Informasi mengenai keberadaan pasien isoman di rumah kepada tetangga di sekitarnya masih rendah. Pasien isoman pun tidak terbuka atas kondisi sakit yang tengah diderita sehingga sebagian warga tetap berinteraksi biasa.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA
Seorang anggota Polda NTT melakukan sosialisasi penerapan protokol kesehatan kepada warga Kupang yang sedang nongkrong di jalan dan trotoar. Mereka membagikan masker kepada warga dan mengajak warga menjaga jarak.
KUPANG, KOMPAS — Tata cara isolasi mandiri di sebagian daerah di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, masih belum ideal. Masih ada warga yang belum melaporkan statusnya. Kondisi ini rentan memicu munculnya kasus baru.
Hingga Jumat (4/3/2022), kasus aktif Covid-19 di NTT mencapai 915 kasus. Jumlah itu naik dari sehari sebelumnya yang 878 kasus.
Saat ini, 19 kabupaten/kota di NTT masuk level 3 kasus Covid-19. Daerah itu antara lain Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Flores Timur, dan Lembata, Kabupaten Sikka. Hanya ada tiga daerah berstatus level 2, yakni Rote Ndao, Manggarai Timur, dan Nagekeo.
Di Kupang, tidak ada kelurahan berstatus zona hijau. Hingga Jumat, kasus tertinggi terjadi di Kelurahan Fatululi dengan 197 kasus, Kelapa Lima (187), Sikumana, dan Kelurahan Liliba (141).
Di tengah tingginya kasus, sebagian warga di Liliba melakukan isolasi mandiri (isoman). Namun, tidak semua warga tahu siapa yang tengah menjalaninya. Akibatnya, warga masih berinteraksi satu sama lain tanpa tahu status kesakitannya. Baru belakangan mereka tahu kalau tetangga atau orang yang diajak berbicara positif Covid-19.
Kegiatan vaksinasi terus dilakukan Polda NTT terhadap warga Kupang, Senin (28/2/2022).
”Meski pasien isoman itu mengaku sudah sehat, harus dilakukan pemeriksaan sampel untuk memastikannya. Karena itu, perlu kerja sama semua pihak, termasuk pasien isoman sendiri untuk mencegah penyebaran kasus ini,” kata Azis Nuban, warga Liliba.
Herlan, warga Liliba lainnya, mengatakan, menjalani isolasi mandiri setelah memeriksakan diri di salah satu poliklinik di Kupang, 11 hari lalu. Saat itu, Herlan merasakan gejala batuk dan pilek, tidak ada demam atau gejala lain.
”Setelah diperiksa, petugas menyatakan positif sehingga saya memilih melakukan isoman di rumah. Istri dan empat anak saya diungsikan ke rumah orangtua istri,” kata Herlan.
Herlan mengatakan, ia tidak melaporkan kondisinya itu ke puskesmas. Ia beralasan, puskesmas seharusnya sudah memiliki informasi itu. ”Saya dalam kondisi sakit, tidak mungkin bepergian ke puskesmas atau tempat lain,” katanya.
Suasana di Pasar Ikan Oesapa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat (17/9/2021). Banyak penjual dan pembeli tidak menerapkan protokol Covid-19.
Di tengah kasus yang terus bertambah, Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Wilayah NTT dr Hironimus Fernandes mengatakan, pemerintah daerah jangan menunggu ledakan kasus. ”Paling penting saat ini adalah membangun kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan, mulai dari menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Itu semua menyangkut perilaku hidup,” kata Fernandes.
Hironimus mengatakan, masih banyak masyarakat abai tentang hal itu. Oleh karena itu, ajakan menerapkannya harus terus dilakukan di jalanan, pusat perbelanjaan, pasar tradisional, dan ruang publik lainnya.
”Bila perlu, di setiap kantor lurah, perempatan jalan, pasar, pusat perbelanjaan, dan lampu merah dipasang pengeras suara agar warga tetap waspada Covid-19 masih ada,” katanya.