Angin Berkecepatan 41 Knot Menerjang NTT, Tertinggi di Indonesia
Kecepatan angin di NTT mencapai 41 knot atau 76 kilometer per jam. Warga masih trauma dengan badai Seroja yang terjadi pada April 2021 lalu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengeluarkan peringatan angin kencang yang menerjang Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan hingga 41 knot atau sekitar 76 kilometer per jam. Ini adalah kecepatan angin tertinggi di Indonesia saat ini. Pelayaran ditutup, nelayan pun tidak melaut.
Menurut informasi yang dihimpun dari laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, angin kencang yang berlangsung pada Minggu (27/2/2022) itu diprediksi masih terjadi hingga tiga hari mendatang. Wilayah NTT mendapat limpahan angin yang berembus dari barat dan barat laut. Angin itu bergerak menuju Benua Australia.
Secara keseluruhan, hampir semua wilayah di Indonesia dilewati angin kencang. Di wilayah Sumatera, kecepatannya mencapai 24 knot, Kalimantan 17 knot, Jawa 15 knot, Sulawesi 23 knot, Maluku 17 knot, dan Papua 7 knot. NTT menjadi daerah dengan kecepatan angin tertinggi, yakni 41 knot, lantaran berada dekat tekanan rendah di Australia. Massa udara bergerak menuju tekanan rendah.
Angin kencang itu sangat terasa di Kota Kupang. Tidak sampai 30 menit, angin kencang menyapu permukiman. Terdengar atap rumah berbunyi, ranting pohon bergoyang kencang. Angin selama beberapa hari membuat batang pohon-pohon besar yang semula tegak berubah miring.
Sesekali angin kencang membawa butiran air sehingga terjadi hujan. Awan hujan terus berputar di langit kota itu menghalangi cahaya matahari. Cuaca cerah tidak sampai 30 menit, kemudian mendung lagi. Kondisi semacam ini sudah terjadi lebih dari satu pekan terakhir.
Rino (27), warga Kelurahan Bello, menuturkan, banyak warga tidak betah tinggal di rumah lantaran khawatir dengan banyak pohon berukuran tinggi yang masih berdiri di permukiman. ”Sebab, ada warga yang tidak mau potong pohon. Pohon tumbuh di lahan mereka, tapi membahayakan warga yang rumahnya di dekat situ,” ujarnya.
Menurut dia, warga setempat masih trauma dengan badai siklon tropis Seroja yang memorakporandakan hampir seluruh wilayah NTT pada April 2021. Bencana itu mengakibatkan 181 orang meninggal, 47 orang hilang, dan 250 orang luka-luka. Rumah rusak berat 17.124 unit, rusak sedang 13.652 unit, dan rusak ringan 35.733 unit.
Akibat angin kencang, pelayaran Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) dari Kupang tidak beroperasi. Kupang merupakan pelabuhan pangkalan untuk semua rute ASDP yang melayani pelayaran ke Pulau Rote, Kalabahi, Lewoleba, Sabu, Waingapu, Aimere, Ende, dan Larantuka.
Berdasarkan standar keselamatan, kapal ASDP tidak diperbolehkan berlayar ketika tinggi gelombang mencapai 2 meter. Adapun prakiraan tinggi gelombang saat ini melampaui 3 meter. ”Beberapa hari lalu saat pelayaran dari Flores Timur ke Kupang itu gelombang sudah tinggi,” kata Herry Boli, pengusaha ekspedisi Trans Lamaholot.
Selain pelayaran terhenti, banyak nelayan juga tidak melaut. Akibatnya, harga ikan di pasaran melambung tinggi. Ikan cakalang dengan bobot sekitar 1 kilogram dijual dengan harga Rp 60.000. Ketika cuaca normal, harganya tidak sampai Rp 20.000. ”Saat ini kami andalkan stok ikan dari cold storage. Ikan segar belum ada,” ujar Willy, pedagang ikan di Pasar Naikoten.