Hujan Lebat Mengguyur Pengungsian, Ibu Menyusui Dievakuasi
Hujan lebat mengguyur lokasi terdampak gempa di Pasaman Barat dan Pasaman, Sumatera Barat, sehingga ibu menyusui dievakuasi karena tenda pengungsian tergenang air.
Oleh
PANDU WIYOGA, YOLA SASTRA
·3 menit baca
PASAMAN BARAT, KOMPAS — Hujan lebat mengguyur lokasi terdampak gempa di Pasaman Barat dan Pasaman, Sumatera Barat, sejak Senin (28/2/2022) sore hingga Selasa (1/3/2022) pagi. Pengungsi ibu menyusui dievakuasi karena tenda-tenda pengungsi tergenang air.
Hujan deras membuat sebagian tenda tergenang air di halaman kantor Bupati Pasaman Barat. Lokasi itu merupakan posko utama pengungsi korban gempa, tempat sekitar 2.000 orang mengungsi.
Pengungsi dari Nagari Aur Kuning, Vika (25), Selasa, mengatakan, hujan deras membuat tenda khusus ibu hamil dan ibu menyusui terendam. Hal itu membuat ia dan anaknya yang berusia 22 bulan sulit tidur pada Senin malam.
”Semalam basah semua. Kami hanya bisa tidur sebentar karena harus sering mengepel lantai supaya air tidak menggenang,” kata Vika.
Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Pasaman Barat Fenny Deira mengatakan, ada 35 ibu menyusui dan 5 ibu hamil di posko utama pengungsi tersebut.
”Tadi malam kami mengevakuasi 10 ibu menyusui yang anaknya berusia di bawah 1 tahun. Mereka kami bawa ke kantor DPPKBP3A yang aman dari hujan,” ujar Fenny.
Menurut dia, pengungsi juga masih kekurangan dan perlengkapan makanan bayi. ”Makanan bayi hanya cukup sampai siang ini, nanti malam yang tersisa tinggal roti,” ucapnya.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Pasaman Barat Gusrizal mengakui, makanan dan susu bayi masih kurang, baik di posko utama maupun tenda warga. ”Karena ini makanan khusus, makanan bayi ini masih dibutuhkan, termasuk di posko utama,” kata Gusrizal.
Makanan bayi hanya cukup sampai siang ini, nanti malam yang tersisa tinggal roti
Pendidikan
Selain menyebabkan sekitar 13.000 orang mengungsi, gempa juga mengakibatkan sedikitnya 10 gedung sekolah rusak. Dampaknya, pendidikan anak-anak di lokasi terdampak gempa terhenti.
Guru SD Negeri 16 Talamau, Nita (36), mengatakan, sebagian besar atap sekolah itu ambruk. Sebanyak 250 siswa terpencar di sejumlah lokasi pengungsian di Pasaman Barat.
”Saya belum tahu kapan sekolah akan dimulai lagi karena sebagian besar siswa masih trauma. Sepertinya kalau memang mau menjalankan sekolah di kondisi seperti ini, maka yang paling mungkin adalah secara daring,” kata Nita.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pasaman Barat Agusli mengatakan, berdasarkan rapat beberapa hari lalu, saat ini pemkab fokus ke penyelamatan korban dan pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan masyarakat.
Adapun untuk sekolah anak-anak terimbas gempa, terutama di Kecamatan Talamau, kata Agusli, seminggu ke depan belajar di rumah. Jika tidak bisa, terpaksa libur. Kecamatan lain, siswanya belajar seperti biasa.
Sementara itu, untuk anak-anak di pengungsian masih dalam pendataan. Di Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, yang paling parah terdampak gempa, masyarakat masih trauma dan berada di luar rumah.
”Selepas minggu ini akan kami usulkan supaya ada kegiatan trauma healing untuk anak-anak. Minggu ini fokus ke pemenuhan kebutuhan masyarakat, baik pangan dan sandang,” kata Agusli, Senin (28/2/2022).
Tujuh sekolah
Terkait infrastruktur sekolah, Agusli mengatakan, tim dari disdik sudah diturunkan untuk mendata bangunan sekolah terdampak, terutama di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Pasaman. Pendataan diperkirakan selesai Selasa (1/3/2022) ini. Berdasarkan data sementara, ada tujuh sekolah rusak atau tidak bisa dipakai.
Terhadap tujuh sekolah yang rusak, kata Agusli, disdik sudah mengajukan proposal permohonan tenda darurat kepada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumbar. Senin pagi, LPMP sudah mengantarkan delapan tenda ukuran besar yang bisa dipakai sebagai tempat belajar darurat.
”Pekan selanjutnya bisa dipakai. (Minggu) malam tadi masih ada gempa kecil, anak-anak masih trauma, belum bisa fokus pikirkan soal pembelajaran,” ujar Agusli.