Balai Konservasi Rawat Anak Buaya yang Ditemukan di Kediri
Beberapa hari lalu, seorang warga Kediri mendapati anak buaya di salah satu anak Sungai Brantas. Setelah dievakuasi, buaya itu kini dirawat BBKSDA hingga siap dilepasliarkan ke alam.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam atau BBKSDA Jawa Timur di Kediri masih merawat anakan buaya yang ditemukan di anak Sungai Brantas beberapa hari lalu. Langkah tersebut dilakukan sambil menunggu satwa tersebut siap dilepasliarkan ke alam.
Satwa yang diamankan berjenis buaya muara (Crocodylus porosus) dengan panjang sekitar 0,5 meter. Buaya tersebut ditemukan di sungai kecil (anak Sungai Brantas) di belakang rumah warga di permukiman padat penduduk, Kelurahan Dermo, Kecamatan Mojoroto.
Sejak tahun 2020, terdapat tiga laporan warga yang menyatakan ada buaya di Sungai Brantas di wilayah Kota Kediri. Dari laporan tersebut, dua buaya berhasil dievakuasi dan satu ekor lainnya lolos. Brantas adalah sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo.
Kepala Resor Konservasi BBKSDA Jawa Timur Wilayah I Kediri David Fathurohman, Kamis (17/3/2022), mengatakan, ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum buaya itu dilepasliarkan ke habitat aslinya.
”Saat ini buayanya masih ada di kantor kami. Karena masih kecil, maka akan kami coba rawat dulu, kami latih untuk bisa menjadi liar dan bisa mencari makan sendiri. Setelah memungkinkan, baru akan kami lepas liarkan ke alam,” ujarnya saat dihubungi dari Malang, Jatim.
Sejauh ini, ada dua spekulasi bagaimana satwa itu bisa berada di anak Sungai Brantas. Kemungkinan pertama, itu buaya milik warga yang kemudian dilepaskan ke sungai akibat yang bersangkutan tidak mampu merawat atau memang lepas secara tidak sengaja. Kemungkinan kedua, memang buaya asli dari Sungai Brantas.
BBKSDA telah mencoba berkoordinasi dengan kepolisian dan tokoh masyarakat untuk mencari tahu asal muasal satwa tersebut. Sejauh ini belum ada warga yang mengetahui ataupun mengaku sebagai pemiliknya.
”Bisa juga buaya dari Sungai Brantas yang terbawa arus. Ketika musim hujan seperti saat ini, permukaan air sungai biasanya meninggi dan airnya meluap masuk ke anak sungai sehingga buaya itu terbawa ke sungai kecil dan terjebak di sana. Kemungkinan seperti itu ada,” ucapnya.
Menurut David, Sungai Brantas bagian tengah diperkirkaan masih menjadi habitat buaya. Sejauh ini, laporan kemunculan buaya yang sudah terverifikasi baru di wilayah seputaran Kediri. Sementara untuk daerah yang lebih ke hilir, seperti Kabupaten Jombang, belum pernah ada laporan.
”BBKSDA sendiri tidak menangkap, tetapi hanya mengamankan. Apabila satwa tersebut ada kemungkinan akan berkonflik dengan manusia, akan dihalau agar tidak mengganggu manusia. Sebaliknya, warga juga kami imbau, kami beri papan peringatan, bahwa ini adalah bagian dari habitat buaya. Edukasi seperti itu yang kami lakukan,” ujarnya.
Setelah ada (temuan) buaya, warga mulai waswas karena banyak anak mancing di sekitar sini.
Warga Dermo, Zainul Mustofa, menuturkan, dirinya mendapati anak buaya tersebut pada Jumat pagi pekan lalu. Setelah itu, dia melapor kepada ketua RT dan dilanjutkan kepada aparat Babinsa TNI setempat serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Menurut Zainul, baru kali ini ada buaya di sungai kecil di wilayah tempat tinggalnya. Sungai itu berair deras ketika musim hujan dan surut saat kemarau. Air mengalir dari Sungai Brantas menuju kawasan lain di wilayah Kediri.
”Sebelum ada buaya, tidak sampai ada kepikiran (khawatir). Setelah ada (temuan) buaya, warga mulai waswas karena banyak anak mancing di sekitar sini,” ujarnya.
Berdasarkan catatan Kompas, bukan kali ini saja buaya terlihat di Jatim. Januari 2021 lalu, warga Desa Gisik Cemandi, Kabupaten Sidoarjo, menangkap buaya sepanjang 1,8 meter di Sungai Gisik Kidul.
Tahun 2018, warga Sidoarjo melaporkan temuan anak buaya di salah satu perumahan ke BBKSDA. Diduga buaya itu merupakan peliharaan warga yang terlepas. Tahun 2015, warga Dusun Awar-awar, Desa Tambakrejo, Kecamatan Krembung, Sidoarjo, juga melihat beberapa buaya tengah berjemur di tepi Kali Porong.