Pergerakan Sesar Lokal Picu Gempa M 5,2 di Teluk Bintuni
Gempa bermagnitudo 5,2 mengguncang Kabupaten Teluk Bintuni di Papua Barat. Gempa tidak memicu tsunami dan tidak menyebabkan korban ataupun kerusakan bangunan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Gempa tektonik bermagnitudo 5,2 mengguncang Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, Sabtu (19/3/2022). Gempa yang dipicu pergerakan sesar lokal ini dirasakan warga, tetapi tidak berdampak merusak bangunan ataupun menyebabkan korban.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bambang Setiyo Prayitno memaparkan, gempa itu terjadi pada pukul 13.26 WIT. Pusat gempa terletak pada koordinat 1,86 derajat Lintang Selatan dan 133,32 derajat Bujur Timur dengan kedalaman mencapai 12 kilometer.
”Berdasarkan lokasi pusat gempa dan kedalamannya, maka kejadian ini merupakan jenis gempa bumi dangkal. Lokasi gempa tepatnya di darat wilayah Tuhiba, Teluk Bintuni,” papar Bambang. Dia menuturkan, penyebab gempa ini adalah pergerakan sesar lokal. Dari hasil analisis BMKG, gempa ini memiliki mekanisme pergerakan mendatar.
Ia menyatakan, gempa tersebut berskala III-IV Modified Mercalli Intensity (MMI) atau getarannya dirasakan banyak orang di dalam rumah. Gempa ini tidak berpotensi memicu tsunami. ”Dari hasil pantauan kami hingga pukul 13.50 WIT, masih terjadi aktivitas gempa bumi sebanyak dua kali. Kekuatan dua gempa susulan ini M 3,3,” tambahnya.
Bambang mengimbau masyarakat Teluk Bintuni tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. ”Masyarakat diimbau menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa,” ujarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Papua Barat Derek Ampnir mengatakan, tidak ada warga yang menjadi korban akibat gempa itu. Tidak ada pula bangunan rusak dari hasil pantauan di Teluk Bintuni setelah gempa.
Ia mengungkapkan, Teluk Bintuni termasuk daerah rawan gempa di Papua Barat. Sebab, wilayah itu berada pada jalur pergerakan Sesar Tarera Aiduna. ”BPBD Teluk Bintuni selama ini telah melatih masyarakat setempat tentang upaya mitigasi saat terjadi gempa. Teluk Bintuni dan sejumlah kabupaten lainnya, seperti Kaimana, sering dilanda gempa karena pergerakan sesar tersebut,” tutur Derek.
Sebelumnya, Subkoordinator Pengumpulan dan Penyebaran Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Dedy Irjayanto memaparkan, sepanjang 2021 terjadi 1.707 kali gempa di wilayah pesisir hingga pegunungan di Papua serta Papua Barat. Hanya di Kabupaten Merauke yang tidak tercatat gempa.
”Terdapat tiga periode terjadi gempa yang dirasakan yang terbanyak, yakni bulan Maret sebanyak 17 kali, bulan Agustus 12 kali, dan Desember 13 kali. Gempa terjadi hampir di seluruh wilayah dua provinsi ini,” papar Dedy.
Ia menuturkan, ada sejumlah patahan atau sesar yang aktif dalam periode tersebut, antara lain Sesar Mamberamo yang melingkupi wilayah Mamberamo, Sarmi, hingga Jayapura di Papua dan Sesar Sorong yang melingkupi Sorong hingga Manokwari di Papua Barat.
Ada pula Sesar Ransiki yang melingkupi Manokwari Selatan dan sekitarnya, Sesar Yapen yang melingkupi wilayah Kepulauan Yapen, serta Sesar Tarera Aiduna yang melingkupi wilayah Kaimana dan sekitarnya.
Selain itu, jalur lipatan Lengguru dan Sesar Wandamen yang melingkupi wilayah Wasior dan sekitarnya, Sesar Sungkup Weyland yang melingkupi wilayah Nabire, serta lajur anjak Pegunungan Tengah yang melingkupi wilayah Jayawijaya dan sekitarnya.