Pratu Heriyanto Diterbangkan ke Timika, Evakuasi Delapan Pekerja di Beoga Diupayakan
TNI mengevakuasi Pratu Heriyanto yang menjadi korban luka akibat serangan KKB di Beoga. Sementara itu, tim gabungan Polri dan TNI masih mengupayakan evakuasi jenazah para pekerja PT Palapa Telematika Timur.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — TNI berhasil mengevakuasi Prajurit Satu Heriyanto yang mengalami luka berat akibat tembakan kelompok kriminal bersenjata dari Distrik Beoga ke Timika, Jumat (4/3/2022). Sementara pihak kepolisian masih berupaya mengevakuasi jenazah 8 pekerja menara BTS.
Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel (Inf) Aqsha Erlangga di Jayapura mengatakan, evakuasi Prajurit Satu Heriyanto dengan menggunakan pesawat Asian-One jenis PK-LTF pukul 06.52 WIT ke Timika, ibu kota Kabupaten Mimika.
Diketahui kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang berjumlah 15 orang menyerang Pratu Heriyanto bersama 11 rekannya yang sedang berpatroli di Kampung Dambet, Distrik Beoga pada Kamis (3/3/2022) pukul 12.45. Heriyanto mengalami luka berat karena tertembak di bagian leher.
Pratu Heriyanto adalah anggota Satgas Kodim dari Batalyon Infanteri Raider 408/SBH. Selama ini Pratu Heriyanto dan rekan-rekannya bertugas di Pos Koramil Dambet.
Sebelumnya pada Rabu (2/3/2022), kelompok ini terlebih dahulu menyerang d8 pekerja PT Palapa Telematika Timur yang sedang memperbaiki fasilitas menara base transceiver station (BTS) untuk jaringan telekomunikasi 4G.
Sebanyak 8 pekerja yang meninggal dalam insiden ini berinisial B, R, BN, BT, J, E, S, dan PD. Sementara satu pekerja berinisial NS selamat karena tidak berada di lokasi kejadian saat terjadi penyerangan oleh anggota KKB.
”Perjalanan ke Timika memakan waktu sekitar 30 menit. Korban langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Mimika untuk mendapatkan perawatan,” kata Aqsha.
Sementara itu, Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri mengatakan, tim gabungan dari Polres Puncak dan TNI masih berupaya mengevakuasi jenazah para pekerja PT Palapa Telematika Timur di Beoga. Total sekitar satu kompi atau sekitar 100 personel pasukan yang diterjunkan ke lokasi kejadian.
Fakhiri menegaskan, pihaknya berupaya memukul mundur kelompok ini sebelum mengevakuasi para korban. Sebab, disinyalir kelompok ini masih bersembunyi di lokasi kejadian untuk menanti kedatangan tim gabungan Polri dan TNI.
”Kami tidak mau ada korban baru dalam upaya evakuasi 8 pekerja ini. Dengan menyerang aparat keamanan, kelompok ini bisa mendapatkan tambahan amunisi dan senjata,” kata Mathius.
Sementara itu, pihak Humas PT Palapa Telematika Timur dalam siaran pers yang diterima Kompas pada Jumat ini menyatakan belum terdapat tinjauan langsung pada lokasi tower akibat terkendala akses dan cuaca. Perusahaan belum dapat memberikan konfirmasi terkait informasi yang beredar di sejumlah media massa atas korban jiwa dan luka-luka serta kondisi fisik menara B3.
Aksi ini secara langsung menyebabkan pembangunan daerah, khususnya di bidang telekomunikasi, terhambat.
Adapun lokasi menara B3 berada di ketinggian di atas 3.000 meter di atas permukaan laut dan hanya dapat ditempuh menggunakan helikopter. Kondisi cuaca saat ini menghambat proses identifikasi tim menuju lokasi menara.
Pembangunan terhambat
Kepala Perwakilan Komnas HAM menyatakan aksi penyerangan 8 pekerja di Beoga bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia. Tindakan ini akan menyebabkan masalah keterisolasian jaringan komunikasi di Puncak tidak terselesaikan.
Diketahui warga bisa mengakses jaringan telekomunikasi yang cukup memadai hanya di Distrik (Kecamatan) Ilaga, ibu kota Puncak. Sementara warga di 24 distrik lainnya masih terisolasi.
”Perbuatan mereka harus ditentang berbagai elemen masyarakat. Aksi ini secara langsung menyebabkan pembangunan daerah, khususnya di bidang telekomunikasi, terhambat,” tutur Frits.
Dari catatan Kompas dan data Polda Papua, total terjadi 11 kasus penyerangan pekerja yang melaksanakan pembangunan Trans-Papua dan infrastruktur lainnya di sejumlah kabupaten, seperti Puncak, Nduga, dan Yahukimo, sejak tahun 2016 hingga Maret 2022.
Kasus terbesar terjadi pada tahun 2018 ketika kelompok Egianus Kogoya menyerang 28 pekerja PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga. Sebanyak 17 orang meninggal, 7 orang selamat, dan 4 orang belum ditemukan tim gabungan TNI dan Polri.
Hingga kini, total 38 pekerja infrastruktur meninggal dan 10 pekerja luka berat. Adapun 4 pekerja dari PT Istaka Karya belum ditemukan hingga saat ini.