Operasi Pasar Minyak Goreng di Surakarta Dialihkan untuk Jenis Curah
Pemkot Surakarta terus menggelar operasi pasar untuk komoditas minyak goreng di tengah minimnya ketersediaan bahan pokok tersebut. Saat ini, operasi pasar hanya diarahkan untuk minyak goreng curah.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surakarta, Jawa Tengah, terus menggelar operasi pasar minyak goreng di tengah minimnya ketersediaan bahan pokok tersebut. Namun, kini operasi pasar hanya diarahkan untuk minyak goreng bentuk curah. Kebijakan tersebut diambil guna menjamin pelaku usaha kecil dan masyarakat tetap memperoleh minyak goreng berharga murah.
Operasi pasar yang digelar oleh Pemerintah Kota Surakarta berlangsung sejak awal Maret. Sejumlah pihak yang diajak untuk kerja sama ialah Perum Bulog Kantor Cabang Surakarta dan platform lokapasar bernama Dagangan. Dalam operasi pasar tersebut, minyak goreng yang dijual berkemasan sederhana dan premium. Saat itu, harga minyak goreng dipatok Rp 14.000 per liter setiap kali operasi pasar digelar. Harga tersebut sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Pada Selasa (15/3/2022), pemerintah mencabut kebijakan penerapan HET minyak goreng sederhana dan premium. Harga minyak goreng dengan kategori tersebut dilepas agar bersaing lewat mekanisme pasar. Kebijakan tersebut berlaku mulai 16 Maret 2022.
Di sisi lain, pemerintah tetap akan menyubsidi minyak goreng curah menggunakan dana yang dikelola Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Setelah disubsidi, HET minyak goreng curah naik dari Rp 11.500 per liter menjadi Rp 14.000 per liter.
Dikeluarkannya kebijakan tersebut mendorong Pemerintah Kota Surakarta mengubah strategi operasi pasar. Kali ini, minyak goreng yang dijual dalam operasi pasar terbatas pada bentuk curah. ”Ke depan, operasi pasar akan tetap digelar. Kami sambil melihat situasi. Tetapi, nanti operasi pasarnya untuk minyak goreng curah dulu,” kata Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (18/3/2022).
Sasaran operasi pasar, kata Teguh, ialah para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), khususnya yang bergerak di bidang kuliner. Kelompok itu diutamakan karena urusan minyak goreng menjadi faktor utama penyambung hidup mereka. Minyak goreng juga digunakan hampir pada setiap makanan yang dijual.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi mengatakan, operasi pasar minyak goreng curah baru akan diadakan setelah ada indikasi kelangkaan barang. Operasi pasar diperlukan mengingat minyak goreng curah lebih dibutuhkan oleh para pelaku usaha kecil. Untuk itu, pemantauan atas ketersediaan komoditas tersebut terus dilakukan.
“Harapannya, jangan sampai ada kelangkaan. Sebab, minyak goreng curah itu akan dimanfaatkan pelaku UMKM, seperti penjual gorengan, rambak, dan pisang goreng. Itu pengguna minyak goreng curah semua karena harga jualnya yang terjangkau,” kata Heru.
Apabila nantinya terjadi kelangkaan, Heru mengungkapkan, operasi pasar bakal digelar dengan menggandeng pihak-pihak tertentu. Tak terkecuali platform lokapasar yang sebelumnya juga diajakbekerja sama mengadakan operasi pasar minyak goreng.
Heru menambahkan, dari hasil pemantauan, sejauh ini stok minyak goreng cukup aman. Masyarakat yang butuh minyak goreng masih bisa mendapatkannya. Dia juga menyebutkan tidak terjadi gejolak yang mengakibatkan kekisruhan, seperti antrean yang mengular dan memakan korban.
Dihubungi terpisah, Lurah Pasar Legi Surakarta Nur Rahmadi menyampaikan, berdasarkan pantauannya, harga minyak goreng curah sekitar Rp 19.000 per liter. Jumlahnya juga sangat terbatas. Para pedagang disebut belum mendapatkan pasokan tambahan minyak goreng curah.
”Untuk minyak goreng kemasan sederhana dan premium stoknya melimpah. Tetapi, harganya sudah berubah sesuai dengan harga pasaran Rp 23.000 per liter sampai Rp 24.000 per liter,” kata Rahmadi.