Putus Asa dengan Pelanggaran Protokol Kesehatan di Kota Kupang
Petugas di Kota Kupang putus asa menghadapi perilaku masyarakat yang kian tidak peduli akan bahaya Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kasus Covid-19 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, meledak. Sebanyak 19 kelurahan kembali ke zona merah. Di sisi lain, kegiatan masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan juga semakin tidak terkendali. Petugas pun kesulitan menghadapi masyarakat yang sulit diatur.
Pantauan di Pelabuhan Tenau, Kota Kupang, pada Jumat (18/2/2022) dini hari, penumpang yang turun dari kapal dan yang hendak berangkat berdesak-desakkan. Proses naik turun penumpang tidak diatur sesuai standar protokol kesehatan. Banyak dari mereka tidak mengenakan masker.
Edo Tukan (43), penumpang yang tiba di pelabuhan itu, menuturkan, mereka tidak menjalani pemeriksaan dokumen kesehatan, seperti surat bebas Covid-19 atau kartu vaksinasi. ”Tidak ada petugas di Pelabuhan Tenau. Mungkin mereka sudah bosan, apalagi menghadapi masyarakat yang sulit diatur semacam ini,” katanya.
Padahal, pada Kamis malam, Satuan Tugas Covid-19 Kota Kupang merilis penambahan 157 kasus harian. Sebanyak 19 kelurahan dari 51 kelurahan kembali ke zona merah, yang berarti jumlah kasus di atas 10 kasus. Selebihnya, 13 kelurahan masuk zona oranye (6-10 kasus aktif), 15 kelurahan zona kuning (1-5 kasus aktif), dan tersisa 4 kelurahan zona merah (0 kasus).
Ironisnya, di beberapa kelurahan yang masuk zona merah masih sering ditemui warga menggelar hajatan yang melibatkan hingga ratusan orang. Mereka duduk makan, berjoget, dan berdansa bersama tanpa menjaga jarak atau mengenakan masker. Mereka tidak peduli dengan Covid-19 dengan varian baru Omicron yang cepat menular.
”Mau pakai cara apa lagi untuk beri pemahaman kepada masyarakat? Kami turun sosialisasi mereka bilang Covid-19 adalah proyek orang-orang besar. Mereka bilang Covid-19 ini tipu-tipu. Biar sudah. Kami tunggu saja kalau memang ada yang masuk rumah sakit,” ujar salah seorang perawat di Rumah Sakit Umum Daerah SK Lerik.
Perawat yang meminta tidak disebutkan identitasnya itu putus asa. Menurut dia, sudah jutaan orang di seluruh dunia, termasuk 388 warga Kota Kupang, yang meninggal karena Covid-19. Bahkan, ada pejabat dan keluarga pejabat di NTT yang meninggal karena Covid-19.
Sejak varian Omicron merebak, sebanyak 475 orang kini masih dalam pemulihan. Dari jumlah itu, 378 orang menjalani isolasi mandiri di rumah. Kebanyakan dari mereka tidak bergejala atau mengalami gejala ringan. Fasilitas isolasi terpusat yang disediakan pemerintah belum terisi. Pelayanan di rumah sakit berjalan normal.
Martin Berry, petugas elektromedik yang bertugas mengawasi produksi oksigen di Rumah Sakit Umum Daerah SK Lerik, mengatakan, tidak ada lonjakan permintaan tabung oksigen. Saat ini stok oksigen cukup. Dalam satu hari, produksi oksigen mencapai 144.000 mililiter atau setara dengan 24 tabung. Adapun kebutuhan oksigen setiap pasien rata-rata 30 mililiter per jam.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Kupang Hermanus Man mengimbau warga Kota Kupang tidak bosan-bosan menjalankan protokol kesehatan. Ia optimistis pemerintah dapat mengatasi ledakan varian Omicron. Sejumlah fasilitas kesehatan sudah disiapkan untuk menghadapi kondisi terburuk.
”Saat ini capaian vaksinasi sudah tinggi sehingga perlahan membentuk kekebalan kelompok,” ujarnya. Hingga Kamis, capaian vaksinasi di Kota Kupang untuk dosis pertama sebanyak 99,05 persen dan dosis kedua 73,61 persen. Target warga yang wajib menerima vaksinasi sebanyak 333.638 orang.