Evakuasi Jenazah Delapan Pekerja Proyek Palapa Ring di Beoga Tertunda
Evakuasi jenazah delapan pekerja proyek Palapa Ring di daerah Beoga, Kabupaten Puncak, tertunda karena sejumlah kendala. Jenazah para korban masih berada di atas daerah pegunungan dengan ketinggian sekitar 4.000 mdpl.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Tim gabungan Polri dan TNI belum dapat mengevakuasi delapan pekerja proyek Palapa Ring di Kampung Jenggeren, Beoga Barat, Kabupaten Puncak, Papua, Jumat (4/3/2022). Hal ini disebabkan sejumlah kendala, seperti kondisi medan yang sulit dan masalah keamanan.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Faizal Ramadhani yang berada di Mimika, Jumat sore.
Faizal memaparkan, pihaknya masih berkoordinasi dengan pihak PT Palapa Telematika Timur terkait pemetaan lokasi dan jumlah pekerja yang terlibat dalam perbaikan menara B3 untuk jaringan telekomunikasi di daerah Beoga.
Diketahui dari hasil sementara pemetaan, lokasi kejadian penyerangan delapan pekerja menara B3 pada Rabu (2/3/2022) berada di ketinggian sekitar 4.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan rawan cuaca berkabut. Tidak ada akses jalan untuk kendaraan bermotor ke lokasi kejadian.
Upaya tercepat ke lokasi kejadian hanya dengan menggunakan helikopter. Apabila berjalan kaki ke lokasi kejadian, tim membutuhkan waktu minimal 10 jam karena harus mendaki gunung.
”Kami belum dapat mengevakuasi jenazah para pekerja pada Jumat ini karena sejumlah masalah teknis. Diperlukan rencana yang matang untuk mengevakuasi dengan aman,” papar Faizal.
Ia menuturkan, diduga pelaku adalah kelompok kriminal bersenjata (KKB) di bawah pimpinan Aibon Kogeya. Kelompok ini juga berafiliasi dengan KKB pimpinan Nau Waker yang kini bersembunyi di Kabupaten Intan Jaya.
”Kemungkinan aksi ini dari instruksi Nau Waker karena lokasi penyerangan berbatasan langsung dengan Kabupaten Intan Jaya. Sebanyak 100 personel gabungan Polri dan TNI di Beoga sedang berupaya mengevakuasi para korban,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolsek Beoga Inspektur Dua Ali Akbar mengungkapkan, para pekerja menara B3 proyek Palapa Ting tanpa berkoordinasi dengan aparat keamanan setempat. ”Para pekerja datang ke lokasi perbaikan menara B3 dengan helikopter langsung dari Kabupaten Puncak Jaya,” ungkap Ali.
Pemicu serangan
Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey mengatakan, pihaknya telah menghubungi pimpinan KKB di Intan Jaya dan mengetahui dua penyebab yang memicu aksi serangan para pekerja di Beoga.
Pertama, aksi penyerangan sebagai upaya penolakan pembangunan infrastruktur untuk mendukung areal tambang emas Blok Wabu di Intan Jaya.
”Faktor pemicu yang kedua sebagai aksi balas dendam dugaan penganiayaan oleh aparat keamanan terhadap delapan anak-anak di Distrik Sinak pada pekan lalu,” kata Frits.
Ia pun menyatakan aksi penyerangan delapan pekerja di Beoga bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia. Tindakan ini akan menyebabkan masalah keterisolasian jaringan komunikasi di Puncak tidak terselesaikan.
Diketahui, warga bisa mengakses jaringan telekomunikasi yang cukup memadai di Distrik (Kecamatan) Ilaga, ibu kota Puncak. Sementara warga di 24 distrik lainnya masih terisolasi.
”Perbuatan mereka harus ditentang berbagai elemen masyarakat. Aksi ini secara langsung menyebabkan pembangunan daerah, khususnya di bidang telekomunikasi, terhambat,” tutur Frits.
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri, saat dihubungi, menegaskan, dirinya menginstruksikan jajaran di Beoga melaksanakan penegakan hukum secara terukur untuk memukul mundur kelompok ini sebelum mengevakuasi para korban. Sebab, diperkirakan anggota KKB masih bersembunyi di sekitar lokasi kejadian untuk menyerang tim evakuasi.
Kami belum dapat mengevakuasi jenazah para pekerja pada Jumat ini karena sejumlah masalah teknis. Diperlukan rencana yang matang untuk mengevakuasi dengan aman. (Faizal Ramadhani)
”Kami tidak mau ada korban baru dalam upaya evakuasi delapan pekerja ini. Kelompok ini sering menyerang aparat keamanan dengan tujuan bisa mendapatkan tambahan amunisi dan senjata api,” kata Mathius.
Ia pun mengimbau agar semua perusahaan yang melaksanakan pekerjaan infrastruktur untuk sementara menghentikan aktivitas di daerah rawan aksi penyerangan KKB. Daerah-daerah ini, antara lain, Puncak, Nduga, Intan Jaya, dan Yahukimo.
Dari catatan Kompas dan data Polda Papua, total terjadi 11 kasus penyerangan pekerja yang melaksanakan pembangunan Trans-Papua dan infrastruktur lainnnya di sejumlah kabupaten, seperti Puncak, Nduga, dan Yahukimo, sejak 2016 hingga Maret 2022.
Serangan KKB yang terbesar terjadi pada 2018 ketika kelompok Egianus Kogoya menyerang 28 pekerja PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga. Sebanyak 17 orang meninggal, 7 orang selamat, dan 4 orang belum ditemukan tim gabungan TNI dan Polri.
Hingga kini, 38 pekerja infrastruktur meninggal dunia dan 10 pekerja luka berat akibat serangan KKB. Adapun 4 pekerja dari PT Istaka Karya belum ditemukan hingga saat ini.