Buaya Muara Hampir 2 Meter Dievakuasi dari Sungai Bukan Habitatnya di Kediri
Seekor buaya muara sepanjang hampir 2 meter dievakuasi dari sungai bukan habitatnya di Kediri. Dua minggu sebelumnya, seekor buaya muara juga dievakuasi dari sungai di kawasan padat penduduk di Kediri.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Warga Dusun/Desa Janti, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menangkap buaya muara dengan panjang hampir 2 meter di sungai setempat yang bukan merupakan habitat buaya. Reptil yang diperkirakan berumur tiga-empat tahun itu kemudian diserahkan ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur Wilayah I Kediri.
Ini adalah penangkapan atau evakuasi buaya muara (Crocodylus porosus) kedua di wilayah Kediri Raya dalam dua pekan terakhir. Sebelumnya, 11 Maret lalu, seekor buaya muara berukuran 0,5 meter dievakuasi dari anak Sungai Brantas di Kelurahan Dermo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, yang merupakan kawasan padat penduduk.
Kepala Dusun Janti, Surdino, Kamis (24/3/2022), mengatakan, buaya tersebut mulai diketahui berada di Sungai Janti sejak sepekan lalu. ”Awalnya ada warga yang memancing malam hari. Ia mengetahui ada hewan melata yang disangka nyambik (biawak). Namun, setelah dicermati ternyata buaya,” ujarnya saat dihubungi dari Malang.
Mengetahui ada buaya, warga bersama pihak desa kemudian melaporkan hal itu ke Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur Wilayah I Kediri. Menurut Surdino, ada dua buaya yang dilihat warga, yaitu satu buaya muara dan satu buaya ”kembang” yang ukurannya lebih kecil.
Temuan buaya ini pun mengagetkan warga mengingat sebelumnya tidak pernah ada buaya di Sungai Janti. ”Baru satu kali ini ada kemunculan buaya di wilayah saya. Ini yang jadi tanda tanya besar kami, apakah mungkin pelepasliaran oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Menurut Surdino, buaya ditangkap pada Rabu (23/3/2022) malam oleh warga yang punya keahlian (pawang) menangkap reptil. Buaya dijerat menggunakan tali. Surdino sempat mengukur, panjang buaya mencapai 180 sentimeter dengan kondisi kepala membengkok sehingga diperkirakan panjang keseluruhan sampai 2 meter.
”Warga agak lega karena buaya muara yang ganas telah tertangkap. Panjangnya bisa mencapai 7-10 meter. Terkait satu ekor lainnya yang masih ada di sungai, kami terus berkoordinasi dengan BBKSDA dan pihak berwenang lainnya. Semoga bisa segera dievakuasi juga,” katanya.
Sejauh ini belum ada warga yang mengaku kehilangan ternak akibat kemunculan buaya itu. Kebetulan, lokasi buaya tersebut berada memang memiliki banyak sumber pakan berupa ikan. Di tempat itu terdapat palung sungai yang menjadi titik favorit warga untuk memancing.
Lokasi buaya tersebut berada memang memiliki banyak sumber pakan berupa ikan.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Resor Konservasi BBKSDA Jawa Timur Wilayah I Kediri David Fathurohman mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan dari mana buaya tersebut berasal, apakah buaya liar atau sebelumnya sudah pernah dipelihara warga. Seperti diketahui, wilayah Kediri dibelah oleh Sungai Brantas yang disinyalir menjadi habitat buaya.
”Prediksi awal dari mana asal buaya? Belum bisa kami pastikan karena butuh pendalaman. Tetapi, kemungkinan besar hasil pelepasliaran masyarakat karena jarak lokasi penemuan buaya (Sungai Janti) dengan Sungai Brantas yang menjadi habitat cukup jauh, mencapai 10 kilometer,” ujarnya ketika dihubungi dari Malang.
Selain jaraknya cukup jauh dari Brantas, Sungai Janti juga melintasi sejumlah permukiman. Oleh karena itu, kecil kemungkinan buaya tersebut berasal dari Brantas meski rata-rata sungai di wilayah Kediri bermuara ke sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa tersebut.
David menuturkan, memang sempat ada warga yang menyampaikan bahwa dulu ada (warga desa lain) yang memelihara buaya, tetapi masalah ini masih akan didalami pemerintah desa setempat. Sejauh ini belum ada kepastian soal itu. ”Sifatnya baru berupa dugaan,” ucapnya.
Adapun terkait kabar masih ada satu buaya lain di Sungai Janti, David mengatakan, informasi itu juga masih didalami. Sejauh ini yang biasa tampak hanya satu ekor. Kemungkinan ada beda pandang di antara masyarakat saat memergoki buaya tersebut menampakkan diri.
”Ada beberapa kemungkinan sudut pandang, ada yang melihat kayaknya kemarin lebih kecil, kemarin lebih besar. Ini masih kami dalami. Bisa jadi satunya bukan buaya, tetapi biawak yang dikira buaya, juga bisa terjadi,” katanya.
BBKSDA mengimbau masyarakat tidak melepasliarkan begitu saja hewan peliharaannya ke alam liar apabila tidak mampu merawatnya. Lebih baik mereka berkoordinasi dengan BBKSDA untuk penanganan lebih lanjut, termasuk bagi mereka yang baru paham bahwa hewan yang mereka pelihara ternyata dilindungi.
BBKSDA Jawa Timur Wilayah I Kediri juga telah beberapa kali menerima laporan terkait buaya, khususnya di Sungai Brantas. Sebelum evakuasi buaya di Desa Janti, sejak 2020, setidaknya ada tiga kali laporan warga yang menyatakan ada buaya di Sungai Brantas di wilayah Kediri. Dari laporan tersebut, dua buaya berhasil dievakuasi dan satu lainnya lolos.