Perempuan yang Tabrak Polres Pematang Siantar Terprovokasi Ceramah di Youtube
Keseharian pelaku berdiam diri di dalam kamar menonton Youtube. Hingga kini tidak ditemukan hubungan perempuan itu dengan jaringan terorisme.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
PEMATANG SIANTAR, KOMPAS — Perempuan yang menabrakkan sepeda motornya ke Markas Kepolisian Resor Pematang Siantar, Sumatera Utara, Senin (21/3/2022), didorong rasa bencinya kepada polisi akibat sering menonton ceramah kebencian di saluran Youtube. Hingga kini tidak ditemukan kaitan perempuan itu dengan tindakan terorisme.
”Awalnya perempuan itu ingin menabrak polisi yang sedang mengatur lalu lintas di Jalan Sutomo, tetapi petugas itu berhasil mengelak. Ia menancap gas masuk ke Markas Polres Pematang Siantar dan menabrak ruang sentra pelayanan kepolisian terpadu (SPKT),” kata Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Inspektur Jenderal RZ Panca Putra Simanjuntak, Selasa (22/3/2022).
Kondisi ruangan SPKT rusak parah setelah ditabrak perempuan berinisial FAM (28) yang mengendarai sepeda motor Honda Scoopy bernomor polisi BK 5756 TAK itu, Senin (21/3/2022) sekitar pukul 07.25. Pintu dan dinding kaca ruangan pecah. FAM pun terjatuh di ruangan itu. Polisi lalu menggotong FAM yang kondisinya luka ringan.
Setelah dilakukan pemeriksaan kepada FAM, diketahui peristiwa itu bukan kecelakaan, melainkan disengaja. FAM menerobos masuk ke Polres Pematang Siantar karena didorong rasa benci kepada polisi. Petugas langsung melakukan pemeriksaan mendalam dengan menggeledah rumahnya di Jalan Hok Salamuddin, Pematang Siantar.
Polisi meminta keterangan dari kedua orangtua FAM yang selama ini tinggal bersama dia. Menurut orangtuanya, kata Panca, perilaku FAM berubah setelah menikah dengan suami keduanya yang mempunyai pandangan keagamaan yang berbeda. FAM sudah bercerai dengan suami keduanya itu, tetapi berencana rujuk kembali.
”Aktivitas FAM sehari-hari mendengarkan ceramah dari saluran Youtube di kamarnya. Ia juga sering kali memaksa kedua orangtuanya ikut menonton ceramah tersebut,” kata Panca.
Menurut Panca, hasil penggeledahan di rumahnya tidak ditemukan bukti-bukti yang mengarah pada tindak pidana terorisme. Meski demikian, polisi masih terus mendalami kasus tersebut. Pemeriksaan akan dilakukan terhadap mantan suami FAM.
Meski belum ditemukan keterkaitan dengan jaringan terorisme, polisi tetap memproses hukum FAM untuk kasus perusakan kantor polisi. Panca memastikan tidak ada korban jiwa atau korban luka dalam percobaan serangan itu. Kepolisian akan bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk melawan paham kebencian yang ditemukan di Pematang Siantar itu.
Saat hadir di Kantor Polres Pematang Siantar, ibu dari FAM meminta maaf kepada masyarakat Pematang Siantar. Ia menyebut, mereka tidak bisa mengendalikan pemikiran dan pemahaman anaknya dalam beberapa waktu belakangan ini. FAM disebut tinggal bersama orangtuanya dan aktivitasnya belakangan ini hanya mendengar ceramah di kamarnya.
Ketua MUI Pematang Siantar M Ali Lubis mengatakan, FAM mempunyai pemahaman agama yang kurang sempurna. Hal itu membuat cara berpikir FAM menjadi berbeda dan mendorong rasa benci.
”Kami sudah sampaikan kepada orangtuanya, kami dari MUI siap memberikan wejangan dan pandangan supaya yang bersangkutan tidak menyimpang dari ajaran dalam berbangsa dan bernegara,” kata Ali.
Mahasiswa doktoral Program Kriminologi Universitas Indonesia, Alexander Sabar, dalam artikel Opini di harian Kompas, 16 November 2021, menyebut, ruang siber telah menjadi area operasi jaringan teror dalam menyebarluaskan pengaruhnya dalam dua dekade terakhir. Media sosial banyak digunakan jaringan teror untuk menebar propaganda dan perekrutan. Semua ini ditujukan untuk menyebarkan rasa takut (fear mongering).
Di Indonesia, fenomena terorisme siber bukanlah hal baru. Banyak aksi teror terjadi lantaran konten provokatif, agitatif, dan propaganda di dunia siber. Hal ini juga berakibat langsung pada lahirnya teroris mandiri (serigala tunggal, lone wolf), yakni aktor teror yang bergerak sendiri akibat pengaruh konten provokatif, agitatif, dan propaganda di internet.
Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dalam lima tahun terakhir telah terjadi enam aksi teror yang dilakukan oleh serigala tunggal. Mereka teradikalisasi dari konten provokatif, agitatif, dan propaganda dari jaringan teror di internet. Pada Maret 2021, seorang perempuan serigala tunggal menyerang Mabes Polri. Pada 2018, dua perempuan hendak menyerang Mako Brimob karena terpapar radikalisme di media sosial.