Gerakan Bank Sampah Emak-emak Sari Dewi
Kaum ibu di Kota Denpasar gerah melihat sampah tak terurus. Dari mereka muncul gerakan untuk mengelola sampah melalui bank sampah.
Di sebuah gang kecil di Kota Denpasar, Bali, sekelompok warga yang dimotori kaum ibu berupaya mengurangi timbulan sampah di lingkungannya dan sekaligus menyiapkan cadangan dana dengan menabung dari sampah. Energi emak-emak di Gang Sari Dewi, Banjar Tegeh Sari, Kelurahan Tonja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, menghidupkan dan menggerakkan aktivitas bank sampah.
”Saya ini sekretaris bank,” kata Ni Made Purnamawati (33) seraya tertawa.
Minggu (20/2/2022), Purnamawati menunjukkan tas berisi kertas dan buku-buku tabungan berwarna biru. Dia pun menambahkan, ”Sekretaris Bank Sampah Sari Dewi.”
Setiap bulan pada minggu pertama dan minggu ketiga, Purnamawati dan puluhan ibu-ibu di Gang Sari Dewi itu menyetorkan beragam jenis sampah anorganik, mulai dari kaleng, botol, sampai bungkus makanan ringan. Setiap setoran yang sudah dipilah itu kemudian ditimbang di pos bank sampah.
Purnamawati dan ibu-ibu lainnya mencatat volume, jenis, dan nilai sampah yang disetorkan itu. Sejumlah 46 orang tercatat sebagai nasabah bank sampah di Gang Sari Dewi itu.
”Saya sama anak ikut menabung di bank sampah,” kata Ni Nyoman Srinati, warga lain yang menyetorkan beberapa bungkus botol dan bekas kemasan makanan ringan.
Srinati mengaku dirinya hanya mengandalkan sampah yang berasal dari rumahnya sehingga volumenya tidak terlalu banyak.
Kami juga sudah membuat program komersial, yakni dengan menjual bibit sayur sehingga kami juga sudah mendapatkan pemasukan dari usaha kelompok mina tani ini.
Kegiatan usaha bank sampah di Gang Sari Dewi itu belum genap setahun berjalan. Inisiatif memulai bank sampah itu, menurut Ketua Bank Sampah Sari Dewi Ni Komang Ariyani (38), berawal dari kegiatan pengelolaan sampah di Banjar Tegeh Sari, yang dikerjakan pengurus banjar, yayasan, bersama pegiat lingkungan hidup dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, pada awal masa pandemi Covid-19.
”Saya diajak mengumpulkan warga, lalu diberi tahu cara mengumpulkan sampah dan memilah sampah di rumah tangga,” ujar Ariyani.
Setiap kilogram sampah anorganik bernilai rupiah. Jenis sampah termurah adalah sampah kemasan makanan ringan, atau disebut multilayer, yang berharga Rp 25 per kilogram. Agar warga di Gang Sari Dewi itu lebih mudah menyetorkan sampah, dibentuklah bank sampah di Gang Sari Dewi.
Ariyani menuturkan, harga sampah juga dipengaruhi pemilahan dan kebersihan sampah. Sampah yang masih tercampur berharga lebih murah dibandingkan sampah yang sudah terpilah dan bersih. Menurut Ariyani, seluruh sampah yang dikumpulkan dan disetorkan ke bank sampah laku dijual karena bank sampah sudah bekerja sama dengan pihak pengepul sampah.
Pengambilan sampah yang dikumpulkan pengelola Bank Sampah Sari Dewi dilaksanakan setiap bulan pada minggu pertama dan minggu ketiga, bersamaan jadwalnya dengan kegiatan warga menyetorkan tabungan sampah ke bank sampah tersebut.
Pilah, pilih, dan kumpul
Permukiman di Gang Sari Dewi, Banjar Tegeh Sari, Kelurahan Tonja, Kota Denpasar, berpenduduk mayoritas warga perantau yang berasal dari Bali. Kehidupan warga di Gang Sari Dewi menjadi cerminan miniatur urbanisasi di Kota Denpasar.
Tidak sedikit dari penghuni Gang Sari Dewi itu terimbas pandemi Covid-19. Ketika awal-awal masa pandemi Covid-19 menghantam, warga Gang Sari Dewi didukung pengurus dan Yayasan Banjar Tegeh Sari membuat kebun berdaya. Mereka memanfaatkan lahan kosong seluas kira-kira 100 meter persegi di ujung gang.
Lahan tersebut juga digunakan sebagai kebun pembibitan sayur dan dilengkapi kolam untuk beternak lele. Aktivitas berkebun dan beternak lele sejak April 2020 masih dirasakan manfaatnya sampai sekarang oleh warga setempat, terutama anggota kelompok kebun berdaya, yakni Kelompok Mina Tani Sari Dewi.
Ketua Kelompok Mina Tani Sari Dewi Ketut Mariada (38) mengungkapkan, warga, termasuk anggota kelompok mina tani, mendapatkan sayur-sayuran setiap kali panen. Jenis sayur di antaranya pakcoi dan sawi hijau. Mereka juga mendapatkan pembagian lele setiap panen. Hal itu dirasakan membantu warga yang sedang terimbas dampak pandemi Covid-19.
”Kami juga sudah membuat program komersial, yakni dengan menjual bibit sayur, sehingga kami juga sudah mendapatkan pemasukan dari usaha kelompok mina tani ini,” kata Mariada, Minggu (20/2/2022).
Baca juga : Oase dari Gerakan Denpasar Berkebun
Mariada menambahkan, mereka juga mendukung dan membantu usaha pengelolaan sampah yang dikerjakan para ibu di Gang Sari Dewi, misalnya dengan menyediakan gerobak untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah anorganik yang disetorkan nasabah Bank Sampah Sari Dewi.
Untuk memudahkan warga memilah dan mengumpulkan sampah yang berbeda jenis, di depan tembok rumah warga digantungkan tiga karung pada sebuah papan yang berisi tulisan dengan warna berbeda, yakni anorganik, organik, dan B3. Dengan demikian, setiap penghuni rumah dapat membuang sampah sesuai jenisnya ke setiap karung tersebut.
Setiap minggu pertama dan minggu ketiga, sampah anorganik yang sudah dikumpulkan di setiap rumah itu dapat disetorkan ke bank sampah. Kegiatan pemilahan dan pengumpulan sampah yang sudah berjalan di Gang Sari Dewi itu mendapatkan perhatian dan dukungan dari Pemerintah Kota Denpasar, lembaga swadaya masyarakat, dan juga dari perusahaan swasta, di antaranya Grup Astra dan Yayasan Unilever Indonesia.
Tabungan
Dari buku catatan yang ditunjukkan Purnamawati, Bank Sampah Sari Dewi tercatat memiliki 46 nasabah. Masing-masing memiliki buku tabungan bank sampah. Pada sebuah buku tabungan milik nasabah tertulis, tabungan bank sampah di Gang Sari Dewi sudah aktif pada Juni 2021.
Ariyani mengungkapkan, nilai tabungan setiap nasabah Bank Sampah Sari Dewi berbeda-beda. Jumlah tabungan milik nasabah sekitar Rp 600.000, bahkan ada yang mencapai Rp 700.000. Seluruh uang nasabah Bank Sampah Sari Dewi ditabung di Bank BPD Bali.
Ariyani menyatakan, nasabah dapat menarik uang tabungan itu kapan saja jika membutuhkannya. ”Kami juga memiliki tabungan di bank sampah yang dikelola Banjar Tegeh Sari,” kata Ariyani, pemilik warung di Gang Sari Dewi yang juga menjadi Koordinator Zero Waste Sari Dewi.
Baca juga : Pengelolaan Sampah Berbasis Rumah Tangga Perlu Dukungan Pemerintah
Pada pengumpulan sampah, hari Minggu (20/2/2022), jumlah sampah anorganik yang terkumpul mencapai 301 kilogram. Jenis sampahnya bermacam-macam, mulai dari karton atau kertas dupleks, botol kaca, botol plastik, panci, sampai bekas bungkusan makanan ringan. Purnamawati bersama pengurus Bank Sampah Sari Dewi mencatat secara rinci jenis, volume, dan harga total sampah serta saldo nasabah.
Sambil menghitung dan mencatat rincian itu, emak-emak tersebut mengisi waktu dengan berbincang ringan seputar kondisi keluarga dan lingkungan. Sesekali mereka menyelipkan perbincangan tentang perilaku suaminya masing-masing kala mengisi waktu senggangnya di masa pandemi Covid-19.
”Saya kerjanya ngacung, jualan nasi bungkus ke pasar-pasar,” kata Purnamawati. Dia menuturkan, suaminya belum lama ini diberhentikan dari tempat kerjanya lantaran terkena program penyesuaian pekerja. Purnamawati mengatakan, mereka harus tetap bekerja agar keluarga tetap ternafkahi.
Waktu berkumpul di pos Bank Sampah Sari Dewi yang berada di seberang warung Ariyani menjadi momen pendek bagi emak-emak Gang Sari Dewi itu untuk bercengkerama sembari mengumpulkan simpanan berupa tabungan yang berasal dari sampah.