Gelombang Omicron di Kota Kupang Diduga Melewati Puncak
Penambahan kasus baru Covid-19 di Kota Kupang perlahan mulai berkurang, sementara angka kesembuhan naik signifikan. Diperkirakan, ledakan varian Omicron telah melewati masa puncaknya.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Laju penularan Covid-19 akibat ledakan varian Omicron di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, perlahan mereda. Diduga, tren penularannya sudah melewati puncak.
Menurut data Satuan Tugas Covid-19 Kota Kupang pada Selasa (15/3/2022) pagi, jumlah pasien sembuh dalam tiga hari terakhir sebanyak 1.230 orang. Masih dalam periode yang sama, tidak tercatat penambahan kasus baru.
Secara keseluruhan, jumlah warga menjalani penyembuhan tersisa 1.564 orang. Sebanyak 1.422 orang di antaranya menjalani isolasi mandiri di rumah. Tempat isolasi terpusat pemerintah untuk mengantisipasi ledakan varian Omicron tidak digunakan.
Juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Kota Kupang, Ernest Ludji, mengatakan, jumlah kasus ini sudah berkurang jauh dibandingkan dengan akhir Fabruari hingga awal Maret. Saat itu, kasus harian sempat mencapai 3.097. Ernest meyakini, Kota Kupang dengan kasus Covid-19 tertinggi di NTT sudah melewati puncak penularan.
Selama terjadi ledakan kasus, semua fasilitas kesehatan di Kota Kupang dapat mengatasinya. Lebih dari 85 persen warga yang terinfeksi menjalani isolasi mandiri di rumah.
Wakil Wali Kota Kupang Hermanus Man mengatakan, pengendalian ledakan Omicron berjalan baik. Hal ini didukung capaian vaksinasi Covid-19 yang terbilang tinggi.
Dengan vaksin, warga memiliki kekebalan tubuh. Ketika terserang virus, mereka tidak bergejala atau hanya bergejala ringan sehingga cukup isolasi mandiri.
Hingga Senin (14/3/2022), jumlah warga Kota Kupang yang sudah divaksin dosis pertama sebanyak 334.771 orang atau 100,34 persen. Sedangkan warga dengan dosis kedua sebanyak 260.550 orang atau 78,10 persen. Adapun target warga yang harus menerima vaksinasi 333.628 orang.
Pembelajaran di sekolah
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Kupang Dumul Djami mengatakan, kendati puncak Omicron diyakini sudah lewat, pembelajaran tatap muka belum bisa dilakukan. Kota Kupang masih berada dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 hingga 22 Maret.
”Kalau status PPKM diturunkan, sudah bisa mulai tatap muka terbatas. Memang orangtua murid meminta segera tatap muka. Alasannya, sudah divaksinasi dan merasa bisa mengatasi virus ini. Mereka menganggap sudah biasa, tidak menakutkan lagi seperti dulu,” katanya.
Belakangan ini, perilaku masyarakat Kota Kupang kian berubah. Mereka menganggap Covid-19 bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Warga sudah melepas masker dan sering berkerumun. Mereka menganggap Covid-19 akan selalu ada, sama seperti flu biasa.
Martha Kase (35), orangtua murid, meminta agar pembelajaran tatap muka segera dilakukan. Alasannya, banyak anak belum bisa menyesuaikan diri dengan pembelajaran jarak jauh. Ia meminta pemerintah segera menetapkan status endemi untuk Covid-19.
”Mau sampai kapan kita begini terus. Kasihan generasi masa depan kita, anak-anak kita. Mereka kehilangan kesempatan belajar selama dua tahun lebih. Saatnya kita mulai. Lihat di negara lain mereka sudah buka masker,” kata Martha yang sehari-hari bekerja di salah satu lembaga kesehatan.