ini belum ada kenaikan akibat kondisi ini. Saat ini ongkos bus dengan trayek Padang-Payakumbuh itu Rp 25.000.
Sementara itu, Fadli Fajrin (35), agen PO NPM, mengatakan, kelangkaan biosolar memang mengganggu operasional perusahaan. Waktu istirahat sopir jadi berkurang karena mesti menghabiskan waktu untuk antre di SPBU. ”Istirahat sopir jadi tidak maksimal,” ujarnya.
Antrean mobil di SPBU sepanjang perjalanan juga memicu kemacetan sehingga laju bus antarkota antarprovinsi (AKAP) itu tersendat. Terkait harga tiket, kata Fajrin, tidak ada kenaikan karena harga biosolar juga tidak naik meskipun langka. Harga tiket Padang-Jakarta kelas AC eksekutif Rp 400.000 dan Sutan Class Rp 575.000.