Warga Nagari Malampah Waspadai Banjir Bandang Seusai Longsor
Warga khawatir terjadi banjir bandang di Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Banjir bandang yang membawa material longsor rentan terjadi jika hujan deras melanda.
Oleh
PANDU WIYOGA, YOLA SASTRA
·3 menit baca
PASAMAN, KOMPAS — Pascagempa bermagnitudo 6,1 yang memicu longsor di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, bencana susulan dikhawatirkan melanda permukiman warga di Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman. Warga cemas jika terjadi hujan deras, banjir bandang akan melanda dengan membawa material longsoran.
Di Nagari Malampah, satu orang meninggal dan lima lainnya masih hilang akibat longsor yang terjadi setelah gempa bermagnitudo 6,1 di Pasaman dan sekitarnya. Salah seorang warga Jorong Satu Sipa Rayo, Nagari Malampah, Antoni (40), Minggu (27/2/2022), mengatakan, warga khawatir terjadi galodo atau banjir bandang yang membawa material longsor. Kini, ia dan keluarganya mengungsi di tempat yang berjarak sekitar 5 kilometer dari lokasi longsor.
”Galodo itu yang kami paling takut. Kalau nanti hujan deras, material longsor akan terbawa dan menerjang rumah warga,” kata Antoni.
Sekitar 1 kilometer dari rumah Antoni, material longsor menimbun kebun jagung warga seluas lebih dari lima kali lapangan bola. Di tempat itu dilaporkan enam warga tertimbun longsor.
Rumah-rumah warga di sekitar lokasi itu juga rusak parah akibat gempa. Kebanyakan rumah warga retak parah dan dindingnya berlubang, bahkan sebagian rumah sudah runtuh.
Bintara Pembina Desa Malampah Sersan Dua Padli mengatakan, satu korban meninggal akibat longsor ditemukan pada 26 Februari. Jenazah itu diidentifikasi sebagai Rudi (32), warga Jorong Satu Sipa Rayo.
”Saat ini masih ada lima korban yang belum ditemukan. Lima orang itu terdiri dari satu perempuan dan empat laki-laki,” ujar Padli.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, hingga Sabtu malam, total ada sepuluh korban meninggal akibat gempa di Pasaman. Dua korban ditemukan pada Sabtu. Selain korban meninggal, ada 42 orang luka berat, 346 orang luka ringan, dan 4 orang hilang. Jumlah pengungsi mencapai 13.000 orang.
Korban meninggal itu terdiri dari empat orang di Pasaman Barat dan enam orang di Pasaman. Di Pasaman Barat ada 37 korban luka berat dan 310 korban luka ringan. Sekitar 10.000 orang juga mengungsi di 35 tempat pengungsian yang tersebar di tiga kecamatan, yaitu Talamau, Pasaman, dan Kinali. Adapun di Pasaman tercatat 5 korban luka berat, 36 orang luka ringan, 3.000 orang mengungsi, serta 4 orang hilang.
Di Kabupaten Limapuluh Kota, 53 orang dari 16 keluarga terdampak gempa. Dua orang di antaranya terpaksa mengungsi ke rumah kerabat. Adapun di Kabupaten Agam, satu bayi luka-luka akibat gempa.
Gempa juga mengakibatkan 103 rumah rusak berat, 5 rumah rusak sedang, dan lebih kurang 1.307 rumah rusak ringan. Selain itu, 3 fasilitas pendidikan rusak berat, 2 rumah ibadah rusak, dan 1 bangunan fasilitas umum rusak, termasuk beberapa bangunan milik pemerintahan.
Sementara itu, di Bukit Lintang Nagari, gempa juga memicu tanah longsor. Upaya pembersihan material dan pencarian serta pertolongan menjadi fokus utama tim gabungan.
Masyarakat yang terdampak gempa di Pasaman supaya mengungsi ke tempat aman. Retakan tanah di hulu akibat gempa masih berisiko memicu bencana longsor.
Bupati Pasaman Benny Utama, Sabtu, mengingatkan masyarakat yang terdampak gempa di Pasaman mengungsi ke tempat aman. Sebab, saat ini retakan tanah di hulu akibat gempa masih berisiko memicu bencana longsor. Sejumlah warga masih bertahan di sekitar rumah.
”Retakan itu masih ada dan berpotensi terjadi bencana susulan akibat gempa susulan ataupun hujan deras. Retakan tanah itu belum turun semua. Ini yang kami khawatirkan kalau masyarakat masih bertahan di sekitar rumahnya. Kami terus mengajak masyarakat agar keluar dari titik-titik rawan itu,” ujarnya.