Dua Warga Tewas Tertembak akibat Bentrokan Tolak Pemekaran Papua di Yahukimo
Unjuk rasa penolakan daerah otonom baru di Kabupaten Yahukimo berujung kerusuhan. Dua warga tewas tertembak saat terjadi bentrokan antara massa dan aparat keamanan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Aksi penolakan pemekaran Papua oleh Himpunan Alumni Mahasiswa Jawa, Bali, dan Sumatera di Kabupaten Yahukimo, Selasa (15/3/2022), berujung ricuh. Dua warga tewas akibat luka tembak. Seorang anggota polisi terluka di kepala.
Dua warga yang disebut tewas diduga akibat tembakan aparat adalah Yakob Deal (30) dan Erson Weipsa (22). Dua warga lain yang terluka tembak adalah Etos Itlay dan Luki Kobak. Sementara seorang anggota polisi yang terluka di kepala adalah Briptu Muhammad Aldi.
Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri di Jayapura mengatakan, awalnya aksi berjalan damai sejak pukul 10.00 WIT. Namun, massa kemudian terprovokasi hingga membakar sejumlah ruko serta kantor Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Yahukimo sekitar pukul 13.20 WIT.
”Massa telah menyampaikan aspirasinya sekitar tiga jam. Tiba-tiba massa membakar ruko dan kantor sehingga membahayakan warga setempat. Aparat keamanan mengambil upaya penegakan hukum untuk menyelamatkan warga,” katanya.
Mathius menuturkan, pihaknya mengirim tambahan dua peleton atau lebih kurang 60 personel ke Yahukimo. Saat ini jumlah aparat kepolisian di Distrik Deikai 400 personel.
Menurut Mathius, dirinya pun mengutus sejumlah pejabat utama Polda Papua ke Yahukimo. Tujuannya, menyelidiki upaya penegakan hukum saat terjadi bentrokan dengan massa.
”Mereka akan menyelidiki apakah upaya penegakan hukum yang diterapkan anggota di lapangan sudah sesuai dengan prosedur. Apabila ditemukan ada kesalahan prosedur, kami akan mengambil langkah tegas,” ucapnya. Ia menambahkan, masyarakat Yahukimo diminta tetap menjaga keamanan ketika menyampaikan aspirasinya.
Bupati Yahukimo Didimus Yahuli sungguh menyesalkan aksi yang berimbas tewasnya dua warga sipil. Seharusnya para alumnus yang memulai aksi ini lebih fokus membantu pemda setempat membangun Yahukimo.
Didimus pun membantah beredarnya informasi bohong yang beredar di media sosial bahwa dirinya yang memerintahkan aparat keamanan menembak massa.
”Kami akan berupaya membantu aparat keamanan agar situasi di Yahukimo kembali kondusif. Beredar informasi hoaks dengan tujuan memanfaatkan insiden ini untuk menfitnah saya,” ujar Didimus.
Juru bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, sangat menyesalkan kejadian ini. Ia menilai, pemerintah pusat seharusnya mendengarkan suara masyarakat Papua sebelum menetapkan kebijakan pemekaran daerah otonom baru.
”Kami senantiasa menyarankan jalan damai melalui dialog perlu dikedepankan dalam mengatasi soal perbedaan pandangan. Upaya ini menjadi solusi terbaik dalam membangun tanah Papua,” ujar Yan.